• Kolom
  • GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (18): Gunung Bukittunggul Lembang, Yang Tertinggi di Bandung Utara

GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (18): Gunung Bukittunggul Lembang, Yang Tertinggi di Bandung Utara

Menjulang 2.206 meter di atas permukaan laut, Gunung Bukittunggul menjadi yang tertinggi di Bandung utara. Jalur pendakiannya memiliki banyak tanjakan terjal.

Gan Gan Jatnika

Pegiat Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB), bisa dihubungi via Fb Gan-Gan Jatnika R dan instagram @Gan_gan_jatnika

Gunung Bukittunggul dilihat dari Kampung Pasirangling, dengan Pasir Buleud, Pasir Nini, dan Pasir Pardi di sekitarnya. Gunung Bukittunggul merupakan yang tertinggi di Bandung utara. (Foto : Gan Gan Jatnika)

22 Januari 2022


BandungBergerak.id - Penamaan Gunung Bukittunggul membuat penasaran: gunung, tapi bukit. Kenapa bisa terjadi penamaan ganda gunung dan bukit demikian?

Penamaan ganda seperti ini ternyata bukan satu-satunya. Di kawasan Bandung Raya, ada dua buah gunung dengan nama bukit, yaitu Gunung Bukittunggul di Lembang dan Gunung Bukitjarian di Tanjungsari. Di tempat lain, yaitu di Pulau Kalimantan, terdapat juga penamaan serupa, yaitu Gunung Bukit Raya. Gunung di Kalimantan Tengah ini merupakan gunung tertinggi di Pulau Kalimantan yang masuk kawasan Indonesia.

Permasalahan definisi gunung dan bukit sampai sekarang memang masih sulit dipecahkan. Masih ada ketidakjelasan perbedaan antara bukit dan gunung, apalagi jika penamaan suatu gunung atau bukit di suatu tempat sudah turun-temurun.

Dalam istilah Bahasa Indonesia, kata bukit seringkali diterapkan untuk sebuah gunung kecil dengan ketinggian di bawah 300 Mdpl (meter di atas permukaan laut). Ini sesuai dengan definisi dalam Kamus Geologi terbitan tahun 2013 yang disusun oleh ahli geologi sekaligus ahli bahasa, M. M. Purbo Hadiwidjoyo (meninggal tahun 2015). Dalam kamus tersebut tertulis : “ Bukit adalah tinggian alami, umumnya berdongak kurang dari 300 Mdpl. Sedangkan gunung merupakan permukaan bumi yang mendongak lebih tinggi dari sekitarnya, kerucut lebih dari 300 Mdpl “.

Definisi lain tentang bukit dan gunung ada dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Di sana tertulis: “Bukit adalah tumpukan tanah yang lebih tinggi daripada tempat sekelilingnya, lebih rendah daripada gunung”, dan gunung adalah “Bukit yang sangat besar dan tinggi (biasanya tingginya lebih dari 600 Mdpl)”.

Gunung Bukittunggul memiliki ketinggian 2.206 meter di atas permukaan laut (mdpl), menurut peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang diterbitkan Badan Informasi Geospasial (BIG), lembar peta 1209-314, judul peta Lembang, edisi I-2001, skala 1:25.000. Di kalangan pendaki, gunung ini dikenal memiliki ketinggian 2.209 mdpl. Menjulang setinggi itu, Gunung Bukittunggul menjadi gunung tertinggi di kawasan Bandung Utara.

Akses dan Lokasi

Secara administratif Gunung Bukittunggul berada di perbatasan tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang. Titik pertemuan ketiga perbatasan ini berada tepat di puncaknya.

Lereng sebelah selatan dan baratnya sebagian besar berada di Kampung Gandok, Patrol, dan Pasirangling yang termasuk wilayah Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Lereng sebelah tenggara berada di Kampung Pangli, wilayah Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Sedangkan lereng utara berada di Kampung Bunikasih dan Kampung Bukanagara yang masuk wilayah Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang.

Gunung Bukittunggul dikelilingi oleh beberapa gunung di sekitarnya. Di sebelah utara terdapat Gunung Canggah atau Gunung Canggok, Gunung Orem, dan Gunung Buleud. Di sebelah timur terdapat Gunung Sanggara dan Gunung Putri. Di sebelah tenggara terdapat Gunung Pangparang, di sebelah selatan terdapat Gunung Palasari dan bentang alam Patahan Lembang. Di sebelah barat terdapat gunung kecil yang dikenal dengan nama Pasir Buleud. Tepat di kaki sebelah selatan, di Kampung Pasirangling, terdapat juga gunung kecil lainnya, yaitu Pasir Nini dan Pasir Pardi.

Untuk menuju lokasi Gunung Bukittunggul, pilihan terbaik adalah melalui jalur Kampung Pasirangling dan Kampung Pangli. Kedua lokasi ini bisa ditempuh dari Kota Bandung lewat dua pilihan jalur, yaitu jalur Ujungberung dan jalur Cibodas, Lembang.

