• Berita
  • Lebih dari 11 Miliar Rupiah Tender Pembangunan dan Rehabilitasi Trotoar Kota Bandung Sepanjang 2024, Kualitas Fasilitas Pejalan Kaki Belum Merata

Lebih dari 11 Miliar Rupiah Tender Pembangunan dan Rehabilitasi Trotoar Kota Bandung Sepanjang 2024, Kualitas Fasilitas Pejalan Kaki Belum Merata

Trotoar di Jalan Braga relatif lebih baik dibandingkan di pinggiran yang jauh dari pusat kota. Di mana pun pejalan kaki berhak menginjak trotoar yang nyaman.

Pekerja mengerjakan proyek pembangunan trotoar di sepanjang jalur hijau Jalan Pahlawan, Kota Bandung, 23 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Awla Rajul3 Januari 2025


BandungBergerak.idTrotoar di Kota Bandung memiliki kualitas yang beragam. Beberapa trotoar sering mengalami rehab seuai standar, dilengkapi jalur pemandu atau guiding block yang berfungsi untuk membantu kawan-kawan difabel. Namun tidak sedikit trotoar yang fungsinya belum ideal bagi para pejalan kaki.

Padahal, trotoar atau pematang jalan perlu dipastikan dibangun ideal, aman, dan nyaman. Jika merunut definisi peraturan perundang-undangan, trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki.

Hak untuk mendapatkan trotoar yang berkaitan dengan keamanan pejalan kaki ini telah diatur melalui Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan. Singkatnya, dalam bagian kedua pada Perda tersebut, pemerintah menjamin dan harus melakukan penertiban penggunaan trotoar yang diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki (Pasal 4 dan Pasal 5).

Upaya membangun trotoar bagi pejalan kaki di Kota Bandung bukannya tidak ada upaya. Sepanjang 2024, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengeluarkan dana sebanyak 11,9 miliar rupiah (11.963.418.378 rupiah) untuk pembangunan dan rehabilitasi trotoar di sejumlah ruas jalan. Total dua paket pembangunan trotoar dan lima paket rehabilitasi trotoar itu sebelumnya dianggarkan dengan nilai pagu sebesar 15, 6 miliar rupiah di bawah tanggung jawab Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga.

Menurut laman LPSE Kota Bandung, dua paket pembangunan trotoar dilakukan di Jalan Terusan Jakarta dan Jalan Viaduck. Pembangunan trotoar paket 1 Jalan Terusan Jakarta menghasilkan nilai kontrak sebesar 1.989.607.200 rupiah. Tender pekerjaan konstruksi ini dimenangkan oleh Faraz Jaya Abadi yang beralamat di Jalan Tinaloga Kelurahan Dulomo Selatan, Kota Gorontalo.

Sementara pembangunan trotoar paket 2 Jalan Viaduck dibangun dengan nilai kontrak sebesar 659.000.000 rupiah. Tender yang sempat diulang ini dimenangkan oleh PT. Nusaena Timur Abadi yang beralamat di Jalan Atput II Nomor 4 Kota Bandung. Total nilai kontrak untuk dua paket pembangunan ini sebesar 2.648.607.200 (2,6 milyar) rupiah dengan nilai pagu anggaran sebesar 3,6 miliar rupiah.

Adapun tender pekerjaan konstruksi rehabilitasi trotoar sebanyak lima paket berlokasi di sekeliling Lapang Tegallega, sekeliling Lapang Lodaya, Jalan Gatot Subroto Segmen Turangga – Jalan Pelajar Pejuang, Jalan Cilaki, dan Jalan Cisangkuy, dan Jalan A Yani.

Rehabilitasi Trotoar Paket 1 Sekeliling Lapang Tegallega dikerjakan oleh CV. Jembar Rizki Barokah yang beralamat di Perumahan Villa Samara Blok E No.6 RT05/RW06, Garut, dengan nilai kontrak sebesar 3.090.674.475 rupiah. Paket 2 dikerjakan oleh CV. Satrya Kencana yang beralamat di Jalan Parakan Arum No.22 Batununggal, Kota Bandung, dengan nilai kontrak sebanyak 1.600.504.686 rupiah.

Paket 3 rehabilitasi trotoar Jalan Gatot Subroto Segmen Turangga – Jalan Pelajar Pejuang dimenangkan dan dikerjakan oleh CV. Ihsan Putra Mandiri. Perusahaan yang beralamat di Perum Mitra Barik Jalan Batik Raya II No. E, Kota Tasikmalaya melakukan rehabilitasi trotoar dengan nilai kontrak sebesar 2.243.136.311 rupiah.

Paket 4 rehabilitasi trotoar Jalan Cilaki dan Jalan Cisangkuy dikerjakan oleh CV. Limujang 17, di Komplek GBA I Blok F73 RT001/RW015 Bojongsoang, Kabupaten Bandung, dengan nilai kontrak sebesar 1.588.596.996 rupiah. Dan paket 5 rehabilitasi trotoar Jalan A. Yani dimenangkan oleh CV. Zihan Putri Pratama, beralamat di Jalan Sombongpari Kulon Rt.16/04 Kota Tasikmalaya, dengan nilai kontrak sebesar 791.898.710 rupiah.

