• Narasi
  • Memahami Gempa Bumi sebagai Bencana Alam Geologi

Memahami Gempa Bumi sebagai Bencana Alam Geologi

Salah satu contoh bencana alam yang terjadi secara fisik adalah gempa bumi. Indonesia adalah negara yang rawan akan terjadinya gempa bumi.

Johan Arif

Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.

Seismicity di Indonesia. Seismicity didefinisikan sebagai distribusi gempa bumi di seluruh dunia atau lokal dalam ruang, waktu dan magnitudo. Lebih spesifik lagi, seismisitas merujuk pada ukuran frekuensi gempa bumi di suatu wilayah –misalnya, jumlah gempa bumi bermagnitudo antara 5 dan 6 per 100 km2. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

26 Agustus 2025


BandungBergerak.id – Pada masa yang lalu Allah SWT telah menghancurkan suatu kota atau negeri karena perbuatan manusianya yang zalim (lihat Al-Qur’an Surat Huud 11:85; Al Mumtahanah 60:9). Di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada pula yang telah hilang (lihat Al-Qur’an Surat Huud 11:100). Contohnya kota-kota beberapa nabi seperti kaum Nabi Saleh AS, Nabi Syuaib AS, dan Nabi Lut AS. Dalam Al-Qur’an ada banyak cerita mengenai hal ini dan kita disuruh untuk mempelajari bencana yang luar biasa tersebut yang pernah menimpa negeri umat-umat terdahulu (lihat Al-Qur’an SuratYusuf 12:109).

Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa penyebab dari kehancuran suatu negeri berikut peradabannya pada waktu yang lalu hingga sekarang adalah karena kezaliman manusianya. Namun, terjadinya kehancuran itu tidak serta merta tetapi terjadi secara bertahap atau perlahan yang terjadi dalam masa transisi agar supaya manusia berpikir dan berubah (lihat Al-Qur’an Surat Al Qalam 68:44).

Selama masa transisi ini mereka akan merasakan berbagai masalah hidup baik secara fisik maupun sosial (lihat An Nahl 16:112). (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Selama masa transisi ini mereka akan merasakan berbagai masalah hidup baik secara fisik maupun sosial (lihat An Nahl 16:112). (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Salah satu contoh bencana alam yang terjadi secara fisik adalah gempa bumi, yang biasanya terjadi pada malam hari atau siang hari (lihat Al-Qur’an Surat Al A'raaf 7:4).

Jenis-jenis bencana alam (fisik & sosial). (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Jenis-jenis bencana alam (fisik & sosial). (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Baca Juga: Adakah Manusia yang Hidup Sebelum Nabi Adam AS?
Sangiran, Salah Satu Situs Tujuan Pariwisata Kebumian
Evolusi Warna Kulit Manusia

Apa itu Gempa Bumi?

Gempa bumi termasuk bencana alam (geologi), terjadi karena adanya peristiwa pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik dan energi yang dihasilkan, dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempa bumi, sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.

Titik di mana gempa bermula melepas regangan elastik batuan sekitarnya disebut fokus. Titik di permukaan bumi yang vertikal diatas fokus dinamakan episenter.  Pergeseran sesar (fault) mulai dari fokus dan menyebar memotong bidang sesar sebagai gelombang gempa. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Titik di mana gempa bermula melepas regangan elastik batuan sekitarnya disebut fokus. Titik di permukaan bumi yang vertikal diatas fokus dinamakan episenter. Pergeseran sesar (fault) mulai dari fokus dan menyebar memotong bidang sesar sebagai gelombang gempa. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Ahli kebumian mengatakan bahwa bumi memiliki tujuh komponen antara lain litosfer (kulit bumi) yaitu lapisan yang dibentuk oleh kerak dan astenosfer (mantel bagian atas). Interior bumi atau kulit bumi atau litosfer tersusun oleh lapisan-lapisan. Lapisan paling atas yaitu Kerak Bumi disusun oleh batuan. Menurut ahli geologi, batuan adalah masa padat yang terdiri dari satu atau lebih kumpulan mineral. Mereka mengatakan ada tiga jenis batuan di permukaan bumi yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf (malihan). 

Apa itu Lempeng Tektonik?

Lempeng tektonik adalah suatu cerita tentang benua-benua (yang terdiri dari kerak benua atau kerak samudera atau keduanya) yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain di atas astenosfer (mantel bagian atas). Pergerakan dapat secara divergen (bertabrakan), saling menjauh (konvergen) atau saling bergesekan. Pergerakan itu dikarenakan oleh arus konvesi yang sumbernya diperkirakan akibat dari peluruhan radioaktif di astenosfer.

