• Opini
  • Menghemat Listrik dengan Konsep Bangunan Ramah Lingkungan

Menghemat Listrik dengan Konsep Bangunan Ramah Lingkungan

AC mengambil porsi sekitar 60 persen dari total konsumsi energi listrik dalam suatu bangunan. Pembangunan dengan konsep zero energy building perlu digalakkan.

Jonathan Karelo Imanto

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).

Mal di Bandung, Rabu (11/8/2021). Konsep bangunan ramah lingkungan akan mengurangi pemakaian energi listrik seminimal mungkin. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

8 Februari 2022


BandungBergerak.idSetiap bangunan selalu dirancang untuk suatu tujuan, yaitu untuk mewadahi aktivitas penghuninya. Untuk menunjang aktivitas di dalam bangunan tersebut, terkadang manusia menggunakan peralatan tertentu yang dapat meningkatkan kemudahan dan kenyamanan seperti lampu dan pendingin ruangan. Sebagian besar dari alat-alat ini mengonsumsi sejumlah energi untuk bisa digunakan.

Namun banyak bangunan yang dibangun tanpa memikirkan efisiensi penggunaan energinya. Akibatnya bangunan tersebut menjadi boros energi. Salah satu contohnya adalah penggunaan AC yang berlebihan. Penggunaan AC dapat mengambil porsi sekitar 60 persen dari total konsumsi energi keseluruhan yang digunakan dalam suatu bangunan. Penggunaan AC yang berlebihan dapat menyebabkan meningkatnya biaya tagihan listrik, tidak ramah bagi lingkungan, berpotensi merusak ozon, dan tidak terlalu baik untuk kesehatan.

Permasalahan seperti tersebut kemudian membuat konsep ZEB atau zero energy building mulai dikembangkan dan diterapkan pada pembangunan gedung-gedung baru. Konsep bangunan ramah lingkungan ini terbukti cukup efektif untuk mengurangi konsumsi energi suatu bangunan. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai contoh bangunan yang sudah berhasil mengurangi konsumsi energinya dengan penggunaan ZEB.

Konsep zero energy building adalah salah satu upaya untuk merespons kondisi lingkungan yang pada saat ini semakin memburuk. Zero energy building bisa menjadi solusi untuk permasalahan seperti menipisnya ketersediaan sumber energi konvensional, polusi, tingginya emisi karbon, dan perubahan iklim yang disebabkan oleh efek rumah kaca.

Hal itu dapat tercapai karena ZEB adalah suatu konsep di mana sebuah bangunan dapat menghasilkan sumber energinya sendiri untuk menunjang fungsi bangunan tersebut. Dengan kata lain, jumlah total energi yang digunakan di dalam bangunan seimbang dengan jumlah energi yang dihasilkan bangunan. Sumber energi yang digunakan tentunya berasal dari sumber yang ramah lingkungan. Selain itu konsep ini juga harus diterapkan tanpa mengurangi fungsi, kenyamanan, dan produktivitas bangunan. 

Untuk mencapai keseimbangan antara energi yang dikonsumsi dan yang dihasilkan bangunan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi beban konsumsi energi dengan cara meningkatkan efisiensi dari konsumsi energi. Meningkatkan efisiensi penggunaan energi dapat dilakukan dengan memanfaatkan kondisi lingkungan yang ada. Salah satu contohnya adalah membuat bukaan lebar untuk masuknya cahaya atau membuat sistem penerangan pasif yang dapat menangkap cahaya dari luar dan memantulkannya ke dalam interior ruangan untuk mengurangi penggunaan lampu di siang hari.

Selain itu, penggunaan pendingin buatan juga harus dikurangi karena dapat mengonsumsi sekitar 60 persen energi total yang dikonsumsi suatu bangunan. Caranya adalah dengan sistem sirkulasi udara cross ventilation yang dapat mengalirkan udara segar ke dalam ruangan sekaligus mengeluarkan udara panas ke luar ruangan. Menjaga suhu ini bisa dilakukan menggunakan green wall atau tanaman yang ditanam pada satu sisi eksterior bangunan untuk mengurangi panas yang masuk sekaligus menghasilkan oksigen.

Dengan adanya penggunaan listrik yang efisien, maka beban listrik bangunan akan semakin rendah dan lebih memungkinkan untuk mencapai keseimbangan antara energi yang dikonsumsi dan dihasilkan. Konsumsi energi yang hemat juga menguntungkan secara finansial karena mengurangi biaya operasional keseluruhan bangunan.

Penerapan konsep zero energy building juga bisa berdampak positif pada lingkungan. Hal ini dikarenakan bangunan yang mengusung konsep ini mampu menghasilkan energinya sendiri untuk keperluan aktivitas penggunanya. Energi tersebut dapat dihasilkan dengan penggunaan pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan seperti panel surya, kincir angin, dan mikrohidro. Bangunan yang mampu menghasilkan energinya secara mandiri tidak akan terlalu bergantung pada penggunaan energi konvensional yang tidak ramah lingkungan.

Pengurangan penggunaan energi konvensional dapat mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Emisi karbon adalah salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global diketahui dapat menyebabkan peningkatan permukaan air laut dan cuaca yang semakin ekstrem dan sulit diprediksi. Penerapan konsep bangunan ramah lingkungan ini dapat mengurangi polusi udara dan hujan asam yang disebabkan oleh tercemarnya udara karena adanya zat kimia yang dilepaskan oleh penggunaan bahan bakar fosil. 

Selain berfokus pada peningkatan efisiensi dan pengurangan penggunaan energi konvensional, konsep zero energy building juga dibuat untuk memberi kenyamanan pada pengguna. Salah satu keuntungan penerapan ZEB yang baik adalah adanya kenyamanan termal yang merata di seluruh interior ruangan. Hal ini dikarenakan adanya aliran udara alami yang mengalir di dalam ruangan, adanya green wall membantu mengurangi panas yang masuk, pencahayaan dan penghawaan alami ini juga dapat menjaga kadar kelembaban ruang menjadi lebih optimal.

Penerapan konsep zero energy building yang ramah lingkungan ini dapat meningkatkan kesehatan pengguna. Hal ini disebabkan karena ZEB dapat mengurangi emisi yang menyebabkan adanya polusi udara. Polusi udara diketahui dapat menyebabkan kanker dan penyakit pernapasan seperti asma.

Baca Juga: Cara Menghindari Kerugian dari Investasi Saham
Peran Lulusan Matematika di Zaman Digital
Korean Wave, Bentuk Soft Power Diplomacy Korea Selatan di Indonesia

Menghemat Listrik

Konsep zero energy building sudah terbukti efektif untuk meningkatkan efisiensi energi suatu bangunan. Salah satu contoh bukti nyatanya adalah Islamic Boarding School di Sragen. Bangunan ini menggunakan strategi desain pasif dan aktif. Strategi desain pasif meliputi ventilasi alami, double façade, pencahayaan alami, green roof, green wall, dan sistem mirrors duct. Sedangkan strategi desain aktif meliputi penggunaan sensor, sistem HVAC, dan High Volume Low Speed Fans. Tingkat penghematan dari strategi desain aktif dan pasif masing-masing menghasilkan 20 persen penghematan energi. Selain itu berkat adanya panel surya, kincir angin, dan mikrohidro (energi air), bangunan ini mampu menghasilkan energi yang jumlahnya lebih dari kebutuhan energi per harinya. Penggunaan listrik PLN tetap ada, namun hanya sebagai cadangan sewaktu-waktu pembangkit listrik tidak berfungsi dengan baik.

Akhir kata, penerapan dari konsep zero energy building memiliki berbagai keuntungan yang berdampak baik pada lingkungan. Mengingat bahwa kondisi lingkungan yang semakