• Berita
  • PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Membaca Praktik Busuk Korupsi Bersama AARC

PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Membaca Praktik Busuk Korupsi Bersama AARC

Komunitas Asian African Reading Club (AARC) memilih buku Pramoedya Ananta Toer berjudul Korupsi sebagai bahan tadarus. Ada alasan tersendiri.

Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia. (Sumber: Perpusnas)

Penulis Abdurrauf Syaban4 Maret 2025


BandungBergerak.idKorupsi menjadi perhatian Pramoedya Ananta Toer. Ia bahkan menyiapkan karya khusus dalam menyikapi praktik busuk yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan bangsa melalui buku berjudul Korupsi. Buku ini dibaca di kegiatan tadarusan Komunitas Asian African Reading Club (AARC), Rabu, 26 Februari 2026.

Tadarus buku yang berlangsung di Ruang Galeri Museum Konperensi Asia Afrika, Bandung Adew Habtsa, Sekjen Asian African Reading Club, ada juga Deni Rachman sebagai pemantik diskusi. Meskipun kehadiran Deni berlangsung daring, tapi tidak mengurangi keintiman dari berlangsungnya acara.

Acara yang dimulai pukul 17.00 itu diselenggarakan secara santai dan intim. Dibuka dengan memanjatkan doa kepada para pejuang indonesia dan pramoedya sebagai tanda terima kasih. Setelah itu dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya tiga stanza dan lagu Bagimu Negeri secara bersama-sama sebagai sebuah harapan dan doa untuk Indonesia.

Setelah itu, tadarusan buku Korupsi pun dimulai. Setiap peserta bergiliran membacakan buku secara pelan dan kontemplatif. Sejalan dengan keinginan Adew, sebagai penyelenggara acara dia berharap agar orang yang hadir bisa menikmati setiap kata, setiap kalimat yang tertulis dalam buku tersebut.

“Dengan bacaan-bacaan kayak gini pikiran kita tetap waras. Kita juga menolak berpikir secara dangkal, dan seperti Pramoedya Ananta Toer selalu mengatakan, adil sejak dalam pikiran. Kita ingin belajar hari ini tenang aja, kontemplatif, makanya membacanya tidak terburu-buru,” harap Adew.

Sejalan dengan dibacakannya buku tersebut, rasa kagum dan ketertarikan akan isi buku menggerayangi para peserta yang hadir. Hal tersebut menggambarkan kejeniusan Pram dalam menulis sebuah cerita. Tak hanya tema atau isu yang diangkat dalam ceritanya, bahkan pemilihan kata dan cara penulisannya pun membuat para peserta tertegun.

Terdapat beberapa kata yang membuat para peserta harus mendiskusikannya dulu untuk memahami arti dari kata tersebut. Gap usia antara usia buku tersebut dan para peserta yang datang juga menjadi salah satu faktor yang membuat peserta harus mendiskusikan dulu sebelum memahaminya.

Dipilihnya buku Korupsi ada kaitan dengan kegiatan tadarus sebelumnya. Sepuluh tahun lalu Asian African Reading Club mengadakan tadarusan buku karya Tahar Ben Jelloun, penulis dari Maroko. Buku yang ditadaruskan juga berjudul ‘Korupsi’. Buku ini diterjemahkan Okke K. S. Zaimar ke dalam bahasa Indonesia.

Uniknya, buku ‘Korupsi’ karya Tahar Ben Jelloun ternyata terinspirasi dari buku ‘Korupsi’ karya Pramoedya Ananta Toer. Hal itu juga dijelaskan oleh Deni Rachman. Menurutnya, Tahar sempat ke Indonesia untuk bertemu dengan Pram.

Baca Juga: PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Gonjreng Sore Bersama Abah Omtris
PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Membaca Dalam Hati di The Room 19, Pameran Patung di Blora
PERAYAAN SEABAD PRAM DI BANDUNG: Mendengarkan Khataman Bumi Manusia ala Zen R. S., Menggeledah Sejarah Kelam Pramoedya

Tadarusan buku Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer bersama Komunitas Asian African Reading Club (AARC), Bandung, Rabu, 26 Februari 2026. (Foto: Abdurrauf Syaban/BandungBergerak)
Tadarusan buku Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer bersama Komunitas Asian African Reading Club (AARC), Bandung, Rabu, 26 Februari 2026. (Foto: Abdurrauf Syaban/BandungBergerak)

Relevan di Setiap Zaman

Pramoedya merupakan sosok yang teguh dan peduli akan bangsanya. Hal itu bisa dilihat dari perjalanan hidup dan karya-karya yang dibuatnya yang menginspirasi banyak orang.

“Pram membela nasib rakyat, menggambarkan hidup rakyat sehari-hari, menggaungkan juga nasib rakyat yang selalu dikekang. Tema-tema yang diangkat (dalam karyanya) itu kan selalu aktual, selalu faktual, sampai sekarang (masih bisa relevan),” ujar Deni Rachman.

Karya Pramoedya tak lekang ditelan zaman. Mulai dari Perburuan, Gadis Pantai, Korupsi, Tetralogi Buru, hingga Larasati masih relevan sampai sekarang. Hal itu disebabkan karena isi-isi buku karya Pram menggambarkan sebuah realita yang terjadi di masyarakat. Pramoedya juga sering menyuarakan suara rakyat yang terpinggirkan. Itu menjadi faktor dari sosok dan karyanya masih tetap relevan hingga saat ini.

“Berarti relevan, Pramoedya Ananta Toer relevan, dan suaranya terus menemukan frekuensinya, relate bahasa sekarang mah. Ada ketersambungan, ada keterhubungan dengan generasi hari ini, ternyata persoalan kita sama. Ada yang menderita, ada yang disakiti, ada yang dianiaya. Dan suara Pram dari tahun 40an-50an, ya gitu. Menyuarakan yang terpinggirkan,” tutur Adew.

Deni menambahkan, di setiap zaman Pramoedya selalu mendapati ketidakadilan. Hal itu bisa terjadi karena dia selalu berada di posisi yang berseberangan dengan para penguasa yang menyebabkan dia harus mengalami jeruji besi penjara.

Ada satu hal lain yang membuat Pramoedya menjadi sosok yang besar hingga saat ini, yaitu keberanian. Kata berani bahkan cukup untuk mendeskripsikan sosok Pramoedya Ananta Toer. Dia tak gentar mesi moncong senjata ada di kupingnya, tak peduli penjara membatasinya. Pram teguh dengan pendiriannya dan tak pernah berhenti untuk tetap berkarya. Keberanian itu harus dimiliki oleh orang-orang di masa sekarang.

“Sosok Pram tuh kalau inget satu kata, ya berani. Dengan segala tantangannya, ancamannya. Melihat kenyataan hari ini, kan tetap modal keberanian masih akan menjadi sesuatu yang penting buat tiap diri, tiap kalangan, tiap generasi. Keberanian menyampaikan gagasan, pikiran, perasan kita di tengah pembatasan, atau aturan-aturan (yang) barangkali mengekang,” ungkap Adew.

*Kawan-kawan bisa menyimak reportase lain dari Abdurrauf Syabanatau tulisan-tulisan menarik lain Pramoedya Ananta Toer

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//