Nostalgia Balap Kereta Peti Sabun di Sabuga ITB
Balap kereta peti sabun populer di era 1980-an. Olahraga nostalgia ini dimainkan di Sabuga ITB, diikuti generasi milenial dan gen z.
Penulis Prima Mulia24 Desember 2024
BandungBergerak.id - Reyna melaju kencang di atas kereta peti sabunnya yang berwarna kombinasi merah muda dan putih. Ia menuruni jalanan dengan elevasi 30 derajat sepanjang 300 meter di area sekitar Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB Bandung, Minggu, 15 desember 2024.
Kereta peti sabun yang dikemudikan remaja perempuan berusia 16 tahun itu beradu cepat dengan kereta sabun di lajur sebelahnya yang dikemudikan oleh seorang remaja pria menuju ke garis finish. Para penonton pun bersorak memberi dukungan pada kedua pembalap. Mereka bersaing di nomor rookie alias pembalap pemula.
Para pembalap memulai start dari table top dengan bidang miring agar bisa melaju kencang sejak start. Sebelum lomba para pembalap melakukan latihan bebas untuk mengenali trek menurun dengan dua tikungan tersebut. Trek juga harus bersih dari jatuhan dedaunan atau sampah yang tercecer di lintasan.
120 peserta ambil bagian dalam kompetisi dengan tagline gorolongkeun weh yang dibagi menjadi derby race dan fun race di kelas rookie, legend, dan free for all. Kelas-kelas ini mengandalkan desain kereta dan keterampilan pengemudi untuk memaksimalkan kecepatan kereta peti sabun.
Pembalap bergantung pada desain termasuk aerodinamika kendaraan dan skill mengemudi. Kereta peti sabun adalah kendaraan tanpa mesin, hanya memanfaatkan gravitasi, karena itu harus dilaksanakan di jalanan dengan kontur jalan menurun.
Desain harus sesuai spesifikasi seperti panjang maksimal 2,25 meter, lebar maksimal 1,2 meter, ground clearance atau tinggi dari dasar kendaraan minimal 10 centimeter. Dilengkapi empat roda dengan diameter velg 18-20 inci, sistem pengereman harus rem cakram. Total berat kendaraan termasuk pengemudi antara 80-130 kilogram. Bentuk kereta peti sabun balap rata-rata mirip mobil balap formula.
"Baru pertama kali ikut lomba kereta sabun, tahu dari kakak ini juga. Seru, pas di turunan bisa kencang tapi saya bisa mengendalikan," kata Raka, pelajar SD berusia 11 tahun.
Raka berlomba di kelas rookie, sama seperti Reyna. Keduanya masih awam tentang kereta peti sabun, semuanya dipelajari dalam waktu cukup singkat. "Saya tahun peti sabun dari ayah, ayah dulu juga ikut main dan berlomba peti sabun juga," kata Reyna.
Baca Juga: Fasad-fasad yang Runtuh dan yang Bertahan
Wangi Tanah Terbakar
Harum Roti dari Lorong Kopo
Di ujung pagar pengaman dekat garis finish, Nesa (13 tahun) dan Syifa (15 tahun) kegirangan saat melihat dua kereta peti sabun menyentuh garis finish dalam waktu hampir bersamaan. Dua remaja pelajar SMP dan SMA ini sengaja datang nonton bersama beberapa orang tetangga dan keluarga mereka dari permukiman sekitar di daerah Tamansari.
"Baru tahu ini namanya peti sabun, seru juga ya, tadi ada yang nyaris nabrak pagar pengaman," kata Nesa.
Syifa juga mengaku baru pertama kali menonton lomba kereta peti sabun. "Baru sekali ini nonton dan liat peti sabun, bentuknya kaya mainan mobil untuk anak-anak, tapi kencang ya. Pantesan yang ikutnya banyak orang dewasa juga," kata Syifa.
Balap kereta peti sabun yang populer di era 1980-an ini jadi hiburan gratis di akhir pekan bagi warga kota. Sebagian generasi remaja yang datang masih awam dengan kereta peti sabun. Sejarah mainan anak-anak berupa kendaraan beroda tanpa mesin terbuat dari peti kayu bekas sabun ini dimulai di Ohio, Amerika Serikat. Lomba pertama digelar sekitar tahun 1930-an.
Dua puluh tahun kemudian, lomba kereta peti sabun pertama di Indonesia digelar di Bandung tahun 1950. Diselengarakan oleh Koran AID De Preangerbode. Lomba berlangsung di Jalan Sukajadi yang memiliki jalur panjang lurus dengan kontur menurun. Lomba ini berlanjut hingga 1951 dan 1952.
Organisasi Daya Mahasiswa Sunda (Damas) melanjutkan gelaran lomba di lokasi yang sama pada tahun 1975, 1976, 1979, 1981, dan 1985. Itu lomba terakhir sebelum vakum sangat panjang. Lebih dari tiga dekade kemudian akhirnya Damas kembali menggelar adu cepat kereta peti sabun di Bandung, dilaksanakan di di turunan Jalan Diponegoro depan Musium Geologi pada tahun 2023.
Belajar dari lomba di lintasan Jalan Diponegoro tahun lalu yang kurang curam, trek lomba ini dipindah ke Sabuga. Lokasinya bukan di jalan umum jadi tidak askan menyebabkan kemacetan, mengingat Kota Bandung saat ini selalu macet akibat galian ducting kabel serat optik yang semerawut.
Lomba kereta peti sabun ini digelar untuk kembali menghidupkan kretaivitas anak Bandung khususnya dan anak-anak muda daerah lain.
“Siapa punlah, ini kan sebenarnya olahraga, harus disiplin. Harus cerdas memikirkan kumaha gorolong teh pagancang-gancang dengan spek yang ada karena ini kan tanpa mesin (harus cerdas memikirkan desain kendaraan sesuai spek karena peti sabun ini beradu cepat tanpa mesin)," kata Sulhan Syafii dari media centre lomba kereta peti sabun Damas LKPS XII.
*Mari membaca tulisan-tulisan lain dari Prima Mulia, atau artikel-artikel lain tentang Kota Bandung