Lupakan Teras Cihampelas
Upaya menghidupkan Teras Cihampelas merupakan upaya yang sangat berat, jika tidak dikatakan sebagai upaya sia-sia. Apa tidak ada hal lain yang jauh lebih prioritas?

Jejen Jaelani
Dosen di Institut Teknologi Sumatera, penulis buku Semiotika Kota: Pertarungan Ideologis di Ruang Urban
25 April 2025
BandungBergerak.id - Beberapa pekan terakhir berhembus kabar Pemerintah Kota Bandung akan menata ulang Teras Cihampelas. Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyebutkan, Pemerintah Kota Bandung akan menghidupkan kembali Teras Cihampelas atau Skywalk Cihampelas sebagai ruang publik yang nyaman, aman, dan layak dikunjungi (Kompas.com, 10 April 2025). Salah satu fasilitas yang akan dibangun adalah eskalator untuk mengganti fasilitas lift yang sudah tidak berfungsi.
Rencana untuk menghidupkan Teras Cihampelas ini bukan kali pertama. Beberapa kali Pemerintah Kota Bandung pada kepemimpinan wali kota yang berbeda berupaya menghidupkan infrastruktur yang dibangun pada tahun 2017 ini. Pada tahun 2024, Pemerintah Kota Bandung melakukan renovasi besar-besaran. Perbaikan ini mencakup peningkatan infrastruktur, penambahan fasilitas umum seperti toilet dan tempat istirahat, serta peningkatan keamanan dengan pemasangan CCTV, dan penambahan petugas keamanan (bandung.go.id, 3 Juni 2024). Desain arsitektur Teras Cihampelas juga diperbaharui dengan menambahkan elemen-elemen artistik dan estetik untuk menarik minat pengunjung. Area hijau dan taman kecil ditambahkan untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman dan ramah lingkungan.
Jauh ke belakang, pembangunan Skywalk Cihampelas tahap pertama sepanjang 450 meter diresmikan 4 Februari 2017, menghabiskan anggaran sebesar 48 miliar rupiah pada era Wali Kota Ridwan Kamil. Kemudian, Pemerintah Kota Bandung sejak Agustus 2018 memulai pembangunan Skywalk Cihampelas tahap kedua. Akan tetapi proyek tersebut mangkrak. Setelah mangkrak beberapa tahun, Teras Cihampelas tahap dua kemudian diresmikan pada 19 September 2023 oleh Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna (bandung.kompas.com/, 19 September 2023). Pembangunan Skywalk Cihampelas tahap dua ini menghabiskan anggaran 23 miliar rupiah untuk perpanjangan 250 meter.
Teras Cihampelas ini diresmikan dengan sangat meriah. Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung pada saat itu, mengklaim Teras Cihampelas sebagai fasilitas pejalan kaki pertama di Indonesia yang menyediakan fasilitas berbelanja. "Di Korea, banyak yang seperti ini, tapi nggak ada yang sehebat teras Cihampelas, kata orang Korea-nya,karena belanja sambil kiri-kanan pohon hanya (ada) di Kota Bandung. Saya boleh klaim, ini pertama di Indonesia, pertama juga yang bentuknya seperti ini. Di dunia yang pertama ada di New York, tapi bentuknya berbeda yang kiri kanannya pohon dan ada dagangnya hanya di Indonesia," ujar Ridwan bersemangat (Bandung.go.id 4 Februari 2017).
