• Berita
  • Ambisi Pemprov Jabar Membangun Masyarakat Literasi Ketika Judi Online Mewabah dan Minimnya Jumlah Perpustakaan

Ambisi Pemprov Jabar Membangun Masyarakat Literasi Ketika Judi Online Mewabah dan Minimnya Jumlah Perpustakaan

Lima puluh juta warga Jawa Barat diharapkan menjadi masyarakat literat dalam waktu dekat. Tidak sebanding dengan jumlah perpustakaan dan situasi literasi digital.

Ilustrasi kemudahan transaksi daring memicu budaya konsumerisme yang menjerat masyarakat. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana2 Desember 2024


BandungBergerak.idBaru-baru ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman mengeluarkan pernyataan ambisius terkait literasi. Bahwa Pemda Provinsi Jabar berkomitmen memperkuat literasi masyarakat Jabar dengan maksimal. Di sisi lain, provinsi ini memiliki masalah serius di bidang literasi digital seiring tingginya angka judi online. 

“Kami di sini berkomitmen untuk bekerja habis-habisan dalam membangun literasi. Dengan harapan, 50 juta warga Jawa Barat akan menjadi masyarakat literat dalam waktu dekat,” ucap Herman Suryatman, saat menghadiri Penyerahan Penghargaan Hasil Pengawasan Kearsipan Eksternal Tahun 2024 di Hotel Grand Sunshine Resort & Convention, Kabupaten Bandung, Selasa, 26 November 2024. 

Menurut Herman, pembangunan literasi masyarakat harus didukung dengan regulasi yang matang, mulai dari peraturan gubernur sampai peraturan bupati atau wali kota. Karenanya, Pemda Provinsi Jabar akan mendorong penguatan regulasi dalam pembangunan literasi. 

“Negara-negara maju memiliki kesadaran tinggi terhadap arsip dan literasi. Jika kita ingin menjadi provinsi yang maju, pondasinya harus kita perkuat mulai sekarang,” tambahnya. 

Herman pun optimistis Jabar mampu membuktikan sebagai provinsi pionir peradaban literasi. Namun, ia menyatkaan literasi bukan hanya tugas dinas, tetapi merupakan tanggung jawab kolektif. “Mari kita buktikan bahwa Jawa Barat bisa menjadi pionir peradaban berbasis literasi,” tutur Herman. 

Literasi sendiri terkait erat dengan buku ataupun perpustakaan. Badan Pusat Statitik (BPS) Jawa Barat merilis provinsi dengan jumlah penduduk 50 juta jiwa ini hanya memiliki 1.007 unit perpustakaan yang tersebar di kabupaten dan kota. BPS mencatat, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat sebagai daerah dengan jumlah perpustakaan terbanyak, yakni di atas 100 unit (Data BPS, diperbarui 27 Februari 2024).

Jumlah perpustakaan tersebut terbagi ke dalam berbagai kategori, yakni Perpustakaan Khusus Terakreditasi A, B, C, Perpustakaan Sekolah Terakreditasi A, B, C, Perpustakaan Perguruan Tinggi Terakreditasi A, B, C, dan Perpustakaan Umum Terakreditasi A, B, C.

Namun, data BPS tersebut baru berdasarkan kuantitas atau jumlah, bukan kualitas. Bagaimana pelayanan perpustakaan tersebut, jumlah buku, jumlah pengunjung, aksesibilitasnya, dan seterusnya masih perlu ditelusuri lagi. Tetapi dari sisi jumlah pun, angka 1.007 unit perpustakaan untuk provinsi sekelas Jawa Barat tampak amat sedikit. Taruhlah 50 juta penduduk Jawa Barat dibagi 1.007 unit perpustakaan, hasilnya satu perpustakaan akan melayani 49.653 orang lebih! 

Belum lagi jumlah 1.007 unit perpustakaan itu didominasi oleh perpustakaan sekolah dan pendidikan tinggi yang hanya diperuntukkan untuk kaum terpelajar, bukan untuk masyarakat umum.

