• Kolom
  • MALIPIR #18: Jenama, Sastra, dan Saya

MALIPIR #18: Jenama, Sastra, dan Saya

Nama jenama tidak selalu sejalan dengan asal-usulnya. Starbucks dari novel Moby Dick karya Herman Melville dan Yahoo! dari Gulliver's Travels karya Jonathan Swift.

Hawe Setiawan

Sehari-sehari mengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra UNPAS, ikut mengelola Perpustakaan Ajip Rosidi. Menulis, menyunting, dan menerjemahkan buku.

Buku sebagai sumber ilmu pengetahuan. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

31 Mei 2025


BandungBergerak.id – Sedikitnya ada dua jenama yang mengingatkan saya kepada buku: Starbucks dan Yahoo! Jenama yang disebutkan lebih dulu, dan pasti tidak asing bagi penggemar kopi, berasal dari novel Moby Dick karya Herman Melville. Jenama yang disebutkan kemudian, yang dipasang oleh penyedia mesin pencari dalam internet, berasal dari novel Gulliver's Travels karya Jonathan Swift.

Sebagai peminat buku, saya menganggap kedua jenama itu sebagai jejak fiksi dalam hidup sehari-hari. Industri mencaplok nama-nama dari dunia rekaan untuk membentuk identitas produk mereka. Nama bergeser jadi jenama, nama orang berubah jadi merek dagang. Produk industri, lengkap dengan logonya, melekat pada gaya hidup banyak orang, turut memberikan ciri pada tingkah polah mereka dari hari ke hari. Dengan kata lain, fiksi jadi nyata –atau mungkin sebaliknya dunia nyata dibuat seperti fiksi. 

Pergeseran nama jadi jenama tidak selalu sejalan dengan asal-usulnya. Nama tokoh cerita dibawa ke dalam dunia baru, dikasih sentuhan baru, dipaksa menyesuaikan diri dengan situasi baru. Jagat novel beringsut ke latar belakang, tinggal nama sang tokoh yang harus menghadapi jagat yang berbeda serta menempuh jalan cerita yang lain sama sekali.

Tentu saja sukar jika kita membanding-bandingkan sosok tokoh cerita dalam novel dengan identitas produk industri yang divisualisasikan melalui logo. Di luar kesamaan nama di antara kedua hal itu, tidak ada landasan yang memadai untuk membuat perbandingan. Namun, dengan anggapan bahwa jenama seperti Starbucks dan Yahoo! diambil dari fiksi, saya merasa seperti bolak-balik di antara dua jagat.

Kebetulan, sering saya memakai mesin pencari dan membuka kotak surel Yahoo!. Kebetulan pula, saban hari saya melewati kedai Starbucks di tepi Jalan Setiabudhi, Bandung, bahkan pernah saya membeli sebuah tumbler dari situ. Kedua jenama itu, mau tidak mau, terasa seperti catatan kaki di halaman buku.

Baca Juga: MALIPIR #15: Preman Insaf dari Banten
MALIPIR #16: Tafsir Ciung Wanara
MALIPIR #17: Bahasa Sunda Sepak Bola

Starbuck: Pelaut dan Putri Duyung

Dalam Moby-Dick –kisah tentang kapal dan paus, obsesi manusia dan kekuatan alam– Starbuck adalah mualim pertama kapal Pequod. Ia orang kedua setelah Kapten Ahab. Pria dari Nantucket, Massachusetts, itu dikatakan sebagai quaker. Sebutan itu, kita tahu, mengacu kepada pengikut gerakan keagamaan dari abad ke-17 yang antara lain berpendirian bahwa setiap orang bisa langsung berhubungan dengan Tuhan.

Sering Starbuck jadi penyeimbang bagi dendam Kapten Ahab terhadap Moby Dick, yakni sebutan buat paus putih besar yang telah merenggut kaki sang kapten dalam perburuan sebelumnya. Ia tidak takut untuk mengungkapkan pendapatnya, sekalipun kepada atasannya. Ia berani menentang keputusan Ahab yang dianggapnya tidak masuk akal dan bisa membahayakan awak kapal.

Namun, Starbuck tidak sepenuhnya kebal terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya. Ia mulai merasakan dampak dari kemarahan Ahab dan mempertimbangkan tindakan ekstrem untuk menghentikan kaptennya. Ia pun mengalami konflik batin antara loyalitasnya sebagai wakil kapten dan penolakannya terhadap misi berbahaya pimpinan Ahab. Itu sebabnya ia mempertanyakan keputusan Ahab dan mencari cara untuk menghentikannya.

Gambaran sosok Starbuck yang lebih persis terdapat dalam Bab 26. Di antara begitu banyak kalimat yang layak kutip dari paragraf yang lumayan panjang, saya sangat suka dengan deskripsi ini: "Jika kita menatap matanya, kita seakan melihat gambaran yang masih melekat dari ribuan marabahaya yang telah ia hadapi dengan sikap tenang sepanjang hidupnya (Looking into his eyes, you seemed to see there the yet lingering images of those thousand-fold perils he had calmly confronted through life)."

