• Opini
  • E-commerce Memicu Mahasiswa semakin Konsumtif?

E-commerce Memicu Mahasiswa semakin Konsumtif?

Tak jarang mahasiswa membeli barang di situs online hanya karena mengikuti teman-temannya. Selanjutnya barang tersebut belum tentu dipakai.

Cindy Gunawan

Mahasiswi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)

Provinsi Jawa Barat meresmikan aplikasi jaramba.id untuk naik bus kota di Bandung, Jumat (7/1/2022). Perkembangan teknologi memudahkan manusia untuk mengakses layanan secara online. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

17 Januari 2022


BandungBergerak.idDunia digital saat ini semakin pesat berkembang seiring kian canggihnya teknologi internet. Salah satu kemudahan yang dipengaruhi internet terjadi di bidang belanja. Siapa pun, kapan pun, dan di mana pun bisa belanja online, semudah membalikkan telapak tangan.

Sejak adanya internet, jual beli online atau online shop memang menjadi trend baru di masyarakat. Lalu akhirnya muncul beberapa e-commerce yang bertujuan untuk lebih memudahkan masyarakat yang ingin belanja online. Perusahaan e-commerce mengumpulkan berbagai online shop dalam satu website atau aplikasi. E-commerce adalah suatu aplikasi penjualan online dengan transaksi elektronik dan dapat membantu pihak toko dalam pemasaran produknya secara maksimal (Susandi & Sukisno, 2017).

Salah satu e-commerce dengan pengguna terbesar adalah Shopee. Perusahaan yang berpusat di Singapura ini dimiliki oleh Sea Limited yang muncul pada tahun 2015, dan saat ini telah menjangkau negara-negara di Asia seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Taiwan, Vietnam dan Filipina. Shopee hadir dengan berbagai program dan promo menarik yang ditawarkan. Beberapa program yang sering diluncurkan ialah gratis ongkir (ongkos kirim) dan juga cashback. Promo dan program ini menjadi daya pikat bagi masyarakat.

Dilihat dari data pengguna situs e-commerce di Indonesia, Shopee termasuk situs jual beli paling banyak dipakai masyarakat Indonesia. Data ini didasarkan pada jumlah klik atau jumlah kunjungan di aplikasi maupun website e-commerce di Indonesia. Menurut tempo.co, Shopee menempati urutan teratas dari 10 Top e-commerce di Indonesia kuartal I 2020. Di urutan kedua ada Tokopedia, Bukalapak, Lazada, dan seterusnya.

Namun dampaknya, kita dihadapkan pada perubahan perilaku masyarakat yang semakin konsumtif alias boros. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat juga tidak terlepas dari dampak konsumerisme karena menjamurnya e-commerce.

Mahasiswa sebagai kaum generasi muda, tentunya sangat suka menggunakan sistem belanja yang praktis dan efektif serta efisien yang disajikan perusahaan-perusahaan e-commerce. Berbelanja di e-commerce merupakan hal yang sangat diminati oleh mahasiswa saat ini. E-commerce memudahkan mahasiswa dalam menemukan barang yang disukai dengan hanya menggunakan smartphone saja. Mahasiswa juga tidak perlu repot untuk menjemput barang dan hanya tinggal menunggu di rumah karena barang yang dibeli akan dikirim ke alamat tujuan pembeli.

Namun di balik kemudahan itu muncul perilaku konsumtif. Tak jarang dari mahasiswa yang tadinya hanya iseng melihat produk namun kemudian tergiur untuk membelinya karena adanya diskon (potongan harga), cashback, dan gratis ongkos kirim. Tak jarang barang-barang yang dibeli bukan merupakan barang-barang yang benar-benar dibutuhkan. Sering kali barang-barang yang dibeli hanya menjadi pelampiasan perilaku konsumtif di dalam belanja online tersebut.

Perilaku-perilaku konsumtif yang terjadi ini didorong karena adanya program dan promo-promo menarik yang diberikan oleh e-commerce. Bahkan beberapa toko juga menyediakan potongan harga yang sangat besar ketika membeli produk dua jenis yang sama atau dua jenis berbeda di dalam toko online yang sama. Toko online juga terkadang mengadakan flash sale atau promo penjualan cepat, yaitu penjualan produk dengan harga khusus dan hanya dalam beberapa jam bahkan menit saja. Tak jarang dari mahasiswa sebagai pengguna merasa tergiur dengan flash sale tersebut dan melakukan checkout pada keranjang belanja mereka.

Di sisi lain, ditemukan bahwa beberapa dari mahasiswa juga terpengaruh atau terkadang belanja barang-barang hanya karena ingin mengikuti trend yang berkembang atau sekadar ikut-ikutan temannya. Perilaku ini juga didasari oleh gengsi ataupun sifat dari anak muda yang tidak ingin ketinggalan trend terbaru.

Perilaku dan budaya belanja online inilah yang membentuk mahasiswa menjadi konsumtif dan boros. Mahasiswa membentuk gaya hidup dengan kebutuhan hidup yang palsu, yang merupakan gaya hidup yang cenderung membeli barang namun tidak benar-benar membutuhkan barang tersebut, dan bahkan tidak tahu barang tersebut akan mereka gunakan bagaimana.

Baca Juga: https://bandungbergerak.id/article/detail/1978/cerita-orang-bandung-48-lia-sang-pengemudi-online-gigih-bekerja-demi-menguliahkan-anak
Layanan Online Disdukcapil Kota Bandung Perlu Sosialisasi
Tidak semua UMKM di Bandung mampu Jualan Online

Hasil survei yang dilakukan penulis terhadap mahasiswa terkait belanja online. (Sumber: Penulis)
Hasil survei yang dilakukan penulis terhadap mahasiswa terkait belanja online. (Sumber: Penulis)

Analisa Survei

Hasil dari survei yang telah penulis lakukan terhadap 43 responden mahasiswa menyatakan bahwa mereka semua pernah belanja online di Shopee. Artinya, mereka menggunakan apklikasi Shopee untuk melakukan kegiatan belanja onlinenya. Dan sebagian besar responden (95.3 persen) memberikan jawaban “iya” terhadap pertanyaan, “Apakah hal tersebut mempengaruhi pengeluaran Anda?”.

Mayoritas responden mengaku belanja online minimal sebulan sekali (51,2 persen), kemudian 34,12 persen mengaku sering, dan 14,6 persen mengaku belanja 1 minggu sekali. Hasil survei ini menunjukkan fakta bahwa hadirnya situs belanja online mendorong perilaku konsumtif mahasiswa.

Bijak Belanja Online

Pada akhirnya, perkembangan teknologi menjadi hal patut kita syukuri dan patut kita manfaatkan. Di sisi lain, perkembangan teknologi dapat menjadi bumerang bagi diri kita ketika kita tidak dapat lepas dari kecanduan dan dari gaya hidup yang tidak sesuai dengan seharusnya. Seperti dengan belanja online yang memudahkan kita dalam mencari barang-barang yang kita perlukan tanpa harus repot-repot pergi ke toko ataupun ke pusat perbelanjaan.

Di balik kemudahan belanja online, kita harus bijak. Jangan sampai kita menjadi pribadi yang konsumtif, boros, hedonis serta menjalani gaya hidup palsu.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//