Pemerintah Kota Bandung menyebut Teras Cihampelas sebagai upaya untuk mengurangi kemacetan dan merelokasi pedagang kaki lima. Akan tetapi, pada kenyataannya, dengan anggaran sangat besar mencapai puluhan miliar Teras Cihampelas tidak mampu mengatasi permasalahan kemacetan dan pedagang kaki lima di Jalan Cihampelas. Memasuki kawasan ini sekarang, Anda hanya akan merasa berada di sebuah kolong jembatan yang sangat panjang dengan tiang-tiang yang menganggu. Kemacetan yang terjadi juga semakin parah karena kondisi jalan yang semakin sempit karena keberadaan tiang-tiang. Selain itu, pedagang kaki lima tetap berjualan di trotoar seperti sediakala. Pedagang kaki lima tidak lagi berjualan di atas Teras Cihampelas karena sepinya pengunjung. Kalaupun ada pengunjung mereka tidak berbelanja dan hanya melihat-lihat. Tidak ada tempat berlindung dari hujan dan angin, tidak ada tempat berteduh dari cuaca panas, kebocoran terjadi di saat hujan, dan kebersihan menjadi masalah. Dibandingkan jadi solusi, keberadaan Teras Cihampelas lebih tepat disebut sebagai masalah.
Patung Raksasa dan Daya Tarik Cihampelas
Cihampelas selama berpuluh-puluh tahun menjadi ikon wisata Kota Bandung. Ia selalu menjadi magnet wisata yang menjadi daya tarik baik bagi orang Bandung sendiri, wisatawan nasional, maupun internasional. Selain menawarkan produk-produk pakaian lokal, secara visual kawasan Cihampelas menawarkan suasana yang sangat khas.
Deretan pertokoan dengan patung dan ornamen visual lainnya yang khas di tiap-tiap toko menjadikan Cihampelas magnet bagi para wisatawan. Ahda Imran menuliskan, “Sejak akhir tahun 1980, di awal perubahannya dari kawasan hunian menjadi kawasan perdagangan jins dan fesyen, Cihampelas mulai ingin memiliki karakternya sendiri sebagai sebuah ruang visual yang berlainan dengan kawasan-kawasan lain. Tak hanya di Bandung, tapi juga di kota-kota besar lainnya di Indonesia atau mungkin di dunia” (meditasisamudra.blogspot.com).
Hal ini menjadi ciri khas kawasan Cihampelas selama bertahun-tahun. Orang datang bukan hanya untuk berbelanja, tetapi juga menikmati ruang visual yang khas. Para pelaku usaha di kawasan ini sadar bahwa bentang visual dan suasana yang khas akan mengundang banyak orang untuk datang ke kawasan ini. Dengan demikian, kawasan perbelanjaan Cihampelas memiliki “tempat” tersendiri di dalam pengalaman para pengunjung.
Cihampelas memberikan suguhan pengalaman bagi warga Kota Bandung dan para wisatawan yang datang ke kawasan ini. Pengalaman ini lantas mengendap menjadi memori kolektif warga. Ketika mendengar atau membaca kata Cihampelas, dengan sendirinya imaji banyak orang akan memanggil pengalaman visual tentang patung-patung dan berbagai ornamen visual lainnya, seperti patung Spiderman, Rambo, Perahu, Batman, dan seterusnya.
Kedekatan fisik dari budaya material sangat signifikan di dalam kehidupan manusia. Kedekatan fisik inilah yang membuat budaya material begitu potensial sebagai metafora untuk pengalaman memori. Berbagai visual yang terbentang di ruang Cihampelas menjadi bagian memori kolektif banyak orang.
Akan tetapi, dengan pembangunan Teras Cihampelas, bentang ruang visual pusat belanja Cihampelas ini hancur dan hilang. Cihampelas menjadi kawasan wisata yang kehilangan identitas dan kehilangan daya tariknya. Pembangunan Teras Cihampelas bisa dilihat sebagai proyek ahistoris yang tidak melihat konteks ruang tempat proyek itu hadir. Ia hadir begitu saja dan membunuh ruang pengalaman yang telah berpuluh tahun hadir di sana.
Baca Juga: Kota dan Ruang Bermain
Dua Wajah Kota di Stasiun Bandung
Kota yang Jauh
Teras Cihampelas dan Skala Prioritas
Upaya untuk menghidupkan Teras Cihampelas yang sudah berkali-kali dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung, tampaknya, akan mengalami kondisi yang tidak jauh berbeda dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan beberapa alasan.
