• Cerita
  • Cerita Caleg Muda Gagal dari Kota Cimahi, Jangan Biarkan Politik Dikuasi Orang-orang Tidak Kompeten

Cerita Caleg Muda Gagal dari Kota Cimahi, Jangan Biarkan Politik Dikuasi Orang-orang Tidak Kompeten

Bintang Perdana Putra Hidayat di usia 22 tahun mencalonkan diri ke gelanggang pemilihan legislatif. Berangkat dari akar rumput, tetapi gagal.

Bintang Perdana Putra Hidayat, calon legislatif dari daerah pemilihan Kota Cimahi di Pemilu 2024. (Foto: Pahmi Novaris/BandungBergerak)

Penulis Pahmi Novaris 7 November 2024


BandungBergerak.id - Mahkamah Konstitusi pernah mengeluarkan putusan kontroversial yang disebut-sebut akan membuka pintu bagi para politikus muda untuk berlaga di panggung politik. Namun dalih ini berbeda di lapangan. Para politikus muda masih harus menempuh jalur terjal untuk merebut simpati calon pemilih, seperti yang dialami Bintang Perdana Putra Hidayat.

Bintang maju sebagai calon legislatif dari daerah pemilihan Kota Cimahi di Pemilu 2024 lalu. Namun ia belum beruntung. Raihan suaranya gagal mengantar pada posisi wakil rakyat. 

Bintang merupakan pemuda kelahiran Kota Cimahi 22 tahun lalu. Sejak kecil dia tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang meskipun tanpa kehadiran sosok ayah. Ayahnya pergi menunaikan ibadah umrah saat Bintang baru lahir dan meninggalkan Bintang dan ibunya dalam perjuangan hidup.

Dari sanalah, ibunya menjadi panutan utama dalam hidupnya, mengajarkan nilai-nilai ketekunan, pendidikan, dan pentingnya berbagi. Masa kecil Bintang dipenuhi kenangan manis dan pahit, Bintang kecil sering bermain dengan teman-temannya di lingkungan sekitar, tetapi juga belajar banyak dari ibunya yang bekerja keras. Salah satu pengalaman yang paling berkesan baginya adalah saat ibunya dengan sabar mengajarinya pelajaran matematika dengan cara yang kadang keras namun penuh kasih sayang.

“Kita harus tetap berbagi kepada orang yang membutuhkan, meskipun kita sendiri sedang kesusahan,” adalah pesan ibu yang selalu diingatnya. Pelajaran ini menjadi landasan bagi Bintang untuk menjalani hidupnya ke depan.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di SD Cimahi, Bintang melanjutkan ke SMP Negeri 1 Cimahi, dan kemudian memilih untuk bersekolah di SMK Negeri 1 Cimahi. Di sinilah ia mempelajari teknik otomasi industri.

Dengan semangat untuk belajar, Bintang aktif mengikuti berbagai kegiatan di sekolah, termasuk magang perusahaan makanan di mana ia mendapatkan wawasan tentang dunia industri. Pengalaman ini membentuk pemikirannya tentang bagaimana industri beroperasi dan pentingnya manajemen yang baik.

Setelah lulus dari SMK, Bintang dihadapkan pada pilihan sulit, apakah harus melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung terjun ke dunia kerja. Dengan dorongan dari ibunya, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Padjadjaran (Unpad), mengambil jurusan ilmu politik.

“Saya ingin belajar lebih dalam mengenai cara politik dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan bagaimana saya bisa berkontribusi,” Bintang menjelaskan.

Di Unpad, Bintang aktif berorganisasi di Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) di fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik menjabat sebagai ketua umum. Di sini Bintang belajar berbagai hal tentang kepemimpinan, kolaborasi, dan pentingnya mendengarkan suara masyarakat di lingkungan kampus Universitas Padjadjaran. Prestasi gemilangnya sebagai Duta Bahasa Jawa Barat menambah motivasi Bintang untuk terus bergerak dan berkontribusi, menjadikannya panutan bagi teman-temannya. 

