• Kolom
  • CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #73: Pencurian Motor di Cicalengka, Krisis Keamanan yang Meresahkan

CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #73: Pencurian Motor di Cicalengka, Krisis Keamanan yang Meresahkan

Maraknya pencurian motor di Cicalengka bukan hanya sekadar statistik, ini adalah gambaran nyata dari kompleksitas masalah yang melibatkan banyak pihak.

Andrian Maldini Yudha

Pegiat Literasi di RBM Kali Atas

Jalan Raya Cicalengka-Majalaya yang sedang dalam tahap perbaikan. (Foto: Andrian Maldini Yudha )

25 November 2024


BandungBergerak.id – Cicalengka kini dihadapkan pada situasi yang membuat banyak warganya was-was akibat pencurian motor yang semakin marak. Dalam sepekan terakhir, empat kasus kehilangan motor telah dilaporkan. Namun, angka itu hanyalah bagian dari puncak gunung es yang memperlihatkan betapa seriusnya krisis keamanan ini. Kehilangan kendaraan bermotor tak hanya memberikan kerugian materi yang besar, tetapi juga menciptakan gelombang keresahan di hati masyarakat.

Di balik setiap motor yang hilang, tersimpan kisah kehilangan yang tak hanya soal benda, tetapi juga soal kepercayaan. Kepercayaan warga terhadap aparat penegak hukum kian luntur, seperti dinding yang retak perlahan hingga akhirnya roboh. Mereka merasa bahwa laporan kehilangan hanya berakhir sebagai tumpukan dokumen tanpa tindakan berarti. Bahkan, beberapa warga memilih untuk tidak melaporkan kejadian serupa, karena menganggapnya sebagai upaya sia-sia yang tidak akan membuahkan hasil.

Pencurian motor di Cicalengka tidak hanya menjadi masalah individu korban, tetapi telah menjadi isu kolektif yang mencerminkan kelemahan sistem keamanan di wilayah ini. Situasi ini ibarat luka terbuka yang terus menganga, memperlihatkan ketidakseimbangan antara kebutuhan masyarakat akan rasa aman dan kemampuan pihak berwenang untuk memenuhinya. Fenomena ini adalah pengingat keras bahwa keamanan bukan hanya hak, tetapi juga kebutuhan mendasar yang tak boleh diabaikan.

Masyarakat Cicalengka kini berdiri di persimpangan jalan: tetap tinggal dalam keresahan atau mulai bergerak bersama untuk mencari solusi. Namun, untuk keluar dari lingkaran ini, diperlukan upaya nyata dari berbagai pihak, terutama mereka yang bertanggung jawab menjaga ketertiban dan keamanan.

Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #71: Stasiun Cicalengka, Ketika Sejarah Luruh di antara Pilar-pilar ModernCATATAN DARI BANDUNG TIMUR #72: Tantangan Edukasi Politik di Cicalengka

Menyusuri Penyebab di Balik Maraknya Pencurian

Maraknya pencurian motor di Cicalengka bukanlah fenomena yang muncul begitu saja. Ada berbagai faktor yang saling berkelindan, menciptakan celah bagi pelaku kejahatan untuk beraksi dengan leluasa. Jika diibaratkan, situasi ini seperti api yang terus membesar karena bahan bakarnya tak kunjung habis. Dari minimnya infrastruktur pendukung hingga lemahnya sistem penegakan hukum, semua menjadi potongan puzzle yang melengkapi gambaran besar masalah ini.

Salah satu penyebab utama adalah minimnya fasilitas keamanan di ruang publik. Banyak jalan utama di Cicalengka yang kurang mendapat perhatian, terutama dalam hal penerangan. Jalanan gelap, sepi, dan tanpa penerangan memadai menjadi lokasi favorit para pelaku kejahatan. Kondisi ini seperti memberikan mereka ruang bermain tanpa pengawasan. Dalam situasi seperti ini, warga yang melintasi jalanan tersebut seolah berjalan di tengah malam tanpa bintang, penuh dengan risiko yang tak terlihat.

