• Kolom
  • GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #55: Gunung Majapait Cililin, Pesona Sisa Gunungapi Cililin Purba yang Memukau

GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #55: Gunung Majapait Cililin, Pesona Sisa Gunungapi Cililin Purba yang Memukau

Dari Punak Gunung Majapait, di sisi barat laut terlihat jelas Danau Saguling. Di utara, Gunung Solokpandan terlihat memanjang di depan mata.

Gan Gan Jatnika

Pegiat Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB), bisa dihubungi via Fb Gan-Gan Jatnika R dan instagram @Gan_gan_jatnika

Puncak Gunung Majapait Cililin, tempat memukau untuk menikmati dan mengamati bentang alam Pegunungan Cililin Purba, Maret 2024. (Foto: Gan Gan Jatnika)

9 Maret 2025


BandungBergerak – Nama Gunung Majapait muncul dalam peta lawas daerah Cililin yang terbit tahun 1908. Nama gunung setinggi 1.047 meter di atas permukaan laut (Mdpl) ini masih terus tertera dalam peta terbitan tahun 1923 dan 1944. Namun, namanya tidak ditemukan lagi pada peta-peta terbaru yang terbit setelah tahun 2000.

Salah satu daya tarik gunung ini tentu saja namanya yang mengingatkan kita pada Kerajaan Majapahit, kerajaan besar di Nusantara yang berdiri tahun 1293 hingga 1527. Muncul pertanyaan, apakah ada hubungan antara Gunung Majapait di Cililin dan Kerajaan Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur?

Akses dan Lokasi

Gunung Majapait berada di perbatasan Desa Nanggerang dan Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Kampung terdekat dengan puncaknya adalah Kampung Majapahit, Kubang, Pasir Buleud, dan Cijeruk di Desa Nanggerang, kemudian Kampung Citaragtag serta Cikoneng di Desa Mukapayung.

Dari pusat Kota Bandung, jika ditarik garis lurus, jarak menuju puncak Gunung Majapait sekitar 20 kilometer arah barat daya. Untuk menuju kaki gunungnya, tersedia dua jalur kendaraan. Jalur pertama melalui jalan raya Cipatik-Citapen-Cililin- Mukapayung-Nanggerang, sementara jalur kedua yaitu Kopo-Soreang-Andes-Pasirangin-Karyamukti-Nanggerang. Waktu tempuh perjalanan dari pusat Kota Bandung menuju kaki Gunung Majapait diperkirakan sekitar 60-90 menit.

Bagi para pegiat pendakian gunung, ada beberapa jalur menarik yang bisa dipilih untuk memulai petualangan. Di antaranya jalur pendakian dari Kampung Cijeruk dan dari Kampung Kubang. Kedua jalur ini menawarkan pemandangan yang tidak jauh berbeda.

Untuk mencari informasi tentang titik awal pendakian secara daring, kita bisa menggunakan kata kunci “Kampung Cijeruk, Nanggerang Cililin” atau “Kang Aje Travel, Kubang Cililin” di mesin pencarian semisal Google. Dengan begitu, kita akan mendapatkan rute lengkap dan peta digital yang bisa langsung diakses melalui gawai masing-masing.

Ketinggian puncak gunung Majapait adalah 1.047 Mdpl. Keterangan ini berdasar ketinggian yang tertera dalam peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) peta Pasirjambu (No. Peta 1208-544) dan Cililin (No. Peta 1209-222), edisi : I – 2000, skala 1:25.000. Sebagai catatan, nama Gunung Majapait memang tidak tertera di kedua lembar peta tersebut, tetapi tetap bisa dikenali berdasar posisi titik koordinatnya.

Perjalanan menuju puncak, melewati kebun dan pohon-pohon pinus, Februari 2025. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Perjalanan menuju puncak, melewati kebun dan pohon-pohon pinus, Februari 2025. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Toponimi Gunung Majapait dan Kampung-kampung di Sekelilingnya

Setelah bertanya kepada beberapa warga setempat, tidak ada satu pun yang menyebutkan bahwa nama Gunung Majapait berkaitan dengan Kerajaan Majapahit di Mojokerto. Sebaliknya, mereka lebih cenderung mengaitkannya dengan asal-usul yang berhubungan dengan buah maja, yang dikenal memiliki rasa pahit. Dalam bahasa Sunda, kata pahit ditulis pait, sehingga nama gunung ini pun disebut Majapait, bukan Majapahit.

