• Indonesia
  • Raibnya Pohon Kelapa di Pulo Kuntul Setelah Berdirinya PLTU Batu Bara Indramayu

Raibnya Pohon Kelapa di Pulo Kuntul Setelah Berdirinya PLTU Batu Bara Indramayu

Di sekitar Kampung Pulo Kuntul, Indramayu tidak ada lagi pohon kelapa. Warga yakin penyebabnya karena terpapar polusi PLTU batu bara.

Petani memanen bawang merah di area gusuran PSN eks proyek PLTU Indramayu 2 Desa Mekarsari, Kecamatan Patrol, Indramayu, Jawa Barat, 23 Desember 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Prima Mulia12 Februari 2025


BandungBergerak.id - Jumakir (48 tahun) tak habis dengan hilangnya pohon kelapa di kampung Pulo Kuntul, Desa Mekarsari, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu. Seingatnya, pohon-pohon kelapa yang tadinya tumbuh subur di kampungnya perlahan menghilang setelah tiga tahun berdiri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Indramayu.

“Yang punah itu pohon kelapa. Mati, punah gak ada lagi sama sekali,” kata Jumakir, salah salah seorang petani di Pulo Kuntul, kepada BandungBergerak, 22 Desember 2024. 

Sebelum berdiri PLTU, pohon-pohon kelapa berdiri normal-normal saja. Ia menduga, polusi karena PLTU membuat hama tanaman meningkat. Hama menyerang bagian pucuk pohon-pohon kelapa sampai gundul.

“Tiga tahun begitu PLTU berdiri begitu gak ada. Matinya kayak dimakan uler di ujung, penyakit. Ya dampak. Katanya pohon paling tertinggi jadi cepat terpapar (polusi batu bara dari PLTU),” ujarnya.

Jika tak percaya, Jumakir mempersilakan keliling mencari pohon kelapa di desa Mekarsari. Bahkan tidak hanya di Mekarsari, hal serupa juga terjadi di kecamatan Kandanghaur dan Bongas.

Jika pohon kelapa saja bisa punah, tentu tanaman lain pun terdampak oleh meningkatnya hama. “Tanaman lain rentan juga,” ucapnya.

Jumakir juga mengeluhkan hasil panen padi yang terus menurun. Di daerah lain per 100 bata sawah bisa memanen padi 1 ton. Satu hektare sawah adalah 700 bata. Artinya secara normal dalam satu hektare bisa menghasilkan lebih dari 7 ton padi.

“Di sini mah boro-boro,” keluh Jumakir.

Matinya pohon-pohon kelapa di kecamatan sekitar PLTU batu bara apakah hanya kebetulan? Ternyata dalam buku “Melihat Ulang Dampak PLTU di Tiga Wilayah: PLTU Paiton, PLTU Pacitan dan PLTU Cilacap” yang disusun Wahyu Eka Styawan, Abdul Haq, Toto Sudiarjo, Adetya Pramandira (2022) juga ditemukan fenomena serupa. Pohon-pohon kelapa di sekitar PLTU Paiton, PLTU Pacitan, dan PLTU Cilacap sama-sama mati ataupun kritis.

“Pohon kelapa di sekitar PLTU batu bara tampak mengalami kerusakan pada bagian daun dan kemudian mati,” kata Wahyu Eka Styawan, Abdul Haq, Toto Sudiarjo, Adetya Pramandira, yang menyampaikan temuan di sekitar PLTU Paiton, di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.

Baca Juga: Bara Warga di Kampung Pulo Kuntul
Menyoal Ketidakhadiran Negara dalam Mengelola Dampak PLTU Batu Bara di Jawa Barat
Catatan Kritis PLTU Sukabumi, Menuai Petaka dari Batubara

Warga menggarap sawah dan kebun di area PLTU Indramayu 1, Kampung Pulomanuk, Desa Mekarsari, Kecamatan Patrol, Indramayu, Jawa Barat, 23 Desember 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Warga menggarap sawah dan kebun di area PLTU Indramayu 1, Kampung Pulomanuk, Desa Mekarsari, Kecamatan Patrol, Indramayu, Jawa Barat, 23 Desember 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Merusak Ekosistem Alami

Wahyu Eka Styawan dkk menegaskan, tidak menutup kemungkinan jika kondisi tersebut terus-menerus dibiarkan, maka akan menyebabkan masalah-masalah besar lain di kemudian hari. Seperti semakin rusaknya ekosistem di sekitar situs PLTU, hilangnya profesi nelayan, dan mungkin petani tembakau, sampai potensi hilangnya tanaman kelapa di sekitar wilayah Paiton, yang saat ini saja kondisinya sudah kritis.

Para penulis memaparkan, PLTU Paiton yang mencakup dua kecamatan dan lima desa sebagai ring satu yakni Desa Binor dan Sumberanyar di Kecamatan Paiton, lalu Desa Curah Temoh, Triwungan, dan Talkandang di Kecamatan Kotaanyar. Para penulis mengungkapkan, telah ditemukan beberapa persoalan dampak lingkungan yang mengancam keberlanjutan masyarakat di sekitar PLTU jika merujuk pada hasil penilaian awal WALHI Jawa Timur pada 2015-2016.

WALHI Jawa Timur mencatat pada tahun 2015 dan 2016 19 masyarakat di sekitar PLTU Paiton banyak yang hidup sebagai petani. Pada umumnya petani di sana menanam tanaman padi, tembakau, dan jagung. Pada musim kering sekitar bulan Maret hingga Juli, tanaman yang umumnya ditanam oleh petani adalah tembakau.

“Namun sejak PLTU berdiri, petani tembakau di wilayah Binor dan Kotaanyar melaporkan kualitas daun tembakau mengalami penurunan. Daun tembakau berwarna hitam pada saat musim kemarau akibat debu batu bara yang berasal dari PLTU. Penurunan kualitas tembakau yang ditanam oleh petani memicu turunnya pendapatan mereka,” kata tim penulis.

Para nelayan pun juga turut merasakan dampaknya. Akibat dari aktivitas PLTU, nelayan mengeluhkan penurunan penghasilan, karena semakin menurunnya jumlah ikan di laut sekitar PLTU. Penurunan jumlah ikan, salah satunya dipicu oleh rusaknya terumbu karang. Kerusakan terumbu karang ini salah satunya dipicu oleh aktivitas PLTU Paiton, hal ini sempat membuat nelayan protes.

Selain itu banyak warga yang mengeluhkan paparan debu batu bara akibat dari aktivitas PLTU Paiton, khususnya warga Desa Binor. Desa Binor merupakan wilayah yang paling dekat dengan kompleks PLTU Paiton, terutama pembangkit Unit 9. Sebagai catatan, warga mengeluhkan debu dari cerobong aktivitas Unit 9 PLTU Paiton, terutama pada saat PLTU menghentikan operasinya dan memulai kembali operasinya.

*Kawan-kawan yang baik silakan membaca tulisan-tulisan lain dari Prima Mulia, atau artikel lain tentang Proyek Strategis Nasiona PLTU

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//