• Kampus
  • Suka Duka Sidang Skripsi Mahasiswi Unpas di Kala Pagebluk

Suka Duka Sidang Skripsi Mahasiswi Unpas di Kala Pagebluk

Meski sidang online, pakaian tetap rapi dan formal. Masalah koneksi internet jadi tantangan.

Mahasiswi prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fauzia Nur Meilda (kanan), dan mahasiswa prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Dearyl Marcnesyah. (Dok. Unpas)

Penulis Iman Herdiana10 November 2021


BandungBergerak.idPandemi Covid-19 hampir berlangsung dua tahun. Selama itu pula semua sektor kehidupan terpengaruh, tak terkecuali sidang skripsi yang harus dilakoni mahasiswa tingkat akhir. Setelah lama menjalani kuliah online, para mahasiswa pun harus menjalani sidang skripsi online pula.

Pengalaman bersejarah itu dialami mahasiswi prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasundan (Unpas), Fauzia Nur Meilda. Pada Jumat, 8 Oktober 2021, ia menuntaskan rangkaian perkuliahannya melalui pelaksanaan sidang skripsi online.

Pukul 6 pagi, Meilda sudah bersiap mengenakan setelan kemeja putih, dibalut blazer dan bawahan rok hitam. Ia bersama beberapa mahasiswa lain bergiliran menunggu jadwal presentasi sidang.

Meski online, ia tetap memperhatikan etika sidang, mulai dari cara berpakaian, hingga pemaparan hasil penelitian. Sidang dimulai ketika dua dosen pengujinya bergabung di layar laptop. Ia mempresentasikan poin-point penting dari skripsinya yang berjudul “Kelimpahan Spesies dari Ordo Coleoptera di Hutan Nyawang Bandung, Jawa Barat”.

“Sempat tegang, tapi ternyata dosen pengujinya lebih santai, malah banyak bercanda. Presentasi tetap dilakukan, tapi cukup menyampaikan poin penting dengan gaya bahasa sendiri, beserta keyakinan maupun teori, dan harus terus menatap kamera,” kata Fauzia Nur Meilda, seperti dikutip dari laman resmi Unpas, Rabu (10/11/2021).

Tak Menyangka Cumlaude

Hasil sidang skripsi online Meilda menggembirakan. Skripsinya tidak ada yang perlu direvisi, bahkan ia dinyatakan lulus sidang dengan predikat cumlaude. Apalagi, panitia mengatakan ada tujuh peserta dari prodi Pendidikan Biologi yang tidak lulus sidang, walaupun pada akhirnya hanya gurauan.

“Otomatis panik dan sempat pesimis, apakah dosen penguji yakin dengan jawaban saya? Enggak nyangka ternyata bisa lulus cumlaude. Lega banget ya pastinya, kalau di Sunda istilahnya ‘bucat bisul’. Alhamdulillah senang dan bersyukur sekali, tapi tetap berpikir bahwa ini bukan akhir perjalanan, tapi awal dari sebuah perjuangan,” ujar mahasiswi asal Purwakarta ini.

Bagaimana rasanya sidang skripsi online? Hampa terasa. Menurut Meilda, tidak ada selebrasi, dan tidak ada teman-teman yang menunggu di koridor kampus sambil membawa buket bunga dan banner bertuliskan ‘Happy Graduation’.

“Saya sidang sebelum ada kebijakan PTM Terbatas yang memperbolehkan mahasiswa melaksanakan sidang akhir di kampus. Mungkin kalau offline akan lebih gereget dan dosen bisa melihat keseriusan saya ketika sidang,” paparnya.

Baca Juga: Kisah Mahasiswa STIE Inaba, Muhamad Ari: Jalan Terjal Menuntut Pemotongan Uang Kuliah karena Pagebluk Berujung Di-DO
Bos e-Fishery saat Kuliah Sempat “Puasa” 3 Hari di Masjid Salman
Survei: Mayoritas Mahasiswa Unpad Jenuh Kuliah Daring
Mau Kuliah di Luar Negeri? Kenali dulu Program Beasiswa IISMA Kemendikbud
Survei UI, Hanya Sedikit Dosen dan Mahasiswa Pilih Kuliah Tatap Muka

Terkendala Koneksi Internet

Lain lagi dengan kisah sidang yang dialami mahasiswa prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Dearyl Marcnesyah. Ia harus menghadapi hambatan teknis berupa kendala jaringan internet.

Dearyl mempresentasikan skripsinya yang berjudul “Pengaruh Soft Skill dan Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Pegawai pada BLUD UPT Angkutan Dinas Perhubungan Kota Bandung”. Namun jaringan internetnya tidak stabil.

“Dengan adanya sidang online, saya sangat senang dan tentunya membantu bagi mahasiswa yang berada di luar Kota Bandung. Tapi, jaringan internet yang tidak stabil sedikit menghambat dan waktu sidang juga terbatas,” jelas Dearyl.

Meski demikian, secara umum sidang yang ia lalui berjalan lancar. Setiap sesi juga bisa dilalui tanpa halangan berarti. Dearyl berhasil menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dosen penguji berkat persiapan yang ia lakukan sebelumnya.

Menurutnya, cara presentasi dan meyakinkan penguji saat sidang online tidak sesulit yang dibayangkan. Hanya, ia perlu memanfaatkan waktu seoptimal mungkin agar poin presentasi tersampaikan seluruhnya.

“Untuk meyakinkan penguji, saya membuat rangkuman fenomena penelitian terlebih dahulu, didukung data sekunder maupun data primer yang sudah ada,” sambungnya.

Dearyl melaksanakan sidangnya pada Kamis, 4 November 2021, dua pekan setelah kebijakan PTM terbatas untuk sidang akhir offline mulai diberlakukan. Kendati demikian, ia justru lebih memilih sidang online dibanding offline, karena efektif mengurangi angka penyebaran Covid-19.

“Alhamdulillah, saat yudisium, 6 November 2021, saya dinyatakan lulus dan resmi menyandang gelar S.E. Saya sangat lega mendengar hasil kelulusan yang cukup memuaskan, sehingga rasa kekhawatiran berkurang,” terangnya.

Dari pengalamannya, Dearyl menyarankan agar waktu sidang diberi tambahan waktu, sebab saat presentasi, ia hanya diberi waktu 10 menit.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//