Maju Caleg dari Bawah

Bintang merasa terpanggil untuk lebih berkontribusi ke masyarakat. Tahun 2023, ia memutuskan mencalonkan diri sebagai calon legislatif (caleg) DPRD Kota Cimahi dari Partai Bulan Bintang. Sebagai seorang mahasiswa yang masih di semester tiga, keputusan ini bukanlah hal mudah. Ia harus merangkak dari bawah, menyapa akar rumput.

“Saya ingin menjadi suara bagi generasi muda yang sering kali terabaikan,” katanya dengan penuh semangat.

Namun, tantangan mulai muncul. Kampanye yang ia lakukan tidaklah mulus. Masyarakat di sekitarnya masih skeptis terhadap calon muda seperti dirinya. Banyak yang mempertanyakan kemampuannya untuk menjadi pemimpin.

Dalam kampanyenya, ia mencoba memanfaatkan media sosial untuk menjangkau pemilih muda, tetapi juga melakukan pendekatan langsung dengan masyarakat di lingkungan sekitar. Ia mengadakan bazar sembako murah dan berbagai kegiatan sosial lainnya, berusaha untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dan menawarkan solusinya.

Bintang menyadari bahwa untuk bisa diterima oleh masyarakat, ia harus mendekatkan diri kepada mereka. Ia tidak hanya ingin dikenal sebagai seorang calon legislatif, tetapi juga sebagai sosok yang peduli dan peka terhadap kebutuhan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, ia sering turun ke lapangan, berinteraksi langsung dengan warga, mendengarkan keluhan mereka, dan menawarkan solusi yang relevan.

Meskipun semua usaha yang telah dilakukan, hasil pemilu tidak sesuai harapan. Bintang tidak berhasil mendapatkan kursi yang diinginkannya. Kegagalan ini tentunya menjadi sesuatu yang berat baginya. Namun, Bintang tidak membiarkan kekecewaan itu meruntuhkan semangatnya. Sebaliknya, ia memilih untuk mengambil hikmah berharga dari pengalamannya tersebut.

"Saya belajar bahwa politik bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi bagaimana kita memperjuangkan aspirasi masyarakat," ungkapnya.

Dari perjalanan politiknya, Bintang menyadari bahwa banyak hal yang harus diperbaiki dalam sistem politik, terutama sistem kampanye di Indonesia yang identik dengan politik uang. Ia tidak ingin menjadikan kegagalannya sebagai alasan untuk mundur. Sebaliknya, ia merasa terdorong untuk terus berjuang.

“Saya ingin menjadi bagian dari perubahan, meskipun saya belum berhasil kali ini,” tambahnya. Kegagalan Bintang menjadi caleg bukanlah akhir dari segalanya. Ia menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda.

“Kita harus berani untuk berbicara dan berbuat, karena politik itu ada di mana-mana yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita,” ujarnya, penuh semangat.

Melalui berbagai kegiatannya, Bintang menunjukkan bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan sebuah pelajaran berharga. Ia menggagas program pelatihan bagi kaum muda di Cimahi, membantu mereka mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja. Bintang ingin memastikan bahwa meskipun ia gagal dalam pemilihan, perjuangannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayahnya tidak berhenti.

Ia juga aktif dalam kegiatan sosial lainnya, seperti mengadakan diskusi tentang isu-isu sosial dan politik di kampus. Melalui kegiatan ini, ia mengajak teman-temannya untuk lebih peka terhadap keadaan politik dan tidak hanya menjadi penonton.

"Politik adalah bagian dari kehidupan kita, dan kita harus terlibat," tegasnya.

Bintang mengerti bahwa perjalanan politik adalah proses yang panjang dan penuh liku. Namun, keyakinannya bahwa dengan pendidikan yang baik, kesadaran politik, dan keberanian untuk bertindak, generasi muda dapat membawa perubahan yang signifikan. Tekadnya untuk terus belajar dan berjuang, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh masyarakat Cimahi.

Cerita perjalanan Bintang merupakan pengingat bahwasannya kegagalan bisa menjadi batu loncatan menuju keberhasilan dan mengajarkan bahwa keberanian untuk bermimpi dan berjuang adalah hal yang lebih penting daripada hasil akhir. Bintang percaya bahwa setiap langkah yang diambil, baik itu sukses atau gagal, akan mendekatkan kita pada tujuan yang lebih besar.