Memilih jalur Ujungberung kita akan menempuh titik awal dari Alun-alun dan Mesjid Ujungberung, kemudian mengarah ke utara menuju Palintang. Jika ada waktu luang, kita bisa mampir ke agrowisata perkebunan dan pabrik kina Bukit Unggul di dekat Kampung Pangli.

Pilihan jalur lain adalah melalui Lembang. Menuju Cibodas, kita akan melewati wisata air terjun Maribaya dan The Lodge sebelum sampai di Desa Suntenjaya. Dari Desa Suntenjaya, kita mengambil arah menanjak ke Kampung Pasirangling.

Untuk memudahkan akses menuju lokasi kita bisa menggunakan peta dan jalur yang disediakan oleh Google. Untuk pilihan jalur melalui Kampung Pangli, kata kuncinya “Wisata Pabrik Kina Bukit Tunggul”, sementara untuk jalur Pasirangling, kata kuncinya “Bumi Perkemahan Taman Bincarung”.

Dari Bumi Perkemahan Taman Bincarung, kita bisa menikmati pemandangan gunung-gunung di sekitarnya. Melanjutkan pendakian ke puncak dari kawasan ini, kita akan menghadapi banyak tanjakan terjal. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Dari Bumi Perkemahan Taman Bincarung, kita bisa menikmati pemandangan gunung-gunung di sekitarnya. Melanjutkan pendakian ke puncak dari kawasan ini, kita akan menghadapi banyak tanjakan terjal. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Toponimi, Mitos, dan Sejarah

Penamaan Gunung Bukittunggul terkait pula dengan cerita Sangkuriang. Konon, ketika Sangkuriang membutuhkan kayu yang bagus untuk membuat perahu, dia melihat sebuah pohon kayu lamengan. Kemudian dia menebang pohonnya dan menyisakan tunggu-lnya saja, Tunggul dalam bahasa Sunda artinya bagian batang hasil tebangan yang masih tersisa.

Selain tersisa tunggul, tersisa pula akar dan umbi pohonnya. Dalam bahasa Sunda umbi akar ini disebut beuti. Sehingga ada versi lama yang menyebut kalau nama gunung ini adalah Gunung Beutitunggul dan bukan Gunung Bukittunggul.

Penelusuran nama lama Gunung Beutitunggul diunggah oleh pegiat sejarah Bandung, yaitu M. Ryzki Wiryawan, dengan melampirkan tulisan dari geologiwan Purbo Hadiwidjoyo. Di dalam artikel “Disekitar Nama Gunung Tangkubanperahu” terdapat catatan kaki yang menyebutkan ada kesalahan dalam penulisan pemetaan yang membuat nama beutitunggul berubah menjadi bukittunggul. Catatan kaki ini berdasar pada tulisan seorang ahli botani Belanda yang bernama Leendert van der Pijl dalam buku Wandelgids voor den Tangkoeban Prahoe, Bandoeng Vooruit, serie no. 5.

Di kaki Gunung Bukittunggul, tepatnya di Kampung Pasirangling, terdapat basecamp pendakian dan area berkemah yang diberi nama Bumi Perkemahan Taman Bincarung. Penamaan Taman Bincarung juga sangat menarik. Menurut salah satu warga setempat, Panji Budiantara, bincarung adalah nama sejenis burung yang dahulu sering terlihat di hutan kawasan gunung ini, tetapi sekarang sudah langka. Ciri khas burung ini adalah warna hitam pada bagian matanya, sehingga dikenal pula dengan nama burung kacamata.

Dalam bahasa Indonesia burung bincarung dikenal dengan nama burung kepodang, dengan nama ilmiahnya oriolus chinensis. Di tempat lain, burung yang sama dikenal pula dengan nama burung gantialuh atau gulalahe. Keunikan lain dari burung ini adalah kemampuannya menirukan suara burung lain seperti ciblek, rajaudang, dan yang lain.

Sebelum memasuki kawasan hutan Gunung Bukittunggul, kita akan menemui gunung atau bukit kecil yang dinamai Pasir Nini. Nama Pasir Nini diduga erat kaitannya dengan cerita Kerajaan Saunggalah dan Ciungwanara. Tokoh nini atau nenek yang dimaksud adalah tokoh nenek sakti yang mengasuh Ciung Wanara.

Sementara itu, nama Desa Suntenjaya, yang lokasinya berada di kaki Gunung Bukittunggul, disebut berasal dari nama Gegersunten. Namun ada juga yang meyakini bahwa nama Suntenjaya berasal dari nama Eyang Suntenjaya, salah satu penyebar agama Islam di wilayah tersebut.  Selain Eyang Suntenjaya, ada juga Eyang Sanggarjaya yang namanya dikaitkan dengan nama salah satu gunung di dekatnya, yaitu Gunung Sanggara.

Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (17): Gunung Wayang Pangalengan dengan Pesona Situ Cisanti dan Kawah Wayang di Kedua Lerengnya
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (16): Gunung Patuha, Pesona Gunung Api Tua di Bandung Selatan
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (15): Gunung Guhapawon, Jejak Hunian Manusia Prasejarah Gua Pawon dan Taman Batu

Jalur Pendakian

Untuk mendaki Gunung Bukittunggul, terdapat beberapa pilihan jalur, di antaranya jalur Kampung Patrol, Kampung Pangli, dan Pasirangling. Yang paling sering diambil oleh para pendaki adalah jalur Pasirangling dan Kampung Pangli. Bahkan kedua jalur pendakian ini masuk ke dalam bagian rute lomba lari Bandung Ultra Trailrun 100km. Dalam kegiatan ini jalur pendakiannya melalui Kampung Pangli dan turunnya melintas melalui jalur Pasirangling.

Mendaki melalui jalur Pasirangling, kita akan terlebih dahulu tiba di area perkemahan Taman Bincarung. Dari sana kita menyusuri jalan setapak dengan melalui lima pos pendakian. Pos pendakiannya sederhana saja. Bukan berupa shelter atau bangunan, tapi ‘hanya’ tempat kecil untuk istirahat dengan plakat penanda.

Medan perjalanan dari area perkemahan sampai Pos 2 masih cukup landai, sebagian berupa perkebunan warga. Pos 2 merupakan tempat yang cukup luas dan nyaman untuk istirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Pos 2 juga merupakan punggungan atas dari Pasir Nini. 

Meninggalkan Pos 2, kita akan menemui kerimbunan hutan hujan tropis dengan tanjakan yang menguras tenaga. Tanjakan yang seakan tanpa ujung, serta sesekali sedikit bonus medan landau. Tanjakan-tanjakan curam ini akan berkhir kira-kira 50 meter sebelum puncak.

Di puncak kita akan menemui dua kawasan istirahat yang berdekatan. Namun jangan membayangkan kawasan puncak itu demikian terbuka dan bisa melihat ke segala arah, termasuk kota di bawahnya. Puncak Gunung Bukittunggul masih berupa area rimbun dengan pohon-pohon cukup tinggi menutupi pemandangan kita.

Di puncak gunung itu, mereka yang senang arkeologi dan sejarah dapat menikmati bekas babalongan (balong arfinya kolam) yang berundak-undak. Konon, babalongan dengan tiga undakan itu merupakan kawasan religi masa manusia prasejarah. Sayangnya, bentuk babalongan ini lama-kelamaan mulai tidak jelas, seolah-olah hanya lubang berbentuk cekungan biasa.

Selain babalongan, terdapat juga sisa semacam tugu atau pondasi dari batu dan semen. Menurut warga, sisa tugu ini adalah bekas kegiatan penelitian para ahli geologi beberapa tahun yang lalu. Ada juga warga yang menyebutnya sebagai bekas kegaitan ‘menyuntik’ gunung agar aktivitas vulkanologinya terpantau.

Sebagai catatan lainnya, mereka yang berencana mendaki Gunung Bukittunggul sebaiknya menyiapkan kondisi badan secara prima karena selepas Pos 2 sampai puncak, medan tanjakan silih berganti menghadang. Bila hujan turun, jalur pendakian itu akan makin menyulitkan karena licin. Juga, jangan lupa untuk membekali diri dengan air minum yang cukup karena selama pendakian, sulit bagi kita bertemu dengan sumber air bersih.

Untuk berkemah, kita bisa memilih puncak gunung atau bumi perkemahan Taman Bincarung. Fasilitas di bumi perkemahan sudah cukup baik. Di bawah pengelolaan Perhutani bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang dikelola warga setempat, berbagai fasilitas seperti toilet, musala, dan area berteduh, telah tersedia.

Potret bangunan pabrik kina yang masih beroperasi di Kampung Pangli , November 2019 lalu. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Potret bangunan pabrik kina yang masih beroperasi di Kampung Pangli , November 2019 lalu. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Potensi Kampung Wisata

Selain wisata pendakian dan berkemah, dari area berkemah Taman Bincarung kita bisa berwisata ke beberapa tempat lain di sekitarnya, seperti Curug Lalay, Curug Luhur, dan Curug Batuampar. Di Kampung Pasirangling, terdapat agrowisata yang dilengkapi dengan perkebunan dan peternakan sapi perah. Ada juga wisata budidaya cacing dan tanaman hias. Selain itu, pengolahan susu murni menjadi yoghurt telah dilaksanakan.

Tidak ketinggalan, kopi Pasirangling sebagai bagian dari hasil karya warga setempat sudah pula bisa dinikmati. Kopi jenis arabika ini memiliki cita rasa kopi pegunungan yang sangat nikmat.

Potensi wisata juga sudah dikembangkan di Kampung Pangli. Kampung yang dahulunya bernama Kampung Panglih ini, kependekan dari panglipurgalih (penenang hati), menyajikan wisata alam Situ Sangkuriang dan Curug Batusangkur. Ada juga edukasi dan sejarah perkebunan pabrik kina. Sampai saat ini pabrik kina di kaki Gunung Bukittunggul yang telah berusia lebih dari 100 tahun itu masih beroperasi. 

*Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi www.bandungbergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB)

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//