Geliat Museum di Kota Bandung Memasuki Tahun Ketiga Pagebluk
Museum Konferensi Asia Afrika dan Museum Geologi sudah mulai membuka layanan kunjungan secara terbatas. Museum-museum ini lebih mengarahkan kunjungan virtual.
Penulis Reza Khoerul Iman22 Januari 2022
BandungBergerak.id - Setelah pembukaan kembali ruang-ruang publik seiring menurunnya jumlah kasus Covid-19, pusat keramaian Kota Bandung kembali bergeliat disesaki pengunjung. Museum di Kota Bandung pun kembali membuka kunjungannya untuk umum. Salah satunya Museum Konferensi Asia Afrika atau yang disingkat MKAA yang mulai membuka kunjungan untuk umum sejak 21 Oktober 2021.
Kini, museum tersebut masih terus membuka kunjungan untuk umum dengan berbagai peraturan yang menyesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19. Informasi yang dihimpun BandungBergerak.id, Sabtu (22/1/20122), ada beberapa peraturan dan persyaratan yang harus dipenuhi ketika hendak mengunjungi MKAA. Di antaranya, pembatasan dan protokol kesehatan yang ketat, check in di aplikasi Peduli Lindungi, jadwal museum yang hanya dapat dikunjungi pada hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu.
Selain itu, para pengunjung MKAA tidak bisa bersantai lama di dalam museum, sebab waktu kunjungannya dibatasi dua jam sekali dan terbagi ke dalam empat sesi, yaitu pada hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu: 09.00WIB, 11.00WIB, 13.00WIB dan 15.00WIB.
Adapun untuk kunjungan virtual, MKAA menyediakan produk pelayanan publik daring bernama si Baron. Produk tersebut membantu para pengunjung MKAA yang ingin melaksanakan tour secara virtual. Pengunjung bisa mendapatkan layanan ‘Si Baron’pada laman situs: reservasimkaa.kemlu.go.id.
Pengunjung dapat memilih bahasa Inggris atau Indonesia sebagai bahasa pengantar ketika melakukan kunjungan virtual. Adapun untuk jadwal pelayanan dengan bahasa pengantar Indonesia dapat dihadiri setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis dengan dua pilihan waktu, yaitu Pkl. 10.00-12.00WIB, dan Pkl. 14.00-16.00WIB.
Sementara untuk pelayanan dengan bahasa pengantar Inggris, Museum Konferensi Asia Afrika menyediakan waktu pada Rabu saja dengan dua pilihan waktu yang sama.
Museum Geologi
Museum lain yang telah membuka kunjungan untuk umum, yaitu Museum Geologi, Jalan Diponegoro No. 57, berdekatan dengan Gedung Sate. Museum Geologi telah membuka kunjungan untuk umum sejak tanggal 3 November 2021. Jadwal layanan museum tersebut hampir sama dengan MKAA, namun yang membedakan adalah waktunya, yaitu dibuka dari pukul 10.00 WIB hingga 13.00 WIB.
Museum Geologi merupakan destinasi wisata-edukasi yang terbilang murah. Seorang pelajar hanya perlu mengeluarkan uang Rp 2.000 untuk menghabiskan waktu di museum ini. Sementara untuk wisatawan umum ditarif Rp 3.000 dan untuk wisatawan asing diberlakukan tarif Rp 10.000.
Di masa tahun ketiga pagebluk, Museum Geologi hanya membuka kunjungan secara terbatas, yaitu dibatasi sampai 600 pengunjung saja dalam sehari. Adhitia Ari Nugroho selaku Staff di Sub Koordinasi Edukasi dan Informasi Museum Geologi menjelaskan, sebelum pandemi museum ini dapat menerima kunjungan sebanyak 3.000 orang banyaknya. Museum ini lebih menekankan kepada wisata virtual yang kapasitasnya dapat mencapai 2.000 pengunjung dalam dua sesi.
Adapun jadwal kunjungan virtual di Museum Geologi hanya tersedia pada hari Senin saja dan seluruh informasi berkaitan dengan acara, pemesanan tiket luring hingga tur virtual bisa diakses di Instagram @geomuzee.
Baca Juga: Museum KAA mulai Buka setelah Lama Ditutup Pagebluk
Upaya Mengurangi Risiko Bencana Geologi dengan SMS
Komunitas Aleut Kenalkan i-Walk, Aplikasi Wisata Sejarah Tanpa Pemandu
Ratusan Ribu Koleksi
Daya tarik Museum Geologi bagi para pengunjung adalah koleksinya yang punya nilai ilmiah tinggi. Per tahun 2022, koleksi di museum ini mencapai 417 ribu buah. Sub Koordinator Dokumentasi dan Konservasi Unggul Prasetyo Wibowo menjelaskan Museum Geologi dibagi menjadi dua lokasi: ruang koleksi dan ruang pamer atau ruang peraga.
Ruang koleksi berada di belakang bagian museum dan tidak bisa diakses oleh sembarang pengunjung. Anda bisa mengakses ruang ini untuk keperluan tertentu dengan mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan pihak museum.
Lalu ada ruang pamer yang tersebar di dua lantai museum. Lantai 1 dibagi menjadi dua bagian: sayap barat dan sayap timur. Di bagian sayap barat, pengunjung bisa melihat benda-benda dan khazanah seputar geologi indonesia dan secara umum
Sedangkan di sayap timur, pengunjung disuguhkan informasi tentang sejarah kehidupan bumi dari awal terbentuknya bumi sampai sekarang. Lantai 2 pun dibagi menjadi dua bagian: sayap timur dan barat. Di sayap barat, pengunjung bisa mendapat informasi tentang sumber daya geologi, sedangkan di sisi timur pengunjung bisa mendapat edukasi tentang pemanfaatan dan kebencanaan.
Ada pesan khusus yang disampaikan Unggul bagi anda yang hendak berkunjung ke Museum Geologi. Pesan ini terkait upaya kita untuk sama-sama menjaga benda koleksi yang sudah berusia ribuan tahun ini.
"Fosil ini unik. Asalnya dari individu dan enggak ada gantinya kalau sampai rusak. Jadi buat para pengunjung yang mengakses koleksi ini baik secara populer (kunjungan) maupun untuk keperluan riset agar bisa sama-sama menjaganya," kata Unggul, dalam siaran pers, Rabu, (19/01/2022).
Edukasi Masyarakat
Sebelum masa pandemi, Museum Geologi tidak sekadar jadi destinasi yang dikunjungi wisatawan saja. Pihak pengelola juga aktif melakukan berbagai program pengenalan museum dan edukasi geologi ke masyarakat. Kegiatan tersebut masih berlangsung sampai saat ini. Hanya bedanya, seluruh kegiatan tadi belakangan ini dilakukan secara daring.
Adhitia Ari Nugroho, menjelaskan, saat ini Museum Geologi punya lima program publikasi dan edukasi yang bisa dinikmati oleh masyarakat. Pertama, ada Collection Talk. Program ini mengupas tuntas satu koleksi museum. Program ini juga menghadirkan siaran langsung di YouTube dengan materi temuan objek geologi di lapangan. Pada pelaksanaannya, Museum Geologi bekerja sama dengan berbagai instansi.
Lalu ada Merdeka Belajar yang merupakan program khusus bagi pelajar untuk memahami materi seputar geologi. Program edukasi ini dikemas secara ringan dan interaktif antara pemateri dan pelajarnya dan dibuka saat musim libur sekolah.
"Penyampaian materi menggunakan media interaktif seperti dongeng dan diskusi," ungkap Adhit.
Lalu ada program Night at The Museum yang biasa digelar di pekan keempat tiap bulannya. Nyaris dua tahun vakum akibat pandemi, program ini akhirnya digulirkan secara daring belum lama ini.
Dua program menarik lainnya adalah Pojok Kolaborasi dan Layanan Informasi. Pojok Kolaborasi itu sendiri merupakan upaya Museum Geologi untuk mengenalkan diri kepada masyarakat.
"Tujuannya mengaktivasi taman di sisi timur untuk dijadikan tempat berkegiatan. Kami membuka kolaborasi dengan instansi hingga komunitas untuk sama-sama menghidupkan museum," terang Adhit.
Sementara itu, pengunjung bisa mengakses berbagai informasi di Layanan Informasi Museum Geologi. Informasi yang disebarkan antara lain mengenai materi pemaparan di ruang pamer, kerja sama, hingga lowongan magang di museum.
"Penjelasan di ruang pamer boleh jadi terbatas. Jadi, di layanan informasi, pengunjung bisa bertanya lebih lanjut dengan ahlinya. Oh ya, untuk pengunjung yang mau magang di sini juga bisa menghubungi Layanan Informasi," jelasnya.
Adhit mengajak masyarakat Bandung khususnya untuk lebih dekat dengan museum. Lewat berbagai program sosialisasi dan edukasi, pihaknya berharap persepsi masyarakat tentang museum berubah, tidak sekadar tempat menyimpan barang lawas semata.
"Di negara maju, museum selalu jadi tujuan utama wisatawan. Dengan tarif yang mahal pun wisatawan rela datang ke museum. Sekarang gimana caranya kita mencintai museum dan lebih dekat dengan museum. Jadikan museum sebagai pilihan tempat nongkrong," tutupnya.
Mereka yang Masih Tutup
Pandemi Covid-19 benar-benar mempengaruhi dunia permuseuman di Kota Bandung. Museum yang memerlukan aktivitas orang banyak, mau tidak mau harus menutup kunjungan demi memukul laju pandemi Covid-19.
Di saat laju pandemi Covid-19 dinilai membaik, masih ada museum yang belum membuka kunjungannya untuk umum. Museum Sri Baduga yang terletak di Jalan BKR No. 185 adalah salah satu museum yang masih tutup.
Petugas keamanan di Museum Sri Baduga mengatakan, museum ini telah ditutup semenjak pandemi dan sama sekali belum pernah buka. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang staff Museum Sri Baduga, Wanti (40). Namun untuk keperluan penelitian, museum ini masih terbuka dan dapat digunakan dengan persyaratan tertentu.
Selain itu, jika para pengunjung tetap penasaran dan tetap ingin melihat koleksi Museum Sri Baduga, maka iHeritage.id menyediakan virtual tour untuk Museum Sribaduga yang dapat di akses pada laman: www.iheritage.id. Bukan hanya Museum Sribaduga, masih terdapat museum lainnya yang dapat diakses pengunjung di laman tersebut.