• Kolom
  • NGULIK BANDUNG: Peristiwa Perobekan Bendera Belanda di Surabaya, Terulang di Bank DENIS Jalan Braga #2

NGULIK BANDUNG: Peristiwa Perobekan Bendera Belanda di Surabaya, Terulang di Bank DENIS Jalan Braga #2

Endang Karmas dan Mulyono, dua orang pemuda tanggung yang berusaha merobek bendera biru milik Belanda yang berkibar di Bank DENIS, di tengah hujan peluru.

Merrina Listiandari

Pendiri Komunitas Djiwadjaman, bisa dihubungi via FB: Merrina Kertowidjojo, IG: merrina_kertowidjojo, atau FB page: Djiwadjaman

Bank Karya Pembangunan di Jalan Braga (sekarang Bank BJB) sekitar September 1988. (Sumber: Wikimedia Commons/Rijksdienst voor het Cultureel Erfgoed/Koleksi Temminck Groll)

9 Desember 2024


BandungBergerak.id – Situasi yang simpang siur di masyarakat Bandung kala itu, tidak lantas menyurutkan jiwa juang para pemuda Bandung. Dalam biografinya Ahmad Tirtosudiro mengatakan, para pemuda Bandung mengambil inisiatif untuk menemui sicho (wali kota) Atmadinata. Mereka bermaksud meminta wali kota agar memerintahkan menurunkan bendera-bendera Jepang dan menggantinya dengan bendera merah putih. Alih-alih mendapat jawaban tegas, Sicho Atmadinata malah menangis dan kebingungan karena tidak tahu apa yang harus dilakukan (Sriwidodo, 1978, Jenderal dari Pesantren Legok: 80 Tahun Ahmad Tirtosudiro).

Sementara itu dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu, berakhirlah Perang Dunia II. Sekutu mengirimkan tentara Inggris untuk mengamankan wilayah Indonesia yang disambut dengan siaga penuh dan mode perlawanan dari masyarakat Indonesia. Masyarakat tahu Inggris bekerja sama dengan Belanda untuk kembali menguasai wilayah yang pernah menjadi koloninya. Dalam benak masyarakat kala itu, untuk apa Inggris datang dengan tujuan melucuti tentara Jepang namun mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Perlawanan-perlawanan kala itu tak bisa lagi dibendung. Saat itu Surabaya menjadi basis perlawanan rakyat terhadap sekutu. Hotel Yamato, eks Hotel Oranje, masih diduduki oleh Belanda. Hotel tersebut menjadi kamp interniran Jepang bagi orang-orang Belanda. Dibantu oleh sekutu yang dipimpin oleh Victor W. Charles Ploegman, mereka mengibarkan bendera Belanda yang memicu kemarahan para pemuda Surabaya. Maka, terjadilah peristiwa fenomenal perobekan kain berwarna biru di Hotel Yamato tanggal 19 September 1945.

Bangunan gedung Bank BJB, dulu Bank Denis, dilihat dari sudut Jalan Naripan dan Jalan Braga, Bandung. (Foto: Koleksi Djiwadjaman)
Bangunan gedung Bank BJB, dulu Bank Denis, dilihat dari sudut Jalan Naripan dan Jalan Braga, Bandung. (Foto: Koleksi Djiwadjaman)

Tentara Sekutu Arogan, Rakyat Melawan

Antipati rakyat terhadap kedatangan pasukan Inggris di Indonesia telah menyebar termasuk di Kota Bandung. Kecewa dengan ketidaktegasan Sicho Atmadinata, para pemuda Bandung tidak patah arang. Masih menurut Ahmad Tirtosudiro, para pemuda Bandung yang dipimpin oleh Ahmad dan Mashudi menemui Syucho (residen) Priangan, Puranegara. Setali tiga uang, Syucho Puranegara pun sama tidak berani memberi keputusan yang tegas.

Seperti kehilangan arah, para pemuda yang saat itu sedang semangat-semangatnya berjuang justru mendapat ketidakpastian dari para pemimpin mereka. Sehingga mereka memutuskan untuk menunggu perintah dari pimpinan pusat mereka di Jakarta.

Namun dalam kegamangan karena tidak mendapat arahan pasti dari pemimpin mereka, tanpa diduga rakyat Bandung mulai berani melakukan pergerakan. Walau dalam tatapan dan tekanan tentara Jepang, rakyat bersama kaum terpelajar berani untuk turun ke jalan dan mereka mulai melucuti senjata tentara Jepang.

Sementara itu, karena merasa mendapat dukungan dari tentara Inggris yang ditugaskan sekutu untuk mengamankan Indonesia, tentara Belanda mulai berani melakukan tindakan-tindakan yang justru memicu kemarahan rakyat. Sama seperti di Surabaya, mereka mulai berani mengibarkan bendera tiga warna mereka rood wit blau, alias merah putih biru di Gedung Bank DENIS, Braga Weg No.14 di akhir November 1945.

Kelakuan menyebalkan dari pihak Belanda itu seakan membangunkan macan dari tidurnya. Menurut R. H. Eddie Soekardi, dalam buku Hari Juang Siliwangi: Sejarah Makna dan Manfaatnya untuk Masyarakat Jawa Barat dan Banten, peristiwa itu menyebabkan para pemuda dan masyarakat dari seluruh penjuru Bandung datang bergerombol di depan gedung yang telah dikuasai Belanda dan tentara sekutu.

Dengan kemarahan yang memuncak para pemuda meminta tentara-tentara penjajah itu segera menurunkan bendera tersebut. Namun bukannya memenuhi permintaan rakyat yang telah bergerombol di depan gedung Bank DENIS, para tentara Inggris malah menunjukkan sikap yang seolah-olah melecehkan bahkan terkesan menantang para pemuda Bandung.

Tentara Inggris dengan sikap arogannya, menembakkan senapan ke udara. Bukannya gentar dengan aksi tersebut, justru mereka menganggap tembakan itu sebagai aba-aba untuk melakukan aksi. Maka pertempuran jarak dekat pun tak dapat dihindarkan. Para pemuda dari Barisan Banteng Republik Indonesia dan Tentara Keamanan Rakyat, merangsek maju dan mulai melucuti senjata tentara Jepang. Nyali tentara para penjajah itu pun ciut dengan aksi kelompok-kelompok pemuda tersebut.

Baca Juga: NGULIK BANDUNG: Peristiwa Perobekan Bendera Belanda di Surabaya, Terulang di Bank DENIS Jalan Braga #1
NGULIK BANDUNG: Riwayat Pemindahan Ibu Kota Priangan dari Cianjur ke Bandung #6
NGULIK BANDUNG: Pahatan Harimau di Gua Jepang Tahura Bandung dan Kisah Mengharukan di Baliknya

Peristiwa Perobekan Bendera Belanda oleh Para Pemuda di Bandung

Memang jiwa heroik para pemuda Indonesia kala itu luar biasa. Tidak hanya mahasiswa dan masyarakat dewasa yang bergerak dalam pertempuran itu, sekelompok pelajar Sekolah Kader Militer, setingkat SMP saat ini, ikut ambil bagian dalam pertempuran jarak pendek, bahkan satu lawan satu. Setelah ada yang berhasil melawan para serdadu Jepang di muka Bank DENIS, mereka merangsek masuk dan naik hingga menara gedung.

Menurut R. H. Eddie Soekardi, insiden tersebut memantik para tentara sekutu yang berada di Hotel Homann untuk melakukan perlawanan. Tak tanggung-tanggung tentara-tentara penjajah tersebut memberondong para pemuda tersebut dengan peluru-peluru tajam. Kejadian itu tak membuat mereka gentar. Mereka terus naik hingga menara Bank DENIS tempat si tiga warna dikibarkan.

Adalah Endang Karmas dan Mulyono, dua orang pemuda tanggung yang baru saja lulus dari Sekolah Kader Militer di Tegallega telah sampai di Menara. Dengan semangat juang yang tinggi, entah apa yang terlintas dalam benak mereka berdua. Keduanya berusaha keras untuk meraih bendera Belanda tersebut. “Dengan menaiki bahu Mulyono, dengan menggunakan bayonetnya Endang Karmas, mencabik-cabik bendera bagian yang biru,” tutur R. H. Eddie Soekardi.

Apakah kedua pemuda pelajar tersebut terinspirasi dengan aksi heroik yang dilakukan para pemuda di Hotel Yamato, Surabaya? Bisa jadi, karena kejadiannya berselang  hanya dua bulan dari insiden perobekan bendera di Surabaya. Satu hal pasti, dan layak untuk diteladani, apa yang dilakukan keduanya beserta  seluruh pemuda dan masyarakat Bandung kala itu dipicu oleh kegeraman karena terus ditindas oleh bangsa asing. Mereka gigih berjuang mempertahankan harga diri bangsa dan kecintaan mereka pada tanah air. Selamat Hari Pahlawan!

 

 *Tulisan kolom Ngulik Bandung karya Merrina Listiandari ini merupakan bagian dari kolaborasi bandungbergerak.id dan Komunitas Djiwadjaman

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//