• Berita
  • PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Klub Buku Laswi Edisi Spesial, Menulis Adalah Melawan

PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Klub Buku Laswi Edisi Spesial, Menulis Adalah Melawan

Masih dalam rangka perayaan seabad Pram, Klub Buku Laswi menggelar silent reading buku-buku Pramoedya Ananta Toer di Toko Buku Bandung.

Klub Buku Laswi menghelat diskusi Buku-Buku Pram Favoritmu di Toko Buku Bandung, Rabu, 12 Februari 2025. (Foto: Rayhan Yuditra Fawwaz/BandungBergerak)

Penulis Rayhan Yuditra Fawwaz14 Februari 2025


BandungBergerak.idBuku-buku Pramoedya Ananta Toer dibaca oleh berbagai generasi, bahkan setelah puluhan tahun, dan tetap relevan hingga sekarang. Lewat karya-karya tersebut, Pram menularkan semangat perlawanan terhadap penindasan serta keberanian untuk menyuarakan kebenaran, yang menginspirasi para pembacanya untuk terus berpikir kritis dan berani menghadapi tantangan hidup.

Klub Buku Laswi sangat merayakan seabad pram. Sebelumnya di awal bulan Februari 2025, klub buku ini sudah 3 kali mengadakan agenda perayaan seabad Pram bertajuk Buku-Buku Pram Favoritmu yang diselenggarakan di di Toko Buku Bandung. Namun, pada agenda Rabu petang, 12 Februari 2025 adalah silent reading. Para peserta yang hadir diwajibkan membawa buku Pram favorit mereka.

Acara dibuka Winda Fadillah yang berhasil mencairkan suasana, meskipun situasi di Toko Buku Bandung cukup bising karena berdekatan dengan jalan utama. Winda membuka acara dengan perkenalan. Di awal sesi, peserta dipersilakan untuk membaca buku Pram yang sudah mereka bawa. Lalu dilanjutkan dengan berdiskusi dan ditutup dengan lantunan lagu oleh Abah Omtris, sang pedamba Pram.

Klub Buku Laswi menghelat diskusi Buku-Buku Pram Favoritmu di Toko Buku Bandung, Rabu, 12 Februari 2025. (Foto: Rayhan Yuditra Fawwaz/BandungBergerak)
Klub Buku Laswi menghelat diskusi Buku-Buku Pram Favoritmu di Toko Buku Bandung, Rabu, 12 Februari 2025. (Foto: Rayhan Yuditra Fawwaz/BandungBergerak)

Pengaruh Pram 

Suasana diskusi sangat seru dan hangat. Para peserta begitu antusias memberikan pengalamannya membaca buku-buku dari Pram, terkhususnya buku yang mereka bawa. Salah satu pesertanya adalah Oky. Pria yang berkesempatan bertemu langsung bahkan mewawancarai Pram itu bercerita mengenai seberapa pengaruhnya Pram di kehidupannya.

Bagi Oky, sosok Pram sangat fenomenal di masanya bahkan di masa kini. Buku-bukunya yang selalu menyuarakan tentang perlawanan serta karya-karyanya yang mendahului zaman adalah bukti bahwa Pram adalah penulis yang patut di apresiasi dan tentu dirayakan. “Sebelum mati, wajib baca Tetralogi Pulau Buru dari Pram,” kata Oky, menutup ceritanya.

Di sisi lain, Deni Rachman selaku pemilik Toko Buku Bandung dan pemantik acara ini bercerita tentang sosok Pram yang mengubah hidupnya. Dari semasa ia bersekolah hingga ia menimba ilmu di perguruan tinggi, buku-buku Pram selalu menemani di setiap perjalanannya. Pada setiap masanya, buku-buku Pram selalu membuatnya “berubah haluan”, khususnya pada saat ia menginjak perguruan tinggi.

Pram membuat dirinya menjadi lebih berani dalam menentukan pilihan hidup—bahwa di setiap pilihan pasti ada risiko, dalam artian itu adalah perlawanan. Sikap kerendahan hati dan egaliter yang juga Pram sampaikan menjadi poin penting dalam kehidupan yang dijalani oleh Deni Rachman. Nilai-nilai Pram akan terus melekat dalam dirinya.

Pada agenda Rabu Petang ini, Klub Buku Laswi banyak didatangi kawula muda atau biasa disebut gen z. Deni Rachman selaku penggagas acara ini sangat gembira menyambut para insan muda yang hadir, mengingat anak-anak muda zaman sekarang yang kurang tertarik dengan karya-karya sastra. Tentu, dengan hadirnya para gen z ini menjadi semangat tersendiri bagi Klub Baca Laswi, lilin-lilin terus menyala serta semangat Pram masih terwariskan.

Acara tersebut adalah momen yang penting bagi Klub Baca Laswi untuk mengestafetkannya kepada insan muda. Maka dari itu, Klub Baca Laswi akan melanjutkan perayaan seabad Pram hingga penghujung bulan Februari.

Baca Juga: AKU DAN BUKU-BUKU PRAM #1: Memetik Makna Eksistensial dalam “Inem”
PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Tertolong Buku dan Lagu
PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Bercerita Jalan Raya Pos di Panti Wreda

Kebisingan Tulisan Pram

Sudah seratus tahun sejak kelahirannya, jejak perjuangan dan pemikiran Pramnya masih menggema di tengah dunia yang penuh ketidakadilan. Warisannya tidak hanya hidup dalam kata-kata tetapi juga dalam semangat mereka yang menolak tunduk pada penindasan. Melalui karakter-karakter para tokoh di pelbagai novelnya, Pram menampilkan pergulatan individu yang melawan ketidakadilan. 

Meskipun kisah-kisah yang diangkat dalam buku-buku Pram sering kali bernuansa kelam dan tragis, acara Buku-Buku Pram Favoritmu yang diselenggarakan oleh Klub Buku Laswi mampu menghidupkannya dengan cara yang lebih hangat dan menyenangkan. Dalam kebisingan kendaraan yang melintas, para peserta saling berbagi pandangan, tertawa bersama, dan menikmati proses menggali makna yang terselip di antara baris-baris yang Pram tuliskan.

Namun, di balik tawa yang sesekali pecah, terselip juga momen haru dan perenungan mendalam. Setiap orang yang hadir membawa pulang lebih dari sekadar cerita, tetapi juga semangat perlawanan, refleksi sejarah, dan kesadaran bahwa kata-kata dapat menjadi senjata paling tajam dalam menghadapi ketidakadilan.

Menjelang akhir acara, Abah Omtris sudah siap dengan genjrengan gitarnya. Mengajak serta menelisik jauh lebih dalam tentang buku-buku Pram lewat lantunan lagu. Susana menjadi lebih sendu seolah-olah Pram hadir, duduk bersama-sama di antara para peserta. Di akhir acara, Winda sang pembawa acara menutupnya dengan kalimat “Pram itu P nya perlawanan, tetap semangat dan terus lanjutkan perlawanan!”

*Kawan-kawan bisa menyimak reportase lain dari Rayhan Yuditra Fawwazatau tulisan lain tentang Perayaan Seabad Pram di Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//