• Berita
  • Ibu-ibu Sukahaji Menuntut Keadilan atas Rangkaian Kekerasan yang Mereka Alami

Ibu-ibu Sukahaji Menuntut Keadilan atas Rangkaian Kekerasan yang Mereka Alami

Kekerasan yang menimpa warga Sukahaji mendorong mereka menyampaikan pernyataan sikap, mengecam kekerasan, dan menuntut pengusutan para pelaku.

Para ibu warga Sukahaji, Babakan Ciparay, Bandung menggelar konferensi pers untuk menuntut pelaku kekerasan, Kamis, 23 April 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Penulis Yopi Muharam24 April 2025


BandungBergerak.idDi atas puing kebakaran yang masih beraroma arang, warga Sukahaji menggelar konferensi pers untuk menuntut penegakan hukum atas serangan brutal yang mereka alami dua hari sebelumnya, 21 April 2025. Di bawah gerimis, para ibu—korban sekaligus garda terdepan—mengangkat poster “Sukahaji Melawan”.

Mereka membacakan tuntutan: tangkap semua pelaku kekerasan, tarik organisasi masyarakat (ormas) dari lokasi konflik tanah Sukahaji, kejar tanggung jawab pemerintah Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat, serta hentikan provokasi terhadap warga dan solidaritas Sukahaji.

Tuntutan itu lahir dari rangkaian kekerasan yang pecah Senin, 21 April 2025. Belasan pria berbadan kekar memasang patok dan pos di lahan bekas kebakaran; warga yang mempertanyakan aksi itu justru dipukul, dilempari batu, bahkan disabet senjata tajam. Empat belas orang terluka—delapan akibat lemparan batu, empat dipukuli, dua disabet senjata tajam.

“Kami tidak akan tarik mundur, kami akan terus bertahan, kami akan terus bersuara,” tegas Forum Sukahaji Melawan, dibacakan bergantian oleh para ibu, Kamis, 23 April 2025.

Kesaksian para Korban Kekerasan di Sukahaji

Romlah (nama samaran) mengingat pagi horor itu. “Sejumlah pria berbadan kekar akan membuat patok dan pos,” ujarnya. Suaminya mendekat untuk menanyakan maksud mereka, tapi langsung dikepung. Romlah menyusul, sadar risiko apa pun bisa menimpanya.

“Tapi saya tetap bertahan, saya mendampingi suami saya. Apapun yang terjadi, biarpun saya terlempar ataupun terpukul, yang penting saya mendampingi suami saya,” tuturnya.

Ketakutan juga dialami Melan yang sampai sekarang masih waswas jika keluar rumah, terutama malam hari. Di hari mencekam itu Melan dan keluarganya tidak berani keluar rumah karena sudah tahu adanya bentrokan di bekas puing-puing kebakaran.

Pada malam hari, setelah kejadian bentrok di siang hari, beberapa jalan menuju gang ditutup guna menghindari kejadian serupa. Tersiar kabar sekelompok orang tengah melakukan penyisiran dengan membawa benda tajam.

Melan mengatakan, banyak warga Sukahaji yang bertahan dan solidaritas tidak membawa senjata tajam saat berjaga di malam hari. “Dari kita mah (warga yang bertahan) enggak ada yang bawa senjata,” lanjutnya.

Baca Juga: Warga Sukahaji Melawan, Bersolidaritas Menolak Penggusuran
Kesaksian Warga Perempuan Sukahaji Ketika Kekerasan Konflik Tanah Menimpa Mereka
Warga Sukahaji Mempertanyakan Keberpihakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi pada Warga Terdampak Sengketa Lahan

Para ibu warga Sukahaji, Babakan Ciparay, Bandung menggelar konferensi pers untuk menuntut pelaku kekerasan, Kamis, 23 April 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Para ibu warga Sukahaji, Babakan Ciparay, Bandung menggelar konferensi pers untuk menuntut pelaku kekerasan, Kamis, 23 April 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Penyerangan Posko Malam Hari

Sebelumnya, setelah terjadi kekerasan pada siang hari, pada malam 21 April sekitar pukul 21.26 WIB, posko warga Sukahaji diserang. Dua orang—satu warga, satu relawan—terluka akibat sabetan benda tajam.

Ace, relawan yang luka punggungnya menceritakan, ia sedang berjaga dekat posko kesehatan ketika dua pria berpakaian hitam mendekat. Ayunan senjata tajam pertama katana luput, ia lari ke posko, namun di bibir gang ayunan kedua mengenai punggungnya.

“Seperti ingin membunuh saya,” kata Ace.

Ace bisa meloloskan diri, tetapi penyerangnya kemudian memukul seorang tenaga medis perempuan hingga bibirnya sobek.

Kendati demikian, Ace tetap bersiteguh bersama warga Suakahaji yang ruang hidupnya terancam. Baginya, negara tidak hadir untuk rakyat di tenah ancaman penggusuran ini. Ia akan terus bersolidaritas.

“Kita kan enggak tahu nasib kita bagaimana ke depannya itu,” ungkapnya, saat konferensi pers. Ace tampak belum pulih dari lukanya. Gerakan badannya terlihat kaku dan menahan sakit.

*Kawan-kawan bisa membaca reportase Yopi Muharam, kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain tentang PENGGUSURAN

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//