Baca Juga:Orang Bandung dalam Jeratan Judi Online
Cerita Penyintas Kekerasan Berbasis Gender Online
Tidak semua UMKM di Bandung mampu Jualan Online 

Ilustrasi. Media sosial tak terpisahkan dengan keseharian orang-orang muda. (Ilsutrator: Arctic Pinangsia Paramban/BandungBergerak)
Ilustrasi. Media sosial tak terpisahkan dengan keseharian orang-orang muda. (Ilsutrator: Arctic Pinangsia Paramban/BandungBergerak)

Indeks Literasi Digital Jabar Meningkat, Angka Pelaku Judi Online pun Fantastis 

Belum lagi dengan literasi digital. Pusat Pelaporan Analisa dan Transaksi Keuangan (PPATK) melaporkan, Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang banyak mengakses judi online. "Jabar salah satu provinsi yang terpapar judi online cukup besar, yakni 535.000 yang terpapar (masyarakat) dengan transaksi 3,8 triliun (rupiah)," ungkap Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman, dikutip dari keterangan resmi, Minggu, 7 Juli 2024. 

Kasus judi online memang mengkhawatirkan. Perputaran uangnya sangat fantastis dan terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Secara nasional, PPATK mengakumulasikan transaksi judi online sejak awal 2023 hingga September 2023 sebesar 200 triliun rupiah. 

Tingginya angka judi online mempengaruhi Indeks Literasi Digital dan Perilaku Digital Jawa Barat tahun 2024. Berdasarkan survei dan pengukuran IDM Tech yang dilakukan selama tiga pekan di tahun 2024, Indeks Literasi Digital Jabar memang naik dari 3,43 di tahun 2023, menjadi 3,73 di tahun 2024. 

Pengukuran menggunakan 31 instrumen berdasarkan standar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. "Namun jika ditambah pengukurannya dengan menggunakan 61 instrumen, kenaikannya dari 3,43 pada tahun 2023, menjadi 3,49 di tahun 2024," ujar Gilang Mahesa, Pendiri IDM Tech, narasumber talkshow "Rilis Hasil Indeks Literasi dan Perilaku Digital Jawa Barat dan Pelatihan Cek Fakta" di Hotel Arya Duta, Kota Bandung, Kamis, 31 Oktober 2024. 

Menurut Gilang, penambahan instrumen pengukuran tersebut diperlukan karena kalau menggunakan instrumen standar dari Kemenkominfo belum memasukkan beberapa instrumen yang ada di lapangan sekarang. 

"Seperti judi dan pinjaman online, AI (Artificial Intelligence) dan beberapa instrumen lainnya, yang diperlukan sebagai tambahan instrumen pengukuran indeks karena itu berkaitan dengan digitalisasi," tambahnya. https://jabarprov.go.id/berita/viral-2024-indeks-literasi-digital-jabar-meningkat-tahun-2024-16096

Menurut Gilang, jika menggunakan instrumen ukur tambahan yang berkaitan dengan kondisi masyarakat digital kekinian, maka nilai indeks kenaikannya masih relatif kecil.

"Tetapi kabar baiknya tetap ada kenaikan karena untuk menaikkan indeks literasi digital tersebut cukup sulit meskipun nilainya hanya nol koma," tuturnya.

Gilang menjelaskan, beberapa unsur pengungkit naiknya indeks literasi digital, di antaranya adalah intervensi pemerintah dengan kabijakannya.

"Selain intervensi pemerintah dan swasta dengan memperluas jangkauan internet, bencana COVID-19 juga menjadi trigger naiknya digitalisasi. Kemudian pola adaptasi yang cenderung lebih midah terhadap digitalisasi dari beberapa generasi," jelasnya.

Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Diskominfo Jabar Viky Edya Martina menyebut, kegiatan talkshow bertujuan untuk mencermati hasil pungkuran Indeks Literasi dan Perilaku Digital di Jawa Barat.

"Hal ini diperlukan sebagai bahan untuk mengambil langkah strategis ke depan dengan tepat dalam meningkatkan kualitas literasi digital di Jawa Barat," kata Viky.

Berkaitan dengan Pelatihan Cek Fakta, Viky berharap masyarakat bisa lebih bijak dalam menerima setiap informasi yang ada agar tidak mudah terjebak hoaks.

Ia menuturkan, jumlah pengguna media digital di Jabar relatif tinggi, berisiko tinggi pula munculnya disinformasi, misinformasi, hoaks yang merusak komunikasi publik masyarakat.

"Sikap dan perilaku literatif perlu mewarnai setiap percakapan media digital. Kemanan dan keetisan harus menjadi pedoman dalam berkomunikasi digital pada media komunikasi apapun," pungkasnya.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut artikel-artikel lain tentang Bandung atau tentang Judi Online

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//