• Berita
  • Ditunggu! Perbaikan Trotoar tidak Ramah Pejalan Kaki di Kota Bandung

Ditunggu! Perbaikan Trotoar tidak Ramah Pejalan Kaki di Kota Bandung

Pemkot Bandung membentuk satgas trotoar. Bandung memiliki 1.172,78 kilometer yang kondisi trotoarnya belum tentu ramah bagi pejalan kaki.

Warga membantu pengguna kursi roda menuruni ramp akses Dago Cikapayang, Kota Bandung, Selasa (1/3/2022). Tidak sedikit fasilitas publik seperti trotoar di Bandung yang tidak ramah disabilitas. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana17 Mei 2023


BandungBergerak.idPemerintah Kota Bandung telah membentuk satgas trotoar untuk mengembalikan fungsi sejati trotoar, yaitu memfasilitasi hak pejalan kaki. Keberadaan satgas perlu dibarengi perencanaan yang matang karena banyak trotoar di Kota Bandung yang membutuhkan perbaikan dan perhatian.

Satgas trotoar Kota Bandung dibentuk di bawah Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) yang dibantu Satpol PP dan Dishub. Trotoar yang menjadi sasaran pertama satgas ada di wilayah Kebun Binatang Bandung, Jalan Tamansari.

"Banyak parkir liar, salah satunya depan kebun binatang. Itu akan kita pasang bollard-bollard (patok atau tiang pembatas trotoar). Kami juga akan tempatkan petugas dari Dishub dan Satpol PP untuk menjaga trotoar di sekitar sana," Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna, dikutip dari siaran pers.

Ema menegaskan, parkir liar atau pungutan liar tidak dibenarkan. Pelaku pungutan liar akan ditindak oleh Saber Pungli. 

"Di sana saya mintakan untuk clear, tidak boleh ada parkir. Jangan ada yang malah melakukan pungutan liar," tegas Ema.

Menurutnya, trotoar merupakan hak pejalan kaki dan tidak boleh dipakai lahan parkir. Ema berjanji akan mengoptimalkan fungsi trotoar sebagai sarana pejalan kaki

Tak hanya di trotoar wilayah Kebun Binatang Bandung, satgas trotoar akan terus bekerja di trotoar-trotoar lain di Kota Bandung. Selain menjaga dari parkir liar, Satgas pun bertugas untuk menjaga infrastruktur trotoar.

Baca Juga: Birokrasi Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar Direpotkan oleh Ratusan Aplikasi Bikinan Sendiri?
Pendaftaran Calon Anggota KPU Jabar Dibuka, Keterwakilan Perempuan Perlu Diusahakan
Ekofeminisme, Semangat Perempuan untuk Menyelamatkan Lingkungan

Trotoar Kota Bandung serba Kekurangan

Sudah lama trotoar di Kota Bandung memiliki banyak kelemahan bagi pejalan kaki. Penelitian tentang trotoar misalnya pernah dilakukan Rosi Andriani dari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 2017 silam.

Dalam penelitian berjudul “Analisa Kinerja dan Perencanaan Perbaikan Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan Tamansari Kota Bandung”, Rosi Andriani menjabarkan bahwa Kota Bandung dikenal sebagai kota kuliner, pusat kegiatan pemerintahan, industri, pendidikan, tempat perbelanjaan dan wisata.

Salah satu daerah yang pertumbuhannya pesat adalah Jalan Tamansari. Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Pasundan (Unpar), Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri di Tamansari sebagai pusat pendidikan. Ada pula Balubur Town Square (Baltos) sebagai tempat perbelanjaan, dan Kebun Binatang Bandung sebagai tempat wisata.

Berdirinya pusat-pusat aktivitas publik tersebut membuat kegiatan jalan kaki di kawasan Tamansari terus meningkat.

Rosi Andriani menjelaskan bahwa jalan kaki merupakan moda transportasi yang paling murah dan mudah dilakukan. Namun pada kenyataannya, moda transportasi konvensional ini kurang diperhatikan dalam segi keamanan dan kenyamanan. Hal tersebut dibuktikan dengan perbandingan kondisi eksisting ruas jalan untuk kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Padahal, berjalan kaki merupakan cara yang paling cepat untuk menyelesaikan perjalanan pendek (pedestrian catchment area).

“Tradisi berjalan kaki sebagai moda transportasi mempunyai berbagai keuntungan antara lain mengurangi pencemaran/polusi udara dan suara, menghemat bahan bakar (BBM), dan menghemat biaya/ongkos transportasi. Selain itu juga mempunyai manfaat sosial yaitu sebagai tempat pertemuan individu-individu, terjadinya interaksi sosial, menimbulkan kesan kota yang lebih santai, dan menyehatkan bagi pejalan kaki,” papar Rosi Andriani, diakses Rabu (17/5/2023).

Rosi mengidentifikasi sejumlah fasilitas pejalan kaki di Jalan Tamansari rusak, belum ramah kaum difabel, bahkan belum terdapat fasilitas pejalan kaki di beberapa segmen. Selain itu, bahu jalan dan fasilitas pejalan kaki yang sudah ada sebagian dijadikan lahan parkir dan Pedagang Kaki Lima (PKL). Semua itu menjadi permasalahan yang belum terselesaikan hingga saat ini.

Rosi melakukan kajian dengan perhitungan teknis yang cukup rumit. Disebutkan bahwa Jalan Tamansari termasuk dalam kelas jalan lokal dengan panjang 2,7 kilometer dan lebar yang bervariasi antara 7 hingga 9 meter.

Pada umunya terdapat trotoar di kedua sisi Jalan Tamansari, namun di beberapa segmen terdapat trotoar yang sudah rusak dan belum ramah kaum difabel. Ada pula segmen yang belum memiliki trotoar.

Penelitian ini menyimpulkan jalur pedestrian Jalan Tamansari menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan jalur pedestrian tersebut belum optimal dan tidak digunakan dengan baik oleh masyarakat. Peneliti juga menemukan tidak adanya fasilitas yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

Penelitian yang dilakukan Rosi Andriani terjadi dalam lingkup sangat lokal, yakni seputar Jalan Tamansari. Sementara Kota Bandung memiliki 1.172,78 kilometer jalan yang secara umum kondisi trotoarnya belum tentu baik bagi pejalan kaki. Dengan demikian, diperlukan perencanaan yang matang untuk memperbaiki trotoar di Kota Bandung. Apakah satgas trotoar bisa melakukannya? 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//