Buat saya, gambaran sosok Starbuck dalam novel terasa bertubrukan dengan citraan dalam logo Starbucks (ditulis dengan "s", bentuk jamak) di kedai kopi. Citraan visual dari kedai kopi sama sekali berbeda dari gambaran visual yang tersirat di halaman novel. Tegasnya, logo kopi yang satu ini memperlihatkan sosok putri duyung (mermaid).  

Novel dan kopi sekan-akan hanya di satukan melalui bentangan lautan. Bedanya, jika pelaut Starbuck mengarungi lautan, putri duyung Starbucks (mestinya) menyelami lautan. Mungkin lain waktu, kalau ada uang, saya bisa membaca Herman Melville di kedai Starbucks.

Yahoo: Sebutan dan Seruan

Dalam Gulliver's Travels, Yahoo digambarkan sebagai makhluk yang berada di tengah bangsa Houyhnhnm –susah amat melafalkan nama yang satu ini. Houyhnhnm adalah kuda yang bernalar dan hidup layak, dan bahasanya menyerupai "bahasa Belanda Tinggi" (High Dutch)", sementara Yahoo adalah "makhluk liar yang paling susah dididik (the most unteachable of all brutes)". Pokoknya, Yahoo merupakan kebalikan dari Houyhnhnm.

Satire dari Swift kiranya dialamatkan kepada masyarakat Eropa abad ke-18. Lewat tokoh cerita Yahoo, terlontar kritik terhadap perilaku manusia yang tidak elok, kebodohan dan kekacauan yang dapat terjadi ketika manusia tidak mengandalkan nalar. Gemanya, tentu, mencapai abad ke-21 juga, bahkan merambat ke dalam diri saya sendiri. Sering saya khawatir, jangan-jangan perilaku saya menyerupai Yahoo pula.

Persisnya, gambaran Yahoo dalam Gulliver's Travels khususnya terdapat dalam Bagian IV. Gulliver tiba di negeri yang dihuni oleh bangsa Houyhnhnm. Dua ekor kuda menghampirinya, dan mengherani "orang Inggris malang (a poor distressed Englishman)" itu. Di situlah, untuk pertama kali, pembaca diajak mengenal sebutan Yahoo yang ditirukan sang tokoh cerita dari ucapan kawanan kuda. Gambarannya antara lain sebagai berikut:

"Berkali-kali saya mendengar kata Yahoo, yang diulang-ulang oleh masing-masing dari mereka; dan meskipun mustahil bagi saya untuk menduga apa artinya, tapi selagi kedua kuda itu sibuk bercakap-cakap, saya berusaha melatih lidah saya untuk mengucapkan kata ini; dan begitu mereka terdiam, saya memberanikan diri untuk mengucapkan Yahoo dengan suara keras, sambil sedapat mungkin meniru ringkikan kuda; ... "

(I could frequently distinguish the word Yahoo, which was repeated by each of them several times; and although it was impossible for me to conjecture what it meant, yet while the two horses were busy in conversation, I endeavoured to practice this word upon my tongue; and as soon as they were silent, I boldly pronounced Yahoo in a loud voice, imitating, at the same time, as near as I could, the neighing of a horse; ..).

Dalam bab-bab selanjutnya gambaran mengenai Yahoo kian terperinci. Mengenai sosoknya, misalnya, digambarkan bahwa makhluk yang satu ini benar-benar mirip manusia dengan muka datar, hidung pesek, bibir tebal, dan mulut terbuka. Tubuhnya penuh bulu.

Itulah Yahoo dalam kisah petualangan Gulliver. Adapun Yahoo dalam petualangan saya di jagat internet terlihat dari logonya. Logo Yahoo! tidak memiliki ikon khusus, melainkan menggunakan kata Yahoo! itu sendiri. Desain aksaranya condong ke kanan dengan tambahan tanda seru, dan warnanya cerah. Kesan yang tampaknya hendak ditimbulkan adalah ceria, dinamis, dan menyenangkan. Citra yang hendak dibangunnya sepertinya kreatif dan inovatif. Tegasnya, lagi-lagi, saya melihat dua gambaran yang bertubrukan antara gambaran di halaman novel dan gambaran di ruang digital.

Tanda seru pada logo Yahoo! turut menguatkan anggapan saya bahwa jenama yang satu ini terilhami oleh karya Jonathan Swift. Dalam Gulliver's Travels, ketika sebutan Yahoo muncul untuk kali pertama, sebagaimana yang terbaca dalam kutipan di atas, kata Yahoo sebenarnya berasal dari seruan kuda Houyhnhnm untuk mengungkapkan kegembiraan atau ketakjuban. Karena tokoh Lemuel Gulliver tidak memahami bahasa kuda, untuk menunjukkan niat baiknya dia menirukan seruan Yahoo.

Setiap kali saya membuka mesin pencari dan melihat logo Yahoo!, saya merasa seperti mendapat teguran bagai ringkik kuda. Apalagi di bawah logo itu sang robot memberi instruksi kepada diri saya: "Buktikan bahwa kamu bukan robot (Prove you're not a robot)." Saya perlu tanda contreng untuk membuktikan bahwa saya adalah manusia.

 

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang Literasi atau tentang Buku

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//