Sangiran, Salah Satu Situs Tujuan Pariwisata Kebumian
Desa Sangiran di Kecamatan Kali Jambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menjadi terkenal di seluruh dunia karena banyak ditemukan fosil manusia purba.

Johan Arif
Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.
30 Mei 2025
BandungBergerak.id – Proses terbentuknya bumi menarik untuk diteliti dan dipelajari dan salah satu manfaatnya bisa dijadikan kegiatan wisata pendidikan karena keajaiban pemandangan dan misterinya. Salah satu jenis wisata pendidikan yang bertemakan ilmu pengetahuan adalah geowisata atau wisata kebumian (geotourism) yang dikategorikan sebagai wisata pendidikan geologi. Tujuannya adalah agar manusia memahami bagaimana bumi terbentuk dan berevolusi sebagai wujud untuk mengerti tanda-tanda keesaan Sang Pencipta bumi ini (lihat Al Baqarah 2:164). Di Pulau Jawa, salah satu destinasi geowisata adalah Sangiran.

Desa Sangiran terletak di Kecamatan Kali Jambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Nama desa ini menjadi terkenal di seluruh dunia karena di sini banyak ditemukan fosil manusia purba. Oleh karena itu UNESCO pada tanggal 6 Desember 1996 menetapkan Sangiran sebagai Warisan Dunia (UNESCO's World Heritage Sites).

Sebelum Sangiran di jadikan situs Warisan Dunia telah banyak ilmuwan yang melakukan penelitian tentang Sangiran. Pertama, van Es pada tahun 1931 menerbitkan peta geologi Sangiran. Kemudian, pada tahun 1976 hingga 1979, tim Indonesia-Jepang melakukan penelitian yang luas tentang Sangiran tidak hanya dalam aspek geologi tetapi juga aspek paleontologi dan penanggalan. Peneliti lainnya yang juga banyak kontribusinya di Sangiaran adalah Von Koeniswald.

Dr. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald adalah paleontolog dan geolog berkebangsaan Jerman-Belanda yang banyak memberikan banyak kontribusi terhadap paleontologi selama kariernya. Dia lahir di Berlin pada tanggal 13 November 1902 dan wafat di Bad Homburg, Jerman pada tanggal 10 Juli 1982.

Baca Juga: Pertumbuhan Jumlah Populasi Manusia adalah Masalah Lingkungan
Mengenal Geowisata, Pariwisata Kebumian
Adakah Manusia yang Hidup Sebelum Nabi Adam AS?
Geologi Sangiran
Endapan batuan sedimen di daerah Sangiran membentuk struktur seperti kubah. Oleh karena itu, daerah ini biasa disebut sebagai kubah Sangiran. Terdapat empat formasi yang teridentifikasi di daerah ini yaitu Formasi Puren (Kalibeng Atas), Sangiran (Pucangan), Bapang (Kabuh) dan Poh Jajar (Notopuro). Sartono (1975) menetapkan umur dari masing-masing formasi tersebut yaitu Formasi Puren (Kalibeng Atas) berumur Pliosen Atas, Formasi Sangiran (Pucangan) berumur Plestosen Bawah, Formasi Bapang (Kabuh) dan Poh Jajar (Notopuro) berumur Plestosen Tengah.

Grenzbank (lapisan pembatas) diperkenalkan oleh von Koenigswald tahun 1940 untuk lapisan batugamping yang tebalnya mencapai satu meter, menandai batas antara Formasi Sangiran (Pucangan) dan Formasi Bapang (Kabuh). Meskipun lingkungan sedimentasi lapisan grenzbank tidak jelas, tetapi diduga lapisan ini diendapkan di lingkungan yang energinya yang relatif tinggi seperti pantai atau sungai,

Vertebrate dan fosil hominid
Formasi Sangiran (Pucangan) dan Bapang (Kabuh) banyak mengandung fosil vertebrata. Menurut Vos dkk (1994) fosil vertebrata tersebut merupakan anggota fauna Satir, Cisaat, Trinil HK dan Kedung Brubus yang berumur Plestosen Bawah. Fosil hominid terutama berasal dari bagian paling atas Formasi Sangiran (Pucangan) dan bagian bawah dan tengah Formasi Bapang (Kabuh) yang diperkirakan berumur antara 1,16 sampai 0,7 juta tahun lalu.
*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel Johan Arif, atau tulisan-tulisan lain tentang Situs Geologi