• Buku
  • RESENSI BUKU: Memahami Perempuan dalam “Perempuan Jika Itulah Namamu”, Sebuah Buku Karya Maman Suherman

RESENSI BUKU: Memahami Perempuan dalam “Perempuan Jika Itulah Namamu”, Sebuah Buku Karya Maman Suherman

Kang Maman atau Maman Suherman berusaha menjelaskan karakter perempuan melalui syair-syair puisi dalam buku “Perempuan Jika Itulah Namamu”.

Jilid buku Perempuan Jika Itulah Namamu karya Kang Maman (Maman Suherman), diterbitkan Gramedia Widiasarana Indonesia, 24 Desember 2018. (Foto: Ernawatie Sutarna/Penulis)

Penulis Ernawatie Sutarna10 November 2024


BandungBergerak.idSosok perempuan selalu saja menjadi hal menarik untuk dijadikan sumber inspirasi dalam bentuk karya apa pun. Sifat-sifat unik perempuan pada umumnya sering kali menjadi latar belakang lahirnya karya-karya yang baik. Sifat-sifat perempuan yang unik itulah yang juga terungkap dalam buku “Perempuan Jika Itulah Namamu” yang ditulis Maman Suherman atau Kang Maman, seorang jurnalis, yang juga penulis yang sudah melahirkan karya-karya yang sering menjadi best seller, termasuk buku Perempuan Jika Itulah Namamu.

Perempuan Jika Itulah Namamu terbit cetakan petamanya tahun 2018. Buku ini mempunya sampul berupa hard cover berwarna putih di bagian depan, dengan gambar sketsa seorang perempuan, dan tulisan judul berwarna hitam. Bagian belakang buku ini bersampul hitam, bertuliskan satu puisi yang ditulis Kang Maman, juga gambar sketsa perempuan yang serupa dengan yang tertera di sampul depan. Sampul yang cukup menarik.

Buku ini berupa kumpulan puisi, dengan tebal 185 halaman, yang terbagi dari lima bagian yaitu:

  • Lelakiku
  • Perempuanku
  • Cinta
  • Selingkuh
  • Pertobatan

Karena merupakan kumpulan puisi, tentu saja isi buku ini berupa puisi-puisi karya Kang Maman yang penuh ungkapan cinta dari seorang laki-laki kepada pasangannnya. Setiap penyair memang mempunyai sisi khas dalam puisi-puisinya. Jika umumnya puisi memiliki banyak kalimat indah, estetik, bahkan mungkin saja disertai majas-majas nan indah, hal itu tidak nampak pada puisi-puisi yang ada di dalam buku ini.

Pada puisi-puisinya Kang Maman lebih banyak menggunakan bahasa-bahasa yang lugas, keseharian, realistis, dan sederhana. Hal ini membuat puisi-puisinya lebih mudah dinikmati dan dicerna oleh segmen pembaca yang lebih luas. Tapi tentu saja pemilihan kata-kata yang sederhana itu bukan berarti membuat puisi-puisi dalam buku ini menjadi tidak indah. Keindahan itu tetap ada. Tetap puitis dan sarat makna. 

Dengan gayanya Kang Maman mengungkap segala permasalahan cinta dengan begitu dalam. Ada pemujaan yang begitu menggetarkan untuk sang perempuan, seperti ini misalnya:

Ada yang melesat setiap pagi menghilang 

Bukan butir embun yang menggumpal di lengkung dedaunan

Melainkan wajahmu yang selalu hadir di mimpi

(halaman 28)

Atau

Pada tinta penaku saja 

Kujatuh cinta 

Apalagi padamu

Yang darahnya menetes mengalir menjadi tinta penaku

(halaman 63)

Kalimat kalimat pemujaan yang membuat perempuan berbunga-bunga, baper, tapi tidak terperangkap menjadi kalimat-kalimat yang lebay apalagi alay. Perempuan mana yang tidak meleleh dengan kalimat-kalimat sederhana yang begitu indah? Sedangkan hanya digombali tak jelas saja bisa membuat perasaan banyak perempuan tiba-tiba melayang seperti balon gas.

Satu hal yang menarik dari buku ini memang sudah terlihat dari halaman awal, kata pengantar. Pada umumnya kata pengantar sebuah karya tulis adalah kalimat-kalimat yang disusun dalam beberapa alinea. Isi kata pengantar biasanya berupa ucapan syukur, ucapan terima kasih yang disampaikan penulis pada beberapa pihak, lalu sedikit penjelasan mengenai  isi karya tulis atau buku tersebut. Tapi tidak pada buku ini. Di buku ini Kang Maman menulis kata pengantar berupa empat larik puisi dalam dua bait, seperti ini:

Kata Pengantar

Kuantar Kau

Ke Gerbang Cintaku 

Di Sana Kupenjara Kau

Selamanya Satu 

Kata pengantar yang singkat, tapi sangat bermakna. Dan tentu saja indah.

Di awal tulisan ini sudah disebutkan bahwa buku ini terdiri dari lima bagian, yaitu Lelakiku, Perempuanku, Cinta, Selingkuh, dan Pertobatan. Kelima bagian ini menjadi satu kesatuan yang utuh, saling tersambung satu sama lain. Ada satu alur yang melukiskan perjalanan cinta seorang perempuan dari sudut pandang seorang laki-laki.

Ada saat mereka saling mendekat, saling jatuh cinta, seperti dalam puisi ini,

Entah kenapa

Hadirmu gelisahkan

Tiadamu gelisahkan 

Dan aku suka

(halaman 8) 

Lalu ada pula fase pernikahan tergambar indah dalam puisi-puisi Kang Maman.

