• Berita
  • Warga Bojongsoang Mengeluhkan Kemacetan Kronis, Jalan Layang Bukan Solusi

Warga Bojongsoang Mengeluhkan Kemacetan Kronis, Jalan Layang Bukan Solusi

Warga Bojongsoang, Kabupaten Bandung mengkritik rencana pembangunan jalan layang. Jumlah kendaraan tak terbendung.

Kemacetan di Jalan Raya Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Rabu, 14 Mei 2025. (Foto: Ryan D. Afriliyana/BandungBergerak)

Penulis Ryan D.Afriliyana 17 Mei 2025


BandungBergerak.idKemacetan kronis di Bojongsoang menjadi sumber keresahan warga. Meski Pemerintah Kabupaten Bandung kembali mewacanakan pembangunan jalan layang (flyover) Bojongsoang-Baleendah, sejumlah warga justru mempertanyakan efektivitas solusi tersebut. Warga yakin, jalan layang tidak akan menyelesaikan masalah kemacetan.

Soni Rizal, pengemudi ojek online yang setiap hari melintasi ruas Bojongsoang, mengatakan kawasan ini merupakan titik temu kendaraan dari Kota dan Kabupaten Bandung yang lalu lintasnya sudah sangat padat. Ia meragukan apakah pembangunan jalan layang benar-benar akan menyelesaikan persoalan atau justru memperparah kemacetan.

“Dibikin flyover, cuma dikaji ulang nih apa untuk dua arah apa cuman satu arah,” ujarnya saat ditemui di pinggir Jalan Raya Bojongsoang, Rabu, 14 Mei 2025.

Soni menilai kawasan Bojongsoang memiliki titik temu sangat rumit, yaitu Cipagalo. Di sana menjadi simpul lalu lintas, termasuk perlintasan Terusan Jalan Buah Batu-Bojongsoang, jembatan tol, dan jalur kereta cepat.

“Saya masih pesimis kalau misalkan memang mau merencanakan itu karena akan kelihatannya bukan menjadi tambah solusi tapi malah makin macet,” katanya.

Kekhawatiran Soni bukan tanpa alasan. Hampir setiap hari ia melintasi jalan ini untuk bekerja. Kepadatan lalu lintas di Bojongsoang makin tinggi karena banyaknya pusat-pusat keramaian seperti Telkom University dan kawasan hunian baru.

“Jangankan hari biasa, hari libur aja hari Minggu sama aja macetnya,” ucap Soni.

Kemacetan di Jalan Raya Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Rabu, 14 Mei 2025. (Foto:  Ryan D. Afriliyana/BandungBergerak)
Kemacetan di Jalan Raya Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Rabu, 14 Mei 2025. (Foto: Ryan D. Afriliyana/BandungBergerak)

Soni mengakui geliat ekonomi di Bojongsoang memang meningkat, tetapi kemacetan yang menyertainya menjadi harga yang mahal. “Dampak ekonomi itu ya ada positifnya, tapi kalau untuk jalur macet nah itu negatifnya. Jadi 50-50 lah. Seimbang, cuman masalahnya kan dampak macetnya itu yang sampai sekarang belum ada solusinya,” jelasnya.

Kritik terhadap rencana pembangunan flyover juga datang dari warga asli Bojongsoang, Rusman Sofyan. Ia lebih mendorong pelebaran jalan di bawah terlebih dahulu sebelum memikirkan struktur jalan layang.

“Seandainya kalau mau pelebaran jalan bawah dulu, ngambilnya ke sebelah kanan. Baru kita bikin flyover, kalau bikin flyover kayak gini, macet enggak bakal ketahan,” ujar Rusman saat ditemui di Warung Nasi Si Mbok, seberang Mayapada Hospital.

Rusman menilai kapasitas ruang di Bojongsoang terlalu sempit untuk menampung jalan layang, terutama jika dibuat dua arah. “Kalau pertimbangan dari saya nih, ibarat saya orang-orang bodoh ya. Kalau kayak gini jalannya kecil ya gini bikin flyover bakal tetap aja macet,” tuturnya.

Pandangan senada disampaikan Tri Mualifah, pemilik Warung Nasi Si Mbok yang telah berdagang lebih dari tujuh tahun. Ia mengeluhkan makin padatnya Bojongsoang akibat menjamurnya kawasan perumahan baru.

“Iya sekarang mah jadi perumahan semua. Saya kalau di Cikoneng perumahan semuanya. Ciganitri perumahan semua. Jadi macetnya, macet karena perumahan-perumahan semuanya,” kata Tri.

Kemacetan yang tak kunjung reda turut berdampak pada usahanya. “Lah buat usaha oge, susah atuh ari macet kayak gini mah,” keluhnya. Meski demikian, Tri tetap mendukung pembangunan flyover jika memang bertujuan memperbaiki kondisi bersama.

Baca Juga: Bandung Heurin Ku Tangtung, Kemacetan Tanpa Solusi?
MEMBEDAH KEMACETAN KOTA BANDUNG #3: Ratapan Pengguna Roda Empat
Tol Dalam Kota akan Meningkatkan Jumlah Kendaraan Pribadi, Angkutan Massal Adalah Solusi Mengatasi Kemacetan di Bandung

Jutaan Kendaraan

Diketahui, kemacetan tidak lepas dari tingginya jumlah kendaraan bermotor dan kurang kokohnya transportasi publik. Menurut BPS 2024
jumlah kendaraan di Kabupaten Bandung sebanyak 1.147.948 unit, sementara Kota Bandung 1.543.517 unit.

Wacana pembangunan jalan layang disampaikan Bupati Bandung Dadang Supriatna. Ia telah mengusulkan pembangunan flyover Bojongsoang-Baleendah kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Ia menyebut proyek ini akan mempermudah mobilitas warga dan menghubungkan tiga titik utama: Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah.

“Insya Allah flyover akan dibangun. Saya sudah mengajukan kepada Kang DM. Proyek ini akan menghubungkan Bojongsoang dengan Dayeuhkolot dan Baleendah," ujar Dadang, dikutip dari laman kompas.com. Namun, Dadang juga menegaskan bahwa pembangunan ini merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

*Kawan-kawan dapat menyimak karya-karya lain Ryan D.Afriliyana, atau artikel-artikel lain tentang Kemacetan di Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//