Gedung Pusat Kebudayaan Diharapkan Segera Direnovasi Tanpa Menghilangkan Bentuk Aslinya
Di Gedung Pusat Kebudayaan sedikitnya ada 10 komunitas seni yang berkegiatan. Ruang-ruang berkesenian bagi mereka perlu mendapatkan perhatian.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah7 November 2024
BandungBergerak.id - Setelah ambruk di beberapa bagian, aktivitas kesenian di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) dihentikan hingga jangka waktu yang belum ditentukan. Penutupan gedung berdampak pada sedikitnya sepuluh komunitas kesenian yang biasa berkegiatan di gedung cagar budaya ini. Sementara perbaikan gedung akan menunggu anggaran tahun 2025.
Komunitas-komunitas kesenian yang berkegiatan di GPK antara lain Natya Dance Community, Cantika Studio, Theater Shadow Reupbray, Titik Koempul, Gelar Pusaka Pusat, Galih Pakuan, Fakultas Seni Unpas, dan lain-lainya. Segala aktivitas kesenian mereka dialihkan ke tempat lain.
Sebelumnya, bagian atap galeri utama Gedung Pusat Kebudayaan ambruk, Senin, 28 Oktober 2024. Tiga orang mengalami luka ringan dan lima karya lukisan Ar Soedarto yang sedang dipamerankan turut menjadi korban.
Sepekan kemudian, Kamis, 1 November 2024, giliran bagian depan gedung yang ambruk. Untuk sementara, atap yang roboh ditutup penghalang.
Kurator Seni Rupa Galeri Pusat Kebudayaan Isa Perkasa menuturkan, segala kegiatan seni rupa seperti pameran di gedung cagar budaya ini terpaksa diberhentikan. Sementara itu, beberapa kegiatan kesenian lain seperti pencak silat dan seni tari diberi pilihan untuk pindah ke lokasi-lokasi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat.
Isa juga menuturkan sampai saat ini, masih menggalang dana donasi untuk Ar Soedarto yang lima karyanya rusak karena tertimpa reruntuhan. Saat kejadian, di GPK tengah berlangsung pameran tunggal Enigma of Life.
“Sampai saat ini kami menggalang donasi buat karya seni yang jadi korban,” kata Isa.
Menurut Isa, komunitas seni rupa akan tetap bertahan di GPK. Menurutnya, sulit memindahkan seni rupa ke tempat lain.
“Seni rupa tetap memakai di sini karena lokasinya yang menjadi sorotan media sosial itu besar. GPK itu di pusat kota, kalau dipindahkan ke lain tempat gak mungkin,” tutur Isa Perkasa, saat ditemui BandungBergerak, Senin, 4 November 2024.
GPK merupakan gedung bersejarah termasuk di bidang seni. Isa menuturkan, di gedung yang dibangun pada zaman Hindia Belanda ini, lahir sastrawan Remy Sylado dan guru besar seni rupa Sjafei Soemardja. Oleh karena itu, Isa menegaskan, gedung bersejarah ini tak boleh diabaikan.
Sama halnya dengan Isa, pegiat sejarah dari Sahabat Heritage Indonesia Rizky Wiryawan mengatakan, gedung GPK sejak awal difungsikan di zaman kolonial merupakan tempat berkumpul orang-orang non-Belanda dan kaum pergerakan. Para pelajar dan kaum pergerakan seperti Sukarno dan Sjahrir sering berkumpul di gedung ini untuk melakukan berbagai aktivisme pergerakan. Bahkan gedung ini menjadi kantor berita Medan Prijaji yang didirikan Tirto Adhi Soerdjo.
Rizky berharap bangunan heritage ini segera direnovasi tanpa mengubah bentuk aslinya. “Harapannya bisa diperbaiki sesuai fungsi yang diharapkan. Kalaupun bisa direnovasi diharapkan tidak mengubah bentuk aslinya,” kata Rizky, saat dihubungi, Senin, 4 November 2024.
Baca Juga: Potret Robohnya Gedung Pusat Kebudayaan Kami
Pertunjukan Runtuhnya Budaya di Gedung Pusat Kebudayaan, Sebelumnya LPSE Mencatat Nilai Tender Renovasi Miliaran Rupiah
Atap Galeri Pusat Kebudayaan Bandung Runtuh, Peristiwa Ini Pernah Terjadi Sebelumnya
Dianggarkan Tahun 2025
Kepala UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jabar Disparbud Jabar Ary Heriyanto mengatakan, penutupan GPK dilakukan untuk dilakukan perbaikan sementara dan mengantisipasi agar kerusakan tidak meluas. Para seniman dan budayawan yang sering menggunakan gedung ini sementara waktu bisa menggunakan gedung-gedung cagar budaya lainnya seperti Gedung Indonesia Menggugat.
Ary menuturkan, perbaikan sementara akan dilakukan pada 2025 melalui kajian yang memerlukan waktu untuk pelaksanaannya. Ia juga akan berdiskusi dengan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).
“Saya akan diskusi dengan TACB apakah memungkinkan ada kombinasi struktur atap padat besi bajanya. Kita harus memikirkan keselamatan orang di dalamnya, keaslianya perlu tapi harus juga memikirkan secara ketahanan, struktur itu, apakah memungkinkan di atap ada kombinasi atap,” ungkap Ari, saat ditemui BandungBergerak.
*Kawan-kawan yang baik silakan membaca tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah atau artikel-artikel tentang Pameran Seni