Tak satukan dua

Yang sempurna

Saling terima

Dengan sempurna

Demikian 

Pernikahan

(halaman 41)

Bahkan kehidupan cinta dalam rumah tangga yang bersifat privat pun tersampaikan dengan cara yang tidak membuat jengah walaupun tergambar melalui kata-kata yang terangkai dalam bait-bait puisi. Semua terasa wajar, tidak berlebihan. Begitupun dengan pertengkaran-pertengkaran yang terjadi di dalam pernikahan, salah paham, semua disampaikan dengan kalimat-kalimat yang enak sekali untuk dibaca.

Dalam perjalanan percintaan sepasang manusia, tak semua selalu patuh pada relnya. Bisa saja ada arah yang berbelok, ada hati yang berpaling, lalu akhirnya ada rasa yang berubah. Puisi-puisi itu menjadi rangkaian kisah yang berkesinambungan dalam buku ini. Kang Maman meramunya dengan sangat baik sehingga membaca barisan puisi itu rasanya seperti membaca sebuah cerita yang utuh. Menulis puisi tidaklah mudah untuk semua orang apalagi menulis sekumpulan puisi yang menjadi satu cerita yang runut, serupa temali yang saling menyambung, mulus.

Cara termudah remukkan cinta

Umbar tengkar salahkan dia

(halaman 110)

Setelah pengkhianatan berupa perselingkuhan yang dilakukan sang lelaki, dan pertengkaran-pertengkaran setelahnya, kemudian rasa percaya pun meredup. Demikian pula dengan rasa cinta. Kau dan aku

Di ambang seteru   

Kata percaya meredup

Cinta pun lindap

(halaman 127) 

Beberapa sifat perempuan juga disampaikan dengan puisi yang apik. Ketika tersakiti para perempuan cenderung diam. Membeku. Jika perempuanmu masih menumpahkan banyak kata, tenanglah, kalian para lelaki masih aman. Tapi kadang kala perempuan melimpahkan kesalahan pada dirinya sendiri sampai nanti tiba saatnya amarah itu meledak, menunjukkan sisi kuat perempuan setelah habis masanya berdiri dalam sisi sabar dan tegarnya. Perempuan memang pemaaf, tapi jika maafnya sudah mencapai batas, amarahnya akan berkali-kali lipat. Dan kesalahan sekecil apa pun akan diingatnya sampai kapan pun. Maaf tak pernah diberikan cuma-cuma, akan percuma jika tidak disertai perubahan dan pembuktian (halaman 132-139).

Baca Juga: RESENSI BUKU: Mengembalikan Otonomi Guru
RESENSI BUKU: Yang Terkubur dan Dikubur, Merawat (Selalu) Ingatan tentang Tragedi 1965 Indonesia
RESENSI BUKU: Pergulatan Identitas dan Alienisasi dalam Bayang-bayang Diri 

Perempuan dalam Perempuan Jika Itulah Namamu

Buku ini lengkap membahas karakter seorang perempuan dari sudut pandang seorang laki-laki. Sifat perempuan yang lembut, pemalu, yang mampu membuat sang lelaki jatuh cinta, disajikan dalam puisi-puisi yang terangkum di bagian awal buku. Bahkan, karena cintanya, sang lelaki meminta sang perempuan untuk mengajarinya lebih mengerti tentang perempuan itu (halaman 21).

Dalam buku ini tergambar karakter perempuan yang lembut tapi di sis lain kuat dan berani (halaman 101) perempuan pemaaf tapi tak mudah melupakan kesalahan yang sudah menyakitinya (selingkuh), bersikap seolah biasa-biasa saja setelah disakiti, padahal menyimpan luka menganga dalam hati (pertobatan). Dan akhirnya seorang perempuan mampu pula untuk tulus mencintai memaafkan, melupakan apa yang telah terjadi walaupun menyakiti, dan menerima cintanya kembali. 

Secara keseluruhan buku ini menarik, dari mulai sampul, kata pengantar, dan isi buku. Memberikan pandangan tentang perempuan dari sudut pandang laki-laki dengan cara penulisan yang unik, tidak membosankan saat membacanya.

Maman Suherman, lelaki kelahiran 10 November 1965 ini sangat patuh dan mencintai pada ibunya dan sangat peduli dengan isu-isu mengenai perempuan. Tak heran jika beberapa bukunya ditulis karena terinspirasi oleh perempuan-perempuan di dekatnya, misalnya pasangannya, ibunya, juga Re, pekerja seks yang menjadi tokoh fiksi di dalam novel Kang Maman, “Re: dan Perempuan”. Karya-karyanya selalu berhasil mencuri perhatian para pecinta literasi. Buku Perempuan Jika Itulah Namamu ini, sangat direkomendasikan untuk dibaca, bukan hanya untuk para pecinta puisi, tapi untuk semua pecinta buku. 

Informasi Buku 

Judul: Perempuan Jika Itulah Namamu

Penulis: Kang Maman (Maman Suherman)

Harga: 73.600 rupiah (berdasarkan situs Gramedia)

Penerbit: Gramedia Widiasarana Indonesia

Tanggal Terbit: 24 Desember 2018

ISBN: 9786020514420

Halaman: 192.

*Kawan-kawan yang baik, silakan menengok tulisan-tulisan lain Ernawatie Sutarna atau artikel-artikel lain tentang Resensi Buku

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//