Dengan semangatnya, Bintang tetap berkomitmen untuk berkontribusi kepada masyarakat. Ia memahami bahwa meskipun gagal dalam pemilihan, perjuangannya baru saja dimulai. Bintang ingin menjadi agen perubahan, dan meskipun gagal kali ini, ia tidak akan berhenti mencoba dan terus berjuang.

Bintang berharap perjalanan politiknya bisa menjadi inspirasi bagi orang-orang muda lainnya, terutama di Cimahi. Ia mengajak mereka untuk tidak buta terhadap politik. “Jangan biarkan orang-orang yang tidak kompeten menduduki jabatan. Kita harus terlibat dan memastikan bahwa suara kita didengar,” ujarnya.

Bintang menyadari bahwa perjalanan hidupnya, meskipun dipenuhi dengan tantangan dan kegagalan, adalah sebuah pelajaran berharga. Tekadnya untuk terus bergerak maju, tidak hanya untuk dirinya, tetapi untuk masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Cimahi.

“Saya ingin menjadi suara bagi mereka yang tidak terdengar, dan meskipun saya tidak berhasil kali ini, harapan dan perjuangan saya akan terus ada,” tutupnya, penuh keyakinan.

Baca Juga: Pilkada yang Memenangkan Masa Depan Bandung Barat
PILKADA JABAR 2024: AJI Merilis Data Ujaran Kebencian, Jawa Barat Menduduki Peringkat Pertama
PILKADA JABAR 2024: Pemilih Pemula di Bandung Menghadapi Para Kandidat tak Dikenal

Cara Membuka Jalan Politikus Muda

Putusan kontroversial Mahkamah Konstitusi yang disebut-sebut membuka jalan bagi orang muda adalah putusan 90. Apakah benar putusan 90 menjadi lampu hijau juga bagi orang-orang muda yang berpolitik?

Pertanyaan ini pernah dibahas dalam Diskusi Publik “Quo Vadis Demokrasi dan Hukum Pascaputusan Mahkamah Konstitusi” yang diselenggarakan oleh Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Demokratis bekerja sama dengan Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan (FH Unpar), di Ruang Audio Visual Fakultas Teknik Unpar, Bandung, Kamis, 16 November 2023.

Di diskusi ini, dosen FH Unpar Valerianus B. Jehanu menjelaskan putusan hakim Anwar Usman pada perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 atau disebut putusan 90 menunjukkan perubahan pendirian MK dalam waktu singkat. Putusan ini menyatakan, “berusia paling rendah 40 (empat puluh tahun) atau pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum termasuk pemilihan kepala daerah”.

Valeri menilai, putusan tersebut tidak mengubah batas usia capres/cawapres sebab jika diubah menjadi 35 tahun maka tidak adil untuk usia dibawahnya dan seterusnya. Batas usia 40 bagi capres/cawapres dianggap menghambat kiprah politisi muda di nasional.

“Secara materi, sebetulnya terhadap kebutuhan untuk mengakomodasi politisi muda saya kira itu perlu bagi konteks quo vadis demokrasi. Saya kira memang perlu diberikan panggung, tapi caranya gak gitu, caranya tidak seperti yang kita saksikan bersama,” terang Valeri. 

Memang penting mendorong partisipasi orang muda dalam politik. Sebagian orang muda menilai praktik politik “kotor” sehingga semakin tidak mau bergabung. Di sisi lain, partai politik belum mampu mendorong partisipasi orang muda di kancah nasional dengan cara organik dan bermartabat, yakni melalui proses kaderisasi dari bawah dan bertahap.

“Kalau prosesnya betul-betul organik, bertahap, maka kita bisa terima bahwa pencalonan orang presiden kemarin, misalnya, akibatnya itu tidak seperti yang kita rasakan seperti ini. Itu begitu terasa bahwa prosesnya tidak organik,” lanjut Valeri.

Diketahui, berkat putusan 90 MK Gibran Rakabuming Raka bisa mencalonkan diri sebagai wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024 lalu.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca artikel-artikel lain dari Pahmi Novaris, atau tulisan-tulisan menarik lain Pilkada atau Pilwalkot Bandung 2024 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//