• Berita
  • TEDxBandung 2024: Kembali pada Lokalitas untuk Merumuskan Masa Depan

TEDxBandung 2024: Kembali pada Lokalitas untuk Merumuskan Masa Depan

Zaman silih berganti. Teknologi berkembang pesat hingga saat ini. Namun, tradisi lokal tidak akan bisa tergantikan.

Acara TEDxBandung 2024 bertajuk Kiwari, 7 Desember 2024, di Museum Sri Baduga, Bandung. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)

Penulis Salma Nur Fauziyah13 Desember 2024


BandungBergerak.idHidup manusia berada di antara modernitas dan tradisi, sebagaimana terkandung dalam salam khas Sunda di Kasepuhan Ciptagelar. Salam ini mengapit tangan ke kanan dan ke kiri, menunjukan bahwa masa lalu dan masa kini selalu berdampingan bagi perjalanan hidup manusia. 

Berpegang teguh pada adat atau tradisi yang diberikan oleh para leluhur sangatlah penting untuk dapat hidup berdampingan dengan alam, seperti dalam pemaparan Yoyo Yogasmana, juru bicara Kasepuhan Ciptagelar di acara TEDxBandung 2024: Kiwari, 7 Desember 2024, di Museum Sri Baduga, Bandung. 

“Setiap kali mendapat perintah wangsit, orang-orang kita akan menjalankan proses yang disebut ngalalakon. Berpindah ke satu tempat, kemudian nanti akan berganti nama,” jelas Yoyo di panggung TEDxBandung. 

Menurut Yoyo, dalam dongeng lakon kemanusian, manusia memiliki laku dan perilaku. Lantas, muncul istilah ngalalakon, merupakan tugas kasepuhan dari tahun 1386 dan masih berjalan hingga saat ini. Proses perpindahan ini tentu sudah dialokasikan oleh para leluhur. Masyarakat hanya perlu berpindah ke tempat yang sudah ada dan tidak perlu mencari tempat yang baru.

Kehidupan yang dilakoni pun tercerminkan pada kegiatan menanam padi. Yoyo menjelaskan, menanam padi jatahnya hanya satu kali selama setahun. Berpatokan dengan rasi bintang Kidang dan Kerti. Hal ini dilakukan sebagai tradisi menghormati ibu bumi. 

“Kira-kira ada gak seorang ibu yang melahirkan lebih dari satu kali dalam setiap tahun? Tentu saja tidak ada,” ujar Yoyo.

Memang ada beberapa orang menanam padi hingga beberapa kali. Tapi, Yoyo mengatakan hasil penanaman tersebut tidak akan menjadi suatu keberkahan. 

Jika menganggap tanah atau bumi sebagai ibu, Yoyo menyebut rasi bintang sebagai perumpamaan seorang ayah. Rasi bintang sendiri dianggap sebagai pengatur kehidupan. Ketika kerti (rasi bintang orion) sudah tidak terlihat lagi, maka itulah manusia berhenti bercocok tanam dan hama mulai turun. 

“Kita harus ingat bahwa hak waktu bagi manusia telah selesai. Kenapa? Karena setelah itu waktu yang dibutuhkan oleh kehidupan,” jelas Yoyo. 

Waktu kehidupan berarti memberikan kesempatan bagi makhluk hidup lainnya untuk menjalankan kehidupannya sendiri, contohnya adalah berkembang biak.

Meski terbuka dalam kemajuan teknologi, Kasepuhan Ciptagelar masih tetap mempertahankan cara tradisional untuk bertani. Pola bertani ini sesuai dengan kehidupan. Tidak harus selalu terperangkap dengan modernitas.

Yoyo memberikan perumpamaan. Untuk membajak sawah, fungsi traktor tidak bisa sepenuhnya menggantikan kerbau. Jika traktor kencing maka akan membuat masalah bagi pertanian. Namun jika yang kencing adalah kerbau, maka kencingnya ini membawa berkah sebagai pupuk.

Bahkan dalam memetik atau memanen padi pun harus penuh kehati-hatian. Sebagaimana kita memperlakukan tubuh sendiri. Dengan cara tradisional seperti ini, Kasepuhan Ciptagelar sudah menyelamatkan stok pangan untuk 95 tahun ke depan.

Melestarikan tradisi artinya sama dengan mengingat sejarah apa yang sudah nenek moyang atau leluhur lakukan di masa lampau. Yoyo mengingatkan tradisi ini ada sebagai pengingat bagi anak-anak muda yang sudah tidak mengenal lagi apa itu kemanusiaan dan siapa sajakah saudara mereka. 

“Yang kita butuhkan adalah hidup berdamai. Paling tidak berdampingan dengan sesama manusia,” katanya.

Kopi dan Perempuan 

Masih di acara TEDXBandung, Rani Mayasari, seorang petani dan prosesor kopi yang telah berkiprah selama 15 tahun di Kabupaten bandung Barat. Ia sukses menjalankan bisnis kopinya, Java Halu Coffee, dengan proses yang lebih ramah lingkungan. 

Menggunakan teknologi yang hemat air dan energi, Java Halu Coffee bahkan diklaim menjadi salah satu prosesor kopi yang tidak menghasilkan sampah apa pun atau zero waste. Mereka mengelola sampah kopi menjadi berbagai macam barang lainnya yang bernilai ekonomi tinggi.

Sebelum memulai bisnis kopinya ini, Rani sudah pernah melakukan bisnis bersama keluarga. Namun, karena menikah dengan orang yang salah, bisnis keluarga itu hancur. Maka ia mulai membuka bisnis lainnya, yaitu bisnis kedai kopi di tahun 2012

“Menjadi warga Gunung Halu saat itu, memerlukan effort yang luar biasa untuk mendapatkan informasi, mendapatkan edukasi, mendapatkan fasilitas medis yang memadai. Namun, di sana ada potensi kopi,” cerita Rani.

Melihat potensi yang besar di tempat tinggalnya, ia pun masuk ke dalam industri kopi sebagai produsen. Ia kemudian memberdayakan warga setempat sebagai petani kopi.

Dari 160 orang yang sudah tergabung dalam komunitas petani kopi di Gunung Halu ini, sebanyak 80 persen dari mereka adalah perempuan. 

“Kenapa perempuan? Karena saya ingin menjadi bagian dari perjuangan mereka. Perjuangan para perempuan di wilayah Gunung Halu, yang membutuhkan ruang berdiskusi, ruang komunikasi, untuk bisa keluar dari kekerasan yang mereka alami dan dikelilingi orang-orang yang mencintai mereka,” kata Rani, yang juga persis mengalami apa yang dirasakan perempuan-perempuan tersebut. 

Ia berharap kaum perempuan tidak hanya mandiri secara ekonomi, tetapi juga memiliki kepercayaan diri dan mendapatkan haknya sebagai perempuan, ibu, ataupun istri.

Baca Juga: TEDxBandung Mendorong Gerakan Inisiatif Komunitas dan Akar Rumput untuk Mengolah Gagasan
TEDxBandung Mengupas Kekuasaan Sipil Menjelang Pilkada Serentak 2024

Acara TEDxBandung 2024 bertajuk Kiwari, 7 Desember 2024, di Museum Sri Baduga, Bandung. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)
Acara TEDxBandung 2024 bertajuk Kiwari, 7 Desember 2024, di Museum Sri Baduga, Bandung. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)

Tentang TEDxBandung 2024: Kiwari 

Permasalahan yang terjadi di masa kini, tentu mempunyai sebab yang berkaitan dengan masa lampau. Sama seperti pertanyaan yang terlontar dari mulut Ardan Achsya, “Kenapa Bandung?”. Pertanyaan yang sempat viral dengan jawabannya yang meromantisasi keindahan Bandung itu menuai komentar banyak orang.

Meski begitu, pertanyaan ini sebenarnya dapat mengundang refleksi bahwa di balik keindahan dan kejayaan Bandung yang selalu dielu-elukan banyak orang, terselip problematika yang perlu diperhatikan. Itulah yang ingin TEDxBandung respons dari pertanyaan Ardan tersebut. 

“TEDxBandung mengajak Hadirin Kiwari untuk merenungkan masa lampau dan memproyeksikan masa depan Kota Bandung,” demikian keterangan resmi TEDxBandung 2024: Kiwari. 

Sebelumnya, TEDxBandung hadir dalam acara The Brave and The Brilliant  yang diadakan di Urbane Cafe pada 5 Mei 2024 lalu. Sebuah gebrakan TEDxBandung untuk menyapa para wargi Bandung setelah vakum tujuh tahun lamanya. Sesuai temanya, TEDxBandung mencoba mendorong masyarakat untuk berani menyuarakan gagasan briliannya.

Mendekati Pilkada, TEDxBandung juga menyelenggarakan Salon dengan tema “Imagining Our Common Future’, di Fragment Project pada 9 November lalu. Agenda utamanya adalah nonton bersama film dokumenter dan diskusi berkelompok tentang gagasan membenahi Kota Bandung ke depannya.

Acara TEDxBandung 2024: Kiwari mengangkat tiga unsur utama: Earth, Eat, dan Art. Melalui keterwakilan unsur tersebut, TEDxBandung memberitahukan realitas sebenarnya di Kota Bandung. 

Ada tiga pembicara terkurasi di setiap sesi atau total pembicara ada sembilan orang. Tidak lupa juga diselingi oleh pertunjukan dari para seniman. Di setiap sesi pun dipandu oleh tiga pewara yang berbeda. Di sesi Earth akan dipandu oleh Siska Nurmala, sesi Eat oleh Anggia Bonyta, dan sesi Art oleh Keni K. Soeriaatmadja.

Tidak hanya penampilan pembicara inspirasional dalam X-Theatre, tetapi juga ada beberapa sesi yang menarik seperti Discovery Session dan Food Program. Selain booth dari para mitra mulai dari pottery hingga roti bakar Panjo, ada pula lokakarya yang dapat diikuti oleh peserta.

Melalui DISCOVERY SESSION, hadirin dimanjakan dengan pengalaman multisensory yang variatif. Beberapa kegiatan yang ditawarkan diantaranya: kreasi kerajinan tanah bersama CH Pottery, membuat kokedama (tanaman dalam bola tanah dan lumut khas Jepang) bersama H2O, menyeduh teh artisan bersama OZA Tea, journaling untuk kesejahteraan diri bersama Havilla Tea, dan pembuatan aroma terapi bersama Chi.Scent.

Food Program pun tidak kalah menarik. Dalam sesi ini peserta dapat memilih makan siang yang sudah dikurasi oleh Hendri Aditya, dari komunitas Mondar-mandir Makan. Peserta mendapatkan pilihan sayur lodeh dari Warung Obun dan nasi pencok dari Tastewise hingga minuman kopi dan coklat. 

Semua rangkaian acara ini memberikan sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Dan seperti harapan dari TEDxBandung sendiri bahwa adanya kegiatan ini diharapkan menjadi ruang untuk saling bertukar ide dan berupaya membangun wajah Bandung di masa kini. Sesuai dengan nama acara TEDxBandung tahun ini, yaitu Kiwari yang berarti masa kini.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Salma Nur Fauziyah atau tulisan-tulisan tentang Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//