Pengetahuan manusia tentang batuan di kerak bumi masih sangat sedikit seperti yang perlihatkan sebagai kotak warna merah. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Pengetahuan manusia tentang batuan di kerak bumi masih sangat sedikit seperti yang perlihatkan sebagai kotak warna merah. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Kerak bumi ini mengapung di atas mantel yang bersifat liquid (kental) karena ada perbedaan densitas antara kerak bumi dengan astenosfer. Akibat adanya perbedaan densitas tersebut, kerak bumi lebih muncul ke pemukaan dibandingkan kerak samudra. Tetapi hipotesis ini (yang disebut hipotesa isostasi) tidak bisa menerangkan pergerakan kerak secara horizontal, tidak bisa menerangkan terbentuknya gunung api bawah laut dan tidak bisa menerangkan kejadian volcanic island seperti Hawaii.

Diperkirakan bahwa kerak bumi juga bisa bergerak secara horizontal. Hipotesa ini yang dinamakan "pengapungan benua (continental drift)" diajukan oleh Alfred Wegener tahun 1912. Katanya, sekitar 200 juta tahun lalu di bumi ini hanya ada satu benua saja yang dinamakan "pangea" yang dikelilingi oleh samudra "panthalassa". Contoh daratan yang mungkin dulunya merupakan satu benua adalah pasangan pantai timur Amerika Selatan dengan pantai barat Afrika.

Tetapi hipotesis ini tidak bisa menerangkan kenapa kerak bumi bisa bergerak? Maka muncullah hipotesis lain yang dinamakan "pemekaran lantai samudra (sea-floor spreading)". Ide dari konsep ini adalah melihat adanya morfologi di bawah laut yaitu punggungan tengah samudra (mid-oceanic ridge). Contohnya adalah rangkaian pegunungan bawah laut yang terdapat di lautan Atlantik antara benua Afrika dan Amerika.

Banyaknya gempa yang terjadi di Pulau Sumatra, Jawa & Bali dari Januari hingga Juli tahun 2025 dengan magnitude >4. Umumnya banyak terjadi di Pulau Sumatra & Jawa. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Banyaknya gempa yang terjadi di Pulau Sumatra, Jawa & Bali dari Januari hingga Juli tahun 2025 dengan magnitude >4. Umumnya banyak terjadi di Pulau Sumatra & Jawa. (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Gempa Bumi di Wilayah Indonesia

Indonesia adalah negara yang rawan akan terjadinya gempa bumi. Dari aspek lempeng tektonik, Indonesia termasuk wilayah tumbukan antara lempeng Australia-Indian dengan lempeng Eurasia. Hal ini di tandai dengan keterdapatan palung yang memanjang di barat pulau Sumatra dan selatan pulau Jawa.

Tingkat kehancuran (katastrop) dari beberapa jenis bencana alam khususnya yang bersifat fisik yang terjadi dalam masa transisi di dominasi oleh banjir (43,8 persen) & gempa bumi (25 pesen). (Foto: Dokumentasi Johan Arif)
Tingkat kehancuran (katastrop) dari beberapa jenis bencana alam khususnya yang bersifat fisik yang terjadi dalam masa transisi di dominasi oleh banjir (43,8 persen) & gempa bumi (25 pesen). (Foto: Dokumentasi Johan Arif)

Penutup

Pada masa yang lalu Allah SWT telah menghancurkan suatu kota atau negeri. Penyebab dari kehancuran itu dikarenakan kezaliman manusianya. Kehancuran itu tidak serta merta tetapi terjadi secara bertahap atau perlahan yang terjadi dalam masa transisi. Selama masa transisi ini mereka akan merasakan berbagai masalah hidup baik secara fisik maupun sosial. Salah satu masalah yang di hadapi manusia dalam masa transisi adalah bencana alam yang bersifat fisik dan sosial. Bencana ini adalah sebagai eksekutor dari kepunahan atau kehancuran tersebut.

Salah satu contoh bencana alam yang terjadi secara fisik adalah gempa bumi, yang biasanya terjadi pada malam hari atau siang hari. Tingkat kehancuran (katastrop) dari beberapa jenis bencana alam khususnya yang bersifat fisik yang terjadi dalam masa transisi di dominasi oleh banjir (43,8 persen) dan gempa bumi (25 persen). 

 

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel Johan Arif, atau tulisan-tulisan lain tentang Situs Geologi

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//