CATATAN SI BOB #10: Tomi dalam Skena Pinjaman Online
Seolah ada korelasi misterius antara hasrat dan harmoni, antara utang dan nada. Barangkali inilah problematika terdalam dari skena indie kontemporer.

Bob Anwar
Musisi dan penulis asal Kota Bandung. Dapat di hubungi di Instagram @bobanwar_ atau [email protected]
19 Februari 2025
BandungBergerak.id – Di pesisir utara Jawa, ada sebuah tradisi kuno: para nelayan membunyikan gamelan sebelum melaut, mencari harmoni dengan ombak sebelum berhadapan dengan ketidakpastian samudera. Saya teringat ritual ini ketika suatu petang di studio kecil, di Buah Batu, menyaksikan Tomi, seorang musisi indie, mencari harmoninya sendiri di tengah ketidakpastian zaman.
Ia duduk di sofa terkelupas, di lawang studionya, mengisap kretek sambil menatap layar ponsel yang berkedip dengan tawaran-tawaran pinjaman online. Ada yang ganjil dalam caranya menggeser layar: sebuah gestur yang mungkin mencerminkan bagaimana manusia modern mencari harmoni melalui disharmoni, mencari kebebasan melalui belenggu baru.
Dulu, ketika pertama kali muncul di Bandung tahun 90-an, skena indie adalah ruang perlawanan: tempat di mana musik menjadi medium pembebasan dari cengkeraman industri. Kini, di era digital, ruang itu telah berubah menjadi arena pertarungan antara hasrat dan realitas. Para musisi tidak lagi melawan industri, mereka justru berlomba mengejar standar industri dengan cara-cara yang mencekik diri sendiri.
Di pojok studionya, gitar tua Tomi bersandar di dinding. Gitar itu dipenuhi bekas goresan di badannya: setiap guratan seperti menyimpan jejak pergulatan antara idealisme dan pragmatisme. Sementara di layar ponselnya, notifikasi terus bermunculan: "Pinjaman Instan Tanpa Agunan", "Dana Cepat Tanpa Bi Checking", "Proses 5 Menit Dana Cair".
Bagaimana mungkin sebuah gerakan yang lahir untuk melawan komersialisasi justru berakhir dalam jerat modal? Di grup WhatsApp komunitas musik Bandung, kisah-kisah pilu bermunculan silih berganti. Deni dengan Fender Stratocaster-nya yang kini tergadai. Roni yang mengamen di Braga demi membayar cicilan drum elektrik. Aldi yang bersembunyi dari kejaran debt collector setelah gagal melunasi Gibson Les Paul.
Baca Juga: CATATAN SI BOB #7: Bersama Mantan Pianis Klasik di Los Cihapit
CATATAN SI BOB #8: Viral Seni, Viral Sepi
CATATAN SI BOB #9: Garcia adalah Balada Sedih Kota ini
Kehilangan Suara
Saya teringat bagaimana dulu kisah Harry Roesli, musisi legend yang cerdas itu membangun studio rekaman dengan peralatan seadanya dan eksperimentatif. Dalam sikapnya tersirat kebijaksanaan kuno yang telah hilang dari skena musik kontemporer: sebuah pemahaman bahwa keterbatasan justru bisa menjadi sumber kreativitas.
Di luar studio, lampu-lampu jalan mulai memulas keriuhan Kota Bandung. Ada ironi yang menusuk ketika menyaksikan bagaimana kota yang dulu melahirkan begitu banyak musik perlawanan, kini menjadi saksi bisu lahirnya bentuk-bentuk perbudakan baru. Para musisi indie, dalam usaha mereka mengejar "sound yang bagus", justru kehilangan suara mereka sendiri.
Tomi masih menatap layar ponselnya, jemarinya sesekali memetik senar gitar yang mulai berkarat. Aneh, semakin ia menggulir tawaran pinjaman online, semakin sumbang nada-nada yang ia petik. Seolah ada korelasi misterius antara hasrat dan harmoni, antara utang dan nada.
Barangkali inilah problematika terdalam dari skena indie kontemporer: dalam usaha mereka mencari suara yang "sempurna", mereka justru kehilangan esensi bermusik itu sendiri. Seperti nelayan yang lupa cara mendengar ombak, mereka telah kehilangan kemampuan untuk menemukan harmoni dalam keterbatasan.
Di kejauhan, azan Magrib berkumandang, bersahutan dengan denting gitar Tomi yang sumbang. Dua bunyi yang berbeda namun menciptakan harmoni tak sengaja: sebuah pengingat bahwa mungkin, kesempurnaan yang kita cari selama ini telah ada dalam ketidaksempurnaan yang kita miliki.
18/02/2025
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Bob Anwar, dan tulisan-tulisan lainnya tentang musik