Namun yang menarik, dalam peta zaman sekarang serta data kependudukan dan wilayah, nama kampung di sekitar gunung justru tertulis sebagai Kampung Majapahit. Perbedaan kata “Majapait” dan “Majapahit” dalam penamaan ini menambah daya tarik tersendiri bagi para pendaki dan peneliti sejarah yang ingin menggali lebih dalam kisah di baliknya.

Ada juga warga yang bercerita bahwa dahulu ada seorang leluhur yang bernama Pa Maja. Juga ada mitos tentang Sanghyang Taraje yang terdapat di Gunung Majapait.

Kampung Majapahit memiliki keunikan yang membedakannya dari desa lain, yaitu aturan yang membatasi jumlah kepala rumah tangga yang menetap di desa ini hanya sebanyak 14 rumah atau kepala keluarga (KK). Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun, meskipun alasan pasti di balik ketentuan tersebut belum terdokumentasikan secara jelas. Kendati demikian, masyarakat setempat tetap menjaga dan melestarikan aturan ini sebagai bagian dari identitas serta warisan budaya desa.

Ada pun nama Desa Nanggerang berasal dari bahasa Sunda yaitu suatu tempat dataran luas yang berada di ketinggian. Dalam Kamus Basa Sunda R.A. Danadibrata pada halaman 453 terdapat keterangan nanggerang: padataran luhur saperti padataran Bandung, Lembang.

Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #54: Gunung Bubut dan Pasir Bedil, Sisa Gunungapi Tua di Selatan Soreang dengan Pemandangan Memesona dari Puncaknya
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #53: Gunung Nini Ciparay dengan Pemandangan 360 Derajat nan Memikat dari Puncaknya
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #52: Mendaki Gunung Batu Ciwidey, Menyusuri Dua Perkebunan Teh Bersejarah

Menuju Puncak Gunung Majapait

Untuk memulai pendakian menuju puncak Gunung Majapait, kita bisa memilih melalui Kampung Cijeruk atau Kampung Kubang. Keduanya berada di Desa Nanggerang. Jarak tempuh perjalanan dari Kampung Kubang menuju puncak sekitar 1,5-2 kilometer dengan durasi perjalanan santai kurang lebih satu jam.

Pendakian dari Kampung Kubang melewati perkebunan warga dan hutan pinus yang rindang, memberikan suasana asri dan sejuk sepanjang perjalanan. Medannya pun cukup bersahabat, tanpa tanjakan atau turunan curam, sehingga cocok bagi pendaki pemula yang ingin menikmati alam tanpa tantangan ekstrem.

Jalur pendakian dari Kampung Kubang ini sedikit lebih panjang dibandingkan jalur dari Kampung Cijeruk. Namun, keduanya akan bertemu di sebuah area terbuka yang disebut Pasir Buleud, sebuah tegalan yang sering menjadi tempat beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak.

Ada hal menarik terkait toponimi atau asal-usul nama Pasir Buleud. Nama ini tidak hanya merujuk pada bentuk puncak bukitnya yang membulat, tetapi juga menggambarkan tekad para pendaki yang harus "membulatkan" niat sebelum menempuh perjalanan menuju puncak. Dalam bahasa Sunda, buleud berarti bulat, mencerminkan baik bentuk fisik bukit maupun semangat yang harus dimiliki oleh para pendaki. Kombinasi antara tantangan medan dan makna filosofis ini menjadikan Pasir Buleud bukan sekadar tujuan pendakian, tetapi juga simbol perjuangan dan tekad.

Dalam beberapa kali pendakian, penulis mendaki melalui Kampung Kubang dengan titik yang ada di Google Maps yaitu “Aje Trevel”. Titik pendakian ini berupa sebuah warung dengan halaman yang bisa menampung sekitar 5-7 unit kendaraan roda dua.

Di warung ini juga tedapat kegiatan pengajian anak-anak. Bukan hanya anak-anak dari Kampung Kubang saja, tetapi juga dari kampung-kampung tetangganya, termasuk Kampung Majapahit. Pendaki yang tidak membawa bekal makanan ringan atau minuman, dapat berbelanja terlebih dahulu di warung ini.

Pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak yang terletak tepat di seberang warung. Jalur ini akan membawa kita melewati beberapa rumah warga sebelum akhirnya mencapai perbatasan kampung dan kebun palawija. Di ujung jalan setapak, di pertigaan, pilih jalur ke kanan. Setelah itu, cukup ikuti jalur yang tersedia hingga puncak.

Selanjutnya, perjalanan akan melewati hutan pinus yang rindang, menciptakan suasana sejuk dan menenangkan. Setelah melewati kawasan ini, perhatikan baik-baik karena ada jalan kecil yang hampir tidak terlihat ke arah kiri. Jalur inilah yang akan mengantarkan kita menuju ke puncak.

