MULUNG TANJUNG #16: Ciguriang, Kampung Dobi dalam Ingatan (14)
Para dobi di Bandung zaman baheula banyak memakai sabun cuci Tjap Tangan. Jumlah merek sabun bisa dihitung dengan jari.
Ernawatie Sutarna
Ibu rumah tangga, peminat sejarah, anggota sejumlah komunitas sejarah di Bandung.
8 Januari 2025
BandungBergerak.id - Zaman sekarang bahan pembersih pakaian yang banyak digunakan adalah deterjen berbentuk bubuk atau cair. Banyak merek dengan keunggulan masing-masing saling berniaga di layar televisi ataupun media sosial. Jika kita bertanya pada generasi masa kini tentang bahan pembersih pakaian yang digunakan, mungkin sebagian besar akan menyebut merek-merek tersebut. Atau bisa jadi Gen Z malah banyak yang tidak mengetahui merek pembersih apa yang digunakan untuk mencuci pakaian mereka, tapi semoga saja tidak seperti itu.
Generasi tahun 80-90-an mungkin masih ingat satu sabun batangan yang bermerk Tjap Tangan, sabun dengan gambar dua tangan sedang berjabatan pada batang sabunnya. Sabun ini banyak digunakan para dobi selain sabun colek. Pada satu iklan lawas, sabun Tjap Tangan disebut sebagai sabun yang serbaguna. Nampak pada iklan tersebut gambar seorang perempuan, mungkin seorang ibu rumah tangga menggunakan sabun ini untuk mencuci pakaian, membersihkan kaca jendela, mencuci piring, mengepel lantai, dan membersihkan dapur, sementara seorang laki-laki menggunakannya untuk mencuci mobil.
Sabun ini banyak digunakan di dalam rumah tangga keluarga Indonesia karena kemampuannya membersihkan, terutama pakaian. Karena itu sabun ini pun menjadi salah satu senjata andalan para dobi pada waktu itu. Pada tahun 1980-an ketika saya masih kanak-kanak, saya pun mendapati abah menggunakan sabun ini untuk mencuci. Abah menggosokkan sabun itu ke permukaan cucian, mendiamkannya sebentar, lalu menguceknya perlahan sampai noda kotor pada cucian itu hilang. Dan sabun Tjap Tangan kemudian berubah nama menjadi merek kenamaan yang sekarang lebih mengkhususkan diri sebagai produk pembersih peralatan dapur.
Alat pembersih pakaian lain yang digunakan adalah satu deterjen bubuk yang fenomenal di Indonesia. Waktu kanak-kanak saya juga melihat abah menggunakan deterjen bubuk berbungkus kemasan berbahan kertas berwarna dominan hijau. Lalu kemudian ada satu sabun batang lagi yang berwarna biru bergelombamg. Menurut ibu saya, memang sabun batangan lebih mudah membersihkan noda membandel pada pakaian, termasuk noda darah sekalipun.
Ada satu lagi sabun yang seingat saya sering disebutkan di masa itu, Kateha atau KTH. Rasanya sabun ini terpupuler setelah sabun Tjap Tangan. Sabun batangan berwarna kekuningan ini cukup menjadi andalan karena kemampuannya melenyapkan noda pada pakaian. Dan banyak juga merek sabun batangan lain seperti Kompas, Cap Kodok, Telepon, Superbusa, dan lain-lain.
Asal Usul Sabun
Pusat pembuatan sabun pertama diketahui berada di Kufah, Basrah dan Nablus di Palestina. Orang pertama yang meracik ramuan sabun modern adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi, seorang ahli kimia asal Persia, atau Iran sekarang, di abad ke-10 ( IslamicTechnology
: An Illustrated History, Ahmad Y. al Hassan, Donald Routledge Hill, 1986). Orang Arab mEmbuat sabun dari minyak nabati atau minyak atsiri. Modifikasi sabun ar-Razi atau Rhazes ini memudahkan orang membersihkan diri dan mengurangi bau badan.
Tetapi zat pembersih yang pertama kali dibuat untuk tekstil adalah berasal dari lemak yang direbus dengan abu yang dibuat oleh orang Babilonia pada sekitar tahun 2800 Sebelum Masehi, setelah itu berbagai bangsa lainnya memodifikasi dengan berbagai bahan lainnya.
Lambat laun sabun menjadi bahan pembersih yang banyak diminati orag-orang, dan hal itu membuat angka permintaan sabun melonjak tinggi. Masalahnya, pada saat itu sabun merupakan barang mahal dan pembuatannya dimonopoli oleh daerah tertentu saja.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, akhirnya sabun bisa diproduksi secara massal dengan bahan-bahaan kimia yang lebih murah. Hal ini memyebabkan sabun dapat digunakan oleh kalangan yang lebih luas. Akhirnya sampai saat ini sabun dibuat beraneka macam dan digunakan untuk berbagai keperluan seperti mandi, mencuci pakaian dan tekstil, mencuci piring dan peralatan dapur, mencuci kendaraan, membersihka rumah, bahkan mencuci bahan makanan.
Baca Juga: MULUNG TANJUNG #13: Ciguriang, Kampung Dobi dalam Ingatan (11)
MULUNG TANJUNG #14: Ciguriang, Kampung Dobi dalam Ingatan (12)
MULUNG TANJUNG #15: Ciguriang, Kampung Dobi dalam Ingatan (13)
Membilas
Sabun yang tersisa pada pakaian atau bahan tekstil lainnya akan menimbulkan bau tertentu, walaupun pakaian dijemur sekaligus kering di bawah terik matahari. Apalagi jika tidak langsung kering, misalnya pada saat musim hujan.
Ketika abah masih menerima jasa mencuci, waktu itu belum ada yang namanya pewangi pakaian, pelembut, atau semacamnya. Abah selalu membilas cucian sampai benar-benar tidak tersisa busa sabun pada air bilasan. Hal ini untuk menghilangkan bau yang disisakan dari sabun yang digunakan mencuci. Dan jika tidak langsung kering pun pakaian akan terhindar dari bau apek, asal tetap diangin-anginkan.
“Sing beresih ngelab teh, meh teu bau tengi mun teu garing,” begitu ucapan Ma Abah yang masih terngiang di telinga jika aku mencuci pakaian. Maka membilas pun akan dilakukan berkali-kali dengan air yang banyak sampai benar-benar bersih dan tak menyisakan sisa sabun bahkan baunya sekalipun. Air yang berlimpah di kampung kami waktu itu tidak membuat kami kesulitan untuk mencuci sampai benar-benar bersih. Apalagi Abah selalu membilas di Ciguriang, di mana air tak pernah berhenti cur cor dari buluh bambu yang dijadikan pancuran.
Sekarang mencuci relatif lebih mudah dengan banyaknya pilihan sabun juga cairan pembersih lainnya seperti pemutih, penghilang noda, pewangi, serta pelembut pakaian yang mudah ditemukan di pasaran, di toko-toko swalayan, juga di warung-warung kecil di pelosok desa. Bahkan penggunaan air bisa dikurangi dengan memilih menggunakan produk pewangi sekali bilas berbagai merek. Jika belum bisa menggunakan jasa mencuci pada binatu, yang diperlukan sekarang hanyalah semangat dan kemauan untuk menyelesaikan tugas cuci-mencuci ini.
*Kawan-kawan yang baik, silakan menengok tulisan-tulisan lain Ernawatie Sutarna atau artikel-artikel lain tentang Sejarah Bandung