Pertama secara konsep pembangunan, Teras Cihampelas sudah bermasalah sejak awal. Penamaan proyek ini sebagai skywalk sesungguhnya merupakan hal yang kacau karena Teras Cihampelas tidak menghubungkan satu lokasi dengan lokasi lain sebagaimana umumnya skywalk di banyak negara. Hal ini berbeda jika kita berkunjung ke Shinjuku, di Tokyo, skywalk menghubungkan stasiun metro, mal, pusat pemerintahan, galeri, dan berbagai tempat lainnya. Prasetyo (geotimes.id, 1 April 2017) menjelaskan bahwa skywalk merupakan bagian dari infrastruktur mobilitas publik dari skema manajemen transportasi perkotaan. Celakanya, Teras Cihampelas tidak menjadi bagian dari infrastruktur mobilitas publik mana pun dan tidak menghubungkan satu lokasi dengan lokasi lain. Dengan demikian, Teras Cihampelas tidak menjadi bagian dari lintasan yang akan dilalui oleh warga untuk melakukan mobilitas di ruang kota.
Kedua, upaya untuk menjadikan Teras Cihampelas sebagai solusi bagi pedagang kaki lima pun akan jauh panggang dari api. Sebagaimana yang sudah terjadi selama ini, sepinya pengunjung dan minimnya pengunjung yang berbelanja, membuat para pedagang mengalami kerugian. Hal ini membuat para pedagang tidak memiliki pilihan lain kecuali berjualan di trotoar yang ramai dengan pengunjung. Para pedagang tidak dapat menutupi pengeluaran mereka jika mereka tetap bertahan di Teras Cihampelas dengan kondisi kunjungan yang sepi.
Ketiga, kunjungan wisatawan dari luar kota tidak setinggi pada awal peresmian Teras Cihampelas pada tahun 2017. Teras Cihampelas pada awal peresmian memang sempat menjadi daya tarik bagi para wisatawan, baik dari dalam maupun dari luar kota, terutama karena menawarkan wisata instagramable. Teras Cihampelas pun masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2017 untuk kategori Tujuan Wisata Baru Terpopuler (Most Popular New Destination) (Bandungbergerak.id, 11 Oktober 2022). Akan tetapi, pada perkembangannya fasilitas ini tidak lagi menyediakan daya tarik bagi para wisatawan. Selain sulitnya akses untuk parkir bus dan kemacetan lalu lintas di kawasan ini, para pengunjung pun lebih banyak menghabiskan waktu menikmati kawasan pertokoan dan mal jika mereka mengunjungi kawasan Cihampelas.
Dari analisis tersebut, dapat dilihat bahwa upaya untuk menghidupkan Teras Cihampelas merupakan upaya yang sangat berat, jika tidak dikatakan sebagai upaya sia-sia. Di dalam kondisi ini, pertanyaan yang kemudian muncul bagi Pemerintah Kota Bandung adalah apakah tidak ada hal yang jauh lebih prioritas dibandingkan hanya mengotak-atik Teras Cihampelas? Sebagaimana sering terjadi, banjir masih menjadi ancaman rutin setiap kali hujan terjadi. Banjir pun tidak hanya terjadi di satu dua titik saja, tetapi merata hampir di setiap wilayah di Kota Bandung. Kondisi penerangan pada malam hari menjadi permasalahan lain yang selama ini banyak dikeluhkan warga kota. Masalah kualitas jalan yang semakin buruk di banyak ruas juga menjadi hal yang semakin lama semakin mengkhawatirkan dan mencelakakan. Aksi kriminalitas dan isu keamanan menjadi hal yang terus menghantui warga dari waktu ke waktu: begal, jambret, curanmor, perampokan, premanisme, dll. Permasalahan sampah masih menjadi masalah besar yang dihadapi warga kota. Transportasi publik juga selama ini tidak mengalami perkembangan apa pun, padahal kemacetan lalu lintas semakin hari semakin parah.
Dengan kata lain, masih ada banyak kerja yang jauh lebih mendasar dan penting dibanding hanya mendandani Teras Cihampelas.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Jejen Jaelani, atau artikel-artikel lain tentang Kota Bandung