Sebagai tambahan, ada baiknya membawa lotion anti serangga atau nyamuk, terutama jika mendaki saat musim hujan. Di beberapa titik jalur pendakian terdapat banyak serangga kecil, termasuk nyamuk, yang seolah menyambut para pendaki yang melintas. Dengan persiapan yang matang, perjalanan menuju puncak akan terasa lebih nyaman dan menyenangkan.

Sekelompok pendaki berada di puncak Gunung Majapait dengan pemandangan latar Danau Saguling dan Gunung Solokpandan, Februari 2025 (Foto: Geowana_Ecotourism)
Sekelompok pendaki berada di puncak Gunung Majapait dengan pemandangan latar Danau Saguling dan Gunung Solokpandan, Februari 2025 (Foto: Geowana_Ecotourism)

Sisa Gunungapi Cililin dan Soreang Purba

Puncak Gunung Majapait berupa hamparan batu breksi yang cukup luas. Jika datang siang hari, kita akan disambut udara yang cukup panas. Namun jangan khawatir, terdapat area teduh dan rindang yang cukup bagi kita untuk beristirahat walau pun tidak terlalu luas.

Dari puncak Gunung Majapait, terhampar pemandangan yang memukau. Di sisi barat laut, terlihat jelas Danau Saguling. Di utara, Gunung Solokpandan terlihat memanjang di depan mata. Ke arah timur laut, menjulang Gunung Gedugan sebagai puncak tertinggi di wilayah Soreang-Cililin. Sementara itu, di sebelah timur, rangkaian Pegunungan Soreang yaitu Gunung Kutawaringin, Cintalangu, Aul, dan lain-lain menghiasi cakrawala. Di sisi barat, Gunung Bonjot berdiri kokoh. Ada pun Gunung Hanyawong, Gunung Putri dan Gunung Lumbung, yang terletak di Desa Mukapayung, juga tampak terlihat dekat dari puncak ini.

Jika diperhatikan, lereng-lereng curam yang membentuk rangkaian pegunungan ini memiliki pola melingkar atau circular. Pola ini merupakan jejak dari kaldera gunung api purba yang pernah aktif di masa lalu, lebih dari 4 juta tahun silam. Keberadaannya semakin jelas jika kita melihat batuan di area ini, yang terdiri dari produk letusan gunungapi, seperti breksi dan batuan tuff yang tampak mencolok di berbagai titik.

Kaldera ini dapat dilihat dari titik tertinggi Gunung Gedugan, kemudian melingkar ke arah barat menuju Puncak Gunung Majapait, lalu terus menyambung ke timur menuju Gunung Nangkoda atau Gunung Nakhoda dan Kaseproke. Pola ini diduga sebagai bagian dalam dari Kaldera Gunungapi Cililin Purba. Sebagian besar wilayah kaldera ini berada di Desa Mukapayung, dengan bagian dasar lembahnya terletak di Dusun Lembang, sebuah permukiman yang ada di antara Gunung Gedugan dan Gunung Lumbung.

Penelitian lebih lanjut mengungkap bahwa Kaldera Gunungapi Cililin Purba tidak hanya mencakup gunung-gunung tersebut, tetapi juga lebih luas luas ke arah utara. Beberapa gunung dan bukit seperti Gunung Batukeupeul, Pasir Ipis, Gegerpulus, Pasir Kuda, dan Batulayang ternyata juga merupakan bagian dari dinding kalderanya. Temuan ini semakin memperjelas bahwa wilayah bekas aktivitas vulkanik di Cililin jauh lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya (Ikhram, 2021).

Masih dari puncak Gunung Majapait, terlihat Gunung Kutamajangkar, Kutawaringin, Cintalangu, Gunung Aul, membentuk pola lingkaran yang lebih kecil dan membuka ke arah timur. Pola lingkaran ini yang sebelumnya diduga sebagai Kaldera dari Gunungapi Soreang Purba. Definisi dari gunungapi purba adalah gunungapi yg sekarang sudah mati, bahkan sudah terkikis sangat lanjut sehingga fitur fisis tubuhnya sudah tidak sejelas gunungapi aktif masa kini (Bronto, 2010).

Berapa diameter dari kaldera Gunungapi Cililin Purba ini? Dengan menggunakan metode measure distances pada aplikasi telepon pintar, didapat hasil pengukuran lebih dari 5,5 kilometer. Karena bentuk kalderanya cenderung lingkaran bulat, bukan lonjong, jadi hasil pengukuran tersebut sudah cukup mewakili, tanpa mengukur lagi diameter mayor dan minornya.

*Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi Bandungbergerak dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB)

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//