• Indonesia
  • Menghitung Jumlah Emisi Batu Bara PLTU Cirebon I yang Berdampak pada Pemanasan Global

Menghitung Jumlah Emisi Batu Bara PLTU Cirebon I yang Berdampak pada Pemanasan Global

Batu bara merupakan bahan bakar fosil yang menyumbang emisi pemicu pemanasan global. Indonesia masih sangat tergantung pada PLTU batu bara.

Cerobong PLTU Cirebon 1 dan 2 saat fajar menyingsing di Waruduwur, Cirebon, 5 Januari 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Iman Herdiana16 April 2025


BandungBergerak.idOrganisasi masyarakat sipil yang terdiri dari LBH Bandung, ICEL, dan Salam Institute melakukan riset kolaboratif terkait transisi energi hasil studi kasus PLTU Cirebon I. Riset ini antara lain mengungkap informasi tentang jumlah emisi (polusi) yang dihasilkan PLTU batu bara. Diketahui, batu bara merupakan bahan bakar fosil yang turut berkontribusi pada pemanasan global.

Riset yang ditulis Andi Daffa Patiroi, Heri Pramono, M. Rafi Saiful Islam, dan Maulida Zahra Kamila membeberkan, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih menjadi tenaga pembangkit listrik yang mendominasi di Indonesia. Per tahun 2021, terdapat sebesar 33.093 MW kapasitas listrik terpasang PT PLN yang berasal dari PLTU. Hal tersebut berbanding lurus dengan banyaknya keberadaan PLTU di Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), secara keseluruhan hingga April 2022, Indonesia memiliki sekitar 253 unit PLTU. Adapun 126 unit di antaranya ialah milik PT PLN, yang didominasi oleh pulau Jawa dengan kapasitas terbesar sebesar 15.830 MW. Dengan jumlah tersebut, pembangunan PLTU di Indonesia masih tetap gencar dilakukan.

Tim riset juga menyampaikan, menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN, masih terdapat ±13.000 MW PLTU yang direncanakan akan dibangun hingga tahun 2030. Jika merujuk pada laporan IGRK dan MPV milik KLHK, industri batu bara berkontribusi sebagai penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca yaitu sebanyak 56 persen dan termasuk di dalamnya adalah operasional pembangkit listrik.

“Dominasi PLTU sebagai pembangkit listrik tentunya berdampak pada semakin parahnya krisis iklim,” kata tim penulis riset, diakses Selasa, 11 Maret 2025.

Kewajiban Indonesia Melakukan Transisi Energi

Dalam konteks Indonesia, tim penulis menyatakan, upaya transisi energi tertuang sebagai salah satu target komitmen iklim Indonesia, di mana Nationally Determined Contribution (untuk selanjutnya disebut NDC) Indonesia berkomitmen untuk mencapai kapasitas terpasang energi terbarukan sebesar 20.923 MW. Upaya transisi energi juga dimandatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

Sekalipun tidak secara tegas mengatur perihal transisi energi, Pasal 3 Perpres tersebut menyinggung perihal penyusunan peta jalan percepatan pengakhiran masa operasional PLTU yang dituangkan dalam dokumen perencanaan sektoral oleh Menteri ESDM. Pasal 3 juga memandatkan moratorium pemberian izin baru PLTU, meskipun masih terdapat berbagai pengecualian.

“Dengan demikian, dapat pula dipastikan bahwa keberadaan PLTU di Indonesia cepat atau lambatnya akan dinonaktifkan atau dipensiundinikan,” ungkap tim.

Salah satu PLTU yang ditargetkan untuk dipensiunkan adalah PLTU Cirebon I, Jawa Barat yang telah masuk pada skema pensiun dini melalui JETP (Just Energy Transition Partnership) dan Energy Transition Mechanism (ETM). PLTU Cirebon I merupakan pembangkit pertama di Cirebon yang diresmikan oleh menteri Jero Wacik pada tahun 2012. Pembangkit ini memiliki kapasitas produksi 660 MW.

PLTU Cirebon I disebut sebagai pembangkit yang menggunakan teknologi canggih karena mampu membakar batu bara berkalori rendah. Dengan kapasitas produksi sebesar 660 MW pembangkit ini mengonsumsi kurang lebih 8.000 ton batu bara per hari. Dari konsumsi batu bara sebanyak itu, PLTU Cirebon I menghasilkan kurang lebih 4.445 ton emisi karbon per hari, maka, jika dikumpulkan selama 15 tahun kurang lebih menghasilkan emisi karbon sebanyak 30 juta ton.

Baca Juga: Melihat Dampak Memprihatinan PLTU Batu Bara terhadap Ekonomi dan Pertanian di Indramayu
Riset Warga Sekitar PLTU, Kondisi Kesejahteraan Warga Waruduwur Merosot
Raibnya Pohon Kelapa di Pulo Kuntul Setelah Berdirinya PLTU Batu Bara Indramayu

Cirebon Power Tekan Emisi di Pembangkit Listrik

PLTU Cirebon I di bawah naungan perusahaan Cirebon Power. Perusahaan mengklaim pihaknya menjadi pelopor energi bersih di Indonesia. Perseroan pun menerapkan berbagai fasilitas untuk menekan emisi di fasilitas pembangkit listriknya.

Cirebon Power menyebut pihaknya menerima penghargaan ‘The Green Era Award for Sustainability’ dari lembaga internasional Otherways’ Management & Consulting Association di Lisabon, Portugal yang diterima Presiden Direktur Cirebon Power Heru Dewanto di depan 100 pengusaha yang mewakili perusahaan dari 35 negara.

“Kami berkomitmen terhadap green sustainability. Karena itu sejak awal kami memastikan jadi pelopor teknologi batu bara bersih, dan menerapkan berbagai fasilitas canggih untuk menekan emisi dan efek gas rumah kaca hingga level terendah,” kata Heru dalam pernyataan resmi.

Heru mengatakan, Cirebon Power juga siap menggunakan teknologi mutakhir dan siap menjadi pilot project industri 4.0. Ini termasuk menekan emisi dan menahan efek rumah kaca.

“Emisi pembangkit kami jauh di bawah ambang batas pemerintah. Kami juga berhasil menekan gas rumah kaca selalu di bawah 1.00 kg CO2 eq/KWh yang ditentukan sebagai nilai optimal dalam industri pembangkitan listrik,” sebut Heru.

Dalam menjalankan green sustainability, Cirebon Power melibatkan masyarakat sekitar pembangkit. Heru menjelaskan, pemberdayaan masyarakat tak hanya tanggung jawab sosial, namun upaya untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat sekitar.

Cirebon Power merupakan konsorsium pengembang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menerapkan teknologi batu bara bersih di Indonesia, dengan mengoperasikan PLTU Cirebon berkapasitas 660 MW sejak 2012.

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain mengenai Proyek Strategis Nasional dalam tautan tersebut

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//