• Berita
  • Setelah Melarang Teater Payung Hitam Mementaskan Wawancara dengan Mulyono, ISBI Bandung Membentuk SOP dan Kurator Pertunjukan

Setelah Melarang Teater Payung Hitam Mementaskan Wawancara dengan Mulyono, ISBI Bandung Membentuk SOP dan Kurator Pertunjukan

ISBI Bandung membantah membatasi kebebasan berekspresi dan berkesenian. Pertunjukan di kampus seni tidak boleh melanggar aturan.

Pintu studio teater yang digembok setelah pihak kampus melarang pentas teater Wawancara Dengan Mulyono di Studio Teater ISBI Bandung, 16 Februari 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah19 Februari 2025


BandungBergerak.idInstitut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung akan membentuk tim kurator dan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai tindak lanjut dari pelarangan pementasan kelompok Teater Payung Hitam dengan lakon "Wawancara dengan Mulyono".  Rektor ISBI Bandung Retno Dwimarwati menjelaskan, langkah ini ditempuh supaya pertunjukan kesenian di kampus seni ini tetap terlaksana dan tidak melanggar ketentuan.

"Jadi kalau nanti dari pembelajaran ini kita akan belajar bahwa kurator itu penting dan juga SOP dari yang sudah kita buat akan disebar agar bisa beredar nantinya dan agar semua bisa lebih jelas," kata Retno Dwimarwati, dalam konferensi pers di Gedung Rektorat ISBI, Selasa, 18 Februari 2025.

Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Sistem Informasi, dan Kerja Sama di ISBI Bandung Supriatna menambahkan, nantinya kuratorial akan berlaku untuk umum atau internal yang akan menampilkan pertunjukan di ISBI Bandung. Sejauh ini komposisi tim kurator masih dalam pembahasan.

Konferensi Pers ISBI Bandung mengenai pembatalan Pementasan Wawancara Dengan Mulyono di Gedung Rektorat ISBI Bandung, Selasa, 18 Februari 2025. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)
Konferensi Pers ISBI Bandung mengenai pembatalan Pementasan Wawancara Dengan Mulyono di Gedung Rektorat ISBI Bandung, Selasa, 18 Februari 2025. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)

Kampus Berdalih Teater Payung Hitam tidak Menempuh Perizinan

Retno Dwimarwati mengklaim pihaknya terbuka bagi para pegiat seni baik internal atau eksternal untuk menggunakan fasilitas kampus. Dengan catatan, mereka harus menempuh perizinan tertulis.

"Kita sangat terbuka, jadi boleh siapa pun boleh main di sini tidak ada pembatasan jadi bersurat dulu. Saya ingin mengadakan pertunjukan misalkan di Gedung Sunan Ambu atau pun di tempat lainnya," beber Retno.

Mengenai permohonan izin yang diajukan oleh Teater Payung Hitam di Studio Teater, Retno menjelaskan, kelompok teater yang lahir di kampus ISBI Bandung tersebut hanya mengajukan secara lisan tanpa melengkapi prosedur administrasi yang diwajibkan oleh pihak kampus.

Retno menambahkan, penggunaan Studio Teater tidak dapat digunakan sebagai lokasi pertunjukan disebabkan kapasitas ruangan terbatas dan berdekatan dengan waktu perkuliahan. Namun, Teater Payung Hitam tetap ingin melakukan penyelenggaraan walaupun tidak mendapatkan izin. 

Retno kemudian menyarankan agar kelompok teater tertua di ISBI itu untuk mengalihkan tempat pertunjukan ke gedung pertunjukan lain. Menurutnya, kampus yang berada di bawah institusi pemerintah harus menjaga netralitas sebagaimana diatur dalam UU No 5 Tahun 2014 Pasal 2 tentang ASN. 

Retno menyanggah bahwa kampus telah melakukan pembatasan kebebasan berekspresi dan berkesenian. "Kejadian ini menimbulkan pemberitaan viral terkait "penggembokan" ruang Studio Teater yang seolah-olah ISBI Bandung membatasi kebebasan berkesenian," jelasnya.

Retno beralasan, pementasan yang mengangkat narasi negatif tokoh tertentu bisa memicu reaksi dan protes keras dari pihak luar yang tidak setuju. Isu lakon dianggap sensitif karena bisa membentuk opini pada tokoh tertentu.

"ISBI Bandung sangat menghargai kebebasan berekspresi dan berkreativitas dalam berkesenian. Namun tetap dalam koridor aturan yang telah ditetapkan," tuturnya.

Meski demikian, pelarangan berkesenian yang dikeluarkan ISBI Bandung memancing protes massal dari mahasiswa maupun pihak internal. Mahasiswa kemudian berdemonstrasi menolak pembatasan dan pelarangan kebebasan berkesenian di kampus yang mengusung ilmu-ilmu seni.

Tak hanya itu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung juga mengecam pelarangan pentas Teater Payung Hitam dengan tajuk Wawancara dengan Mulyono. AJI Bandung menilai pelarangan ini sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia terkait kebebasan berekspresi.

Baca Juga: Mahasiswa ISBI Bandung Turun Aksi, Mengencam Tindakan Pelarangan Lakon Teater Wawancara dengan Mulyono
Teater Payung Hitam Dilarang Menampilkan Lakon Wawancara Dengan Mulyono, Kebebasan Berekpresi Kampus ISBI Dibungkam
Mahasiswa dan Masyarakat Sipil di Bandung Turun ke Jalan Menolak Pemangkasan Anggaran Pendidikan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Mahasiswi membawa poster protes saat aksi unjuk rasa di taman kampus ISBI, Bandung, 17 Februari 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Mahasiswi membawa poster protes saat aksi unjuk rasa di taman kampus ISBI, Bandung, 17 Februari 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Teater Patung Hitam dan Wawancara Dengan Mulyono 

Teater Payung Hitam bukan kelompok teater kemarin sore. Komunitas ini sudah menginjak usia 43 tahun. Ironisnya, di hari jadinya kelompok yang dimotori aktor gaek Rachman Sabur dan Tony Broer ini mendapat larangan dari tempat kelahirannya sendiri, ISBI Bandung yang dulu bernama STSI.

Tadinya, Teater Payung Hitam yang kental dengan corak teater tubuh akan menyambut usia dua dekadenya dengan peluncuran buku Teks-teks Monolog Rachman Sabur yang merupakan ruang laboratorium personal serta ruang proses kreatif seorang aktor dalam upaya mengembangkan kualitas keaktorannya.

Di dalam buku ini ada lakon berjudul "Wawancara dengan Mulyono" dengan aktor Rachman Sabur dan Tony Broer akan dipentaskan di Studio Teater ISBI Bandung, Sabtu-Minggu, 15-16 Februari 2025. Namun, pentas berdurasi 35 menit ini akhirnya batal digelar karena pintu Studio Teater ISBI Bandung digembok. Baliho pementasan ini bahkan dicabut sepihak oleh kampus. ISBI Bandung melarang pertunjukan ini dengan alasan bermuatan politis.

Kelompok Teater Payung Hitam telah memproduksi lebih dari 100 pertunjukan baik yang mandiri maupun kolaborasi. Sekitar 43 pertunjukan merupakan teater tubuh. Berbagai festival teater baik di dalam maupun luar negeri telah diikuti kelompok ini, antara lain Art Summit Festival International, Jakarta (2011) sampai Red Emptiness di University of Washington, Seattle, Amerika (2015).

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang TEATER 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//