Total nilai kontrak untuk kelima paket tender rehabilitasi trotoar itu berjumlah 9.314.811.178 (9,3 miliar) rupiah, dengan nilai pagu anggara sebesar 12 miliar rupiah.

Baca Juga: Trotoar dan Taman di Bandung Belum Sepenuhnya Layak bagi Kawan Difabel
Trotoar Kota Bandung tidak Ramah pada Pengguna Kursi Roda
Ditunggu! Perbaikan Trotoar tidak Ramah Pejalan Kaki di Kota Bandung

Warga melintas di proyek pembangunan trotoar di sepanjang jalur hijau Jalan Pahlawan, Kota Bandung, 23 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Warga melintas di proyek pembangunan trotoar di sepanjang jalur hijau Jalan Pahlawan, Kota Bandung, 23 Oktober 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Braga dan Luar Braga

Pedestrian atau tempat pejalan kaki di Kota Bandung yang banyak digemari turis lokal maupun dari luar Bandung adalah Jalan Braga, seperti tampak dalam dalam artikel “Tingkat Kepuasan Pejalan Kaki terhadap Trotoar di Kota Bandung (Studi Kasus Jalan Braga Bandung” yang ditulis Tatik Rohmawati dan Tri Widianti Natalia. 

Kedua penulis mengungkapkan, trotoar di Jalan Braga Kota Bandung mendapatkan penilaian baik dengan persentase 83 persen. Angka itu didapatkan dari kriteria kondisi fisik trotoar, keamanan, hardscape, softscape, kenyamanan, estetika, ruang sosial, kualitas linkungan, path facilities/amenities, dan memorial.

Penelitian Tatik dan Tri yang dimuat dalam Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume VIII No.2 Desember 2018 itu menyebutkan trotoar Braga merupakan tujuan utama wisata yang digunakan oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Ruas jalan ini pun sudah digunakan sebagai jalan protokoler sejak pendudukan Belanda.

“Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih berupaya memperbaiki dan menjaga keramahan trotoar di Jalan Braga khususnya dan trotoar lainnya di kota Bandung. Diharapkan dengan tingginya tingkat kepuasan pejalan kaki, akan meningkatkan minat orang untuk berjalan kaki, sehingga dapat mengurangi jumlah kendaraan yang sering menimbulkan kemacetan dan polusi udara,” tulis Dosen Ilmu Pemerintahan dan Dosen Teknik Arsitektur Unikom itu.

Jika Braga yang sudah baik tingkat kepuasaannya, berbeda dengan trotoar di koridor Jalan Otto Iskandardinata yang mendapatkan nilai buruk. Hasil itu tercermin melalui penelitian yang dilakukan oleh Pramudya Adhi Nugroho, Septiana Hariyani, dan Imma Widyawati Agustin yang berjudul “Evaluasi Kinerja Operasional Jalur Pejalan Kaki pada Koridor Jalan Otto Iskandardinata Kota Bandung”.

Pramudya dkk melakukan penelitian dilakukan di Koridor Jalan Otto Iskandardinata bagian selatan atau mulai dari Persimpangan Jalan Otto Iskandardinata dengan Jalan Pungkur-Jalan Pasir Koja hingga dengan persimpangan Jalan Otto Iskandardinata dengan Jalan Peta-Jalan BKR dengan panjang koridor kurang lebih 1,1 kilometer.

Dalam penelitiannya ditemukan bahwa trotoar di ruang jalan ini memiliki lebar yang beragam pada setiap sisi dan segmennya. Tetapi terdapat lima sisi jalur pejalan kaki yang memiliki lebar sama, yaitu 1,80 meter pada segmen 1, segmen 2, dan segmen 4 sisi timur.

“Pada keempat segmen jalur pejalan kaki, masih terdapat hambatan berupa PKL pada segmen 1, segmen 3, dan segmen 4 serta parkir liar pada segmen 1 dan barang pemilik toko pada segmen 2. Berdasarkan hasil analisis terhadap fasilitas pelengkap jalur pejalan kaki, hanya fasilitas pejalan kaki drainase dan jalur hijau pada segmen 3 dan segmen 4 yang telah sesuai dengan standar yang berlaku,” tulis Pramudya dkk dalam artikel yang diterbitkan dalam Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 2, April 2022.

Dari hasil penelitiannya, ditemui hanya satu sisi jalur trotoar yang lebarnya sesuai dengan Permen PU No.3/PRT/M/2014, yaitu segmen 3 sisi Barat. Sementara tujuh sisi trotoar lainnya masih belum sesuai standar yang berlaku. Berdasarkan fasilitas pelengkap, hanya terdapat dua jenis sesuai dengan peraturan yang dirujuk, yaitu drainase dan jalur hijau, itu pun hanya pada segmen 3 dan segmen 4.

Adapun berdasarkan tingkat operasional (Level of Service (LOS), LOS paling buruk pada saat weekday ditemukan di LOS B pada segmen 1, segmen 3, dan segmen 4. Sementara pada waktu weekend, LOS tertinggi ialah LO.  

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Awla Rajul atau artikel-artikel lain tentang Trotoar Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//