• Kolom
  • PAYUNG HITAM #52: Pemberontakan Sehari-hari Tanpa Harus Menunggu Revolusi

PAYUNG HITAM #52: Pemberontakan Sehari-hari Tanpa Harus Menunggu Revolusi

Boikot produk, protes kecil, solidaritas komunitas, dan perubahan perilaku individu dapat dilakukan untuk menentang ketidakadilan, penindasan, dan ketidaksetaraan.

Bobi

Pegiat Aksi Kamisan Bandung

Ilustrasi. Orang muda dan kotanya. (Ilustrator: Arctic Pinangsia Paramban/BandungBergerak)

30 Januari 2025


BandungBergerak.id – Pemberontakan sering kali dikaitkan dengan revolusi besar yang mengguncang tatanan sosial dan politik. Namun, pemberontakan tidak selalu harus menunggu momentum revolusi. Pemberontakan sehari-hari adalah bentuk perlawanan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam kehidupan sehari-hari untuk menentang ketidakadilan, penindasan, dan ketidaksetaraan. Esai ini akan membahas konsep pemberontakan sehari-hari dan bagaimana tindakan kecil dapat memiliki dampak besar tanpa harus menunggu momentum revolusi.

Pemberontakan sehari-hari adalah tindakan perlawanan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menentang sistem yang tidak adil. Tindakan ini bisa berupa protes kecil, boikot, tindakan solidaritas, atau bahkan perubahan perilaku individu yang menentang norma-norma yang menindas.

Pemberontakan sehari-hari tidak selalu terlihat atau terdengar seperti revolusi besar, tetapi memiliki potensi untuk mengubah tatanan sosial secara perlahan namun pasti. Ada beberapa contoh pemberontakan sehari-hari.

Boikot Produk

Salah satu bentuk pemberontakan sehari-hari adalah boikot produk dari perusahaan yang dianggap tidak adil atau merugikan lingkungan atau produk produk yang pro zionis haruslah kita boikot. Dengan tidak membeli produk dari perusahaan tersebut, individu dapat memberikan tekanan ekonomi dan memaksa perusahaan untuk berubah.

Protes Kecil

Protes kecil seperti menulis surat kepada pemerintah atau mengadakan demonstrasi damai atau sebalik nya di lingkungan sekitar adalah bentuk pemberontakan sehari-hari yang dapat menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan yang tidak adil.

Solidaritas Komunitas

Membentuk komunitas solidaritas yang mendukung kelompok-kelompok yang terpinggirkan adalah bentuk pemberontakan sehari-hari yang dapat memberikan dukungan moral dan material kepada mereka yang membutuhkan. Contoh nya: membuat dapur umum, pasar gratis dan bersolidaritas di kampung-kampung kota yang di gempur penggusuran.

Perubahan Perilaku

Mengubah perilaku individu, seperti mengurangi penggunaan plastik atau mendukung produk teman, adalah bentuk pemberontakan sehari-hari yang dapat memberikan dampak positif pada lingkungan dan ekonomi kolektif.

Baca Juga: PAYUNG HITAM #49: Friday Football Street, Olahraga dan Ruang Publik sebagai Wadah Positif
PAYUNG HITAM #50: Sisi Lain Wisata di Lembang, Cerita Pahit Pekerja Pariwisata
PAYUNG HITAM #51: 18 Tahun Aksi Kamisan, Menolak Lupa! Melawan Impunitas! Pelanggar HAM Masih Berkeliaran

Kecil tapi Berdampak

Meskipun terlihat kecil, pemberontakan sehari-hari memiliki potensi untuk memberikan dampak besar dalam jangka panjang. Tindakan-tindakan kecil ini dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama, menciptakan gelombang perubahan yang lebih besar. Selain itu, pemberontakan sehari-hari juga dapat memberikan tekanan kepada pemerintah dan perusahaan untuk mengubah kebijakan dan praktik mereka.

Pemberontakan tidak selalu harus menunggu momentum revolusi besar untuk terjadi. Pemberontakan sehari-hari adalah bentuk perlawanan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menentang ketidakadilan, penindasan, dan ketidaksetaraan.

Tindakan-tindakan kecil seperti boikot produk, protes kecil, solidaritas komunitas, dan perubahan perilaku individu memiliki potensi untuk memberikan dampak besar dalam jangka panjang. Dengan melakukan pemberontakan sehari-hari, individu dapat berkontribusi pada perubahan sosial yang lebih adil dan setara tanpa harus menunggu revolusi.

*Tulisan kolom PAYUNG HITAM merupakan bagian dari kolaborasi antara BandungBergerak.id dan Aksi Kamisan Bandung

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//