Selain penerangan, ketiadaan kamera pengawas atau CCTV di lokasi-lokasi strategis juga menjadi penyumbang besar. Dalam banyak kasus pencurian, CCTV terbukti mampu menjadi alat pencegah sekaligus bukti yang kuat untuk mengungkap pelaku. Namun, di Cicalengka, CCTV masih menjadi barang langka. Keadaan ini membuat pelaku kejahatan merasa bebas untuk bertindak, tanpa takut tertangkap atau teridentifikasi. Bagi mereka, ruang publik tanpa CCTV adalah zona bebas yang memungkinkan mereka beraksi tanpa rasa khawatir.

Tidak hanya itu, masyarakat juga sering kali kurang peduli terhadap keamanan pribadi. Banyak warga yang meninggalkan kendaraannya tanpa pengamanan tambahan, seperti kunci ganda atau alarm. Kebiasaan ini membuka peluang bagi pelaku untuk mencuri kendaraan dengan mudah. Di sisi lain, kesadaran kolektif untuk saling menjaga juga dirasa masih rendah. Ketika ada sesuatu yang mencurigakan, sering kali orang memilih untuk tidak peduli, karena merasa itu bukan urusan mereka. Sikap ini, meskipun manusiawi, justru memperbesar risiko terjadinya kejahatan.

Lalu, ada pula persoalan yang lebih mendalam, yaitu kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum yang mulai memudar. Banyak warga merasa bahwa laporan kehilangan sering kali hanya berakhir di meja administrasi, tanpa tindak lanjut yang konkret. Mereka kecewa karena tidak melihat hasil nyata dari upaya penegakan hukum. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat menjadi enggan untuk melapor dan memilih pasrah terhadap kehilangan yang mereka alami. Siklus ketidakpercayaan ini, jika dibiarkan, hanya akan memperburuk keadaan.

Fenomena ini juga menunjukkan adanya ketimpangan antara kebutuhan keamanan masyarakat dan kemampuan pihak berwenang untuk memenuhinya. Jumlah personel keamanan yang terbatas, ditambah dengan kurangnya peralatan pendukung, membuat aparat tidak mampu secara maksimal menjangkau semua area rawan. Situasi ini menciptakan celah yang dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk bergerak tanpa hambatan.

Namun, di balik semua penyebab ini, ada satu benang merah yang mengikat: kurangnya perhatian terhadap pencegahan. Baik dari segi infrastruktur, budaya masyarakat, maupun respons aparat, semua masih cenderung bersifat reaktif. Padahal, pencegahan adalah langkah yang jauh lebih efektif dibandingkan harus menangani dampak setelah kejahatan terjadi.

Maraknya pencurian motor di Cicalengka bukan hanya sekadar statistik; ini adalah gambaran nyata dari kompleksitas masalah yang melibatkan banyak pihak. Setiap aspek yang diabaikan, sekecil apa pun, menjadi penyebab yang memperbesar peluang terjadinya kejahatan. Jika kita ingin keluar dari lingkaran ini, maka penyebab-penyebab tersebut harus diatasi satu per satu, dengan kerja sama dan keseriusan semua pihak.

Memulihkan Rasa Aman, Membangun Kepercayaan

Keamanan adalah hak dasar setiap warga negara. Namun, saat rasa aman itu terkikis, seperti tanah yang tergerus hujan deras, maka yang tersisa adalah kecemasan dan ketidakpastian. Inilah yang kini dirasakan oleh masyarakat Cicalengka, yang terus dibayangi oleh fenomena pencurian motor yang semakin marak. Fenomena ini bukan hanya soal kendaraan yang hilang, tetapi juga soal hilangnya rasa percaya kepada sistem yang seharusnya melindungi mereka. Maka, untuk memulihkan rasa aman ini, diperlukan langkah konkret yang menyentuh akar permasalahan dengan cermat dan tegas.

Langkah pertama yang harus diambil adalah peningkatan infrastruktur keamanan di seluruh kawasan. Seperti halnya rumah yang membutuhkan fondasi yang kokoh untuk berdiri tegak, keamanan di Cicalengka membutuhkan infrastruktur yang memadai agar dapat menciptakan rasa aman. Penerangan jalan yang memadai adalah kebutuhan mutlak. Bayangkan sebuah jalan gelap yang sepi, di mana hanya suara angin yang terdengar. Itu adalah tempat yang ideal bagi kejahatan untuk bersembunyi dalam bayang-bayang. Penerangan bukan hanya soal cahaya yang menerangi, tetapi soal memberi penghalang bagi segala niat buruk yang mungkin muncul.

Selain itu, pemasangan CCTV di titik-titik strategis harus menjadi prioritas. Setiap kamera pengawas yang terpasang adalah mata yang tidak pernah terpejam, yang siap merekam setiap gerak-gerik mencurigakan. CCTV berfungsi lebih dari sekadar dokumentasi; mereka adalah penghalang bagi pelaku kejahatan yang tahu bahwa tindakan mereka akan tercatat dan bisa digunakan untuk mengejar mereka. Bayangkan CCTV sebagai jaring-jaring halus yang menyaring para pelaku dari celah-celah kecil yang selama ini mereka manfaatkan untuk bersembunyi. Tanpa pengawasan, kita seperti menari di atas kawat tipis, tanpa tahu kapan kaki kita bisa tergelincir.

Namun, infrastruktur saja tidak cukup. Keamanan yang sesungguhnya terletak pada kepercayaan yang tumbuh antara aparat penegak hukum dan masyarakat. Ketika aparat tidak bisa memberikan solusi nyata, kepercayaan itu perlahan menguap seperti embun di pagi hari yang tak mampu bertahan lama. Masyarakat merasa bahwa tindakan mereka tak akan berarti apa-apa. Laporan-laporan pencurian motor yang sering berakhir tanpa tindak lanjut hanya memperburuk keadaan. Di sinilah perlunya aparat hukum untuk lebih responsif, bukan hanya menunggu laporan datang, tetapi juga melakukan patroli yang lebih intensif di area rawan kejahatan.

Kepercayaan itu seperti air yang mengalir di sungai. Jika terus-menerus dibiarkan tercemar, maka aliran itu akan berhenti. Namun, jika dibersihkan dengan langkah-langkah nyata, kepercayaan bisa mengalir kembali dengan lancar. Bukan hanya tindakan reaktif setelah kejadian, tetapi tindakan preventif yang memastikan bahwa masyarakat merasa dilindungi setiap saat. Langkah konkret dari aparat hukum, seperti peningkatan patroli rutin dan penanganan kasus dengan transparansi, akan sangat membantu memulihkan kepercayaan yang telah luntur.

Selain itu, masyarakat juga harus dilibatkan dalam upaya menciptakan rasa aman. Keamanan bukan hanya tanggung jawab aparat penegak hukum, tetapi juga merupakan kewajiban bersama. Masyarakat harus memiliki kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan sekitar, seperti menjaga kendaraan dengan pengamanan yang lebih baik dan melaporkan hal-hal yang mencurigakan. Melalui kegiatan seperti ronda malam, gotong royong, atau bahkan sekadar saling mengingatkan, masyarakat bisa menjadi mata dan telinga yang membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman. Keamanan adalah hasil dari kerja sama yang erat, seperti satu bagian dari tubuh yang berfungsi bersama untuk mencapai tujuan yang sama.

Untuk memulihkan rasa aman di Cicalengka, kita harus melihat masalah ini dari berbagai sisi, bukan hanya dari perspektif aparat penegak hukum saja, tetapi juga dari sisi masyarakat itu sendiri. Dengan membangun kepercayaan melalui tindakan nyata dan komunikasi yang terbuka, kita bisa mulai mengatasi masalah ini. Jika setiap elemen bergerak bersama, bagaikan orkestra yang memainkan melodi yang sama, maka rasa aman itu tidak hanya akan kembali, tetapi akan semakin kuat.

* Tulisan kolom CATATAN DARI BANDUNG TIMUR merupakan bagian dari kolaborasi BandungBergerak.id dan Lingkar Literasi Cicalengka. Simak tulisan-tulisan lain Andrian Maldini Yudha atau artikel-artikel lain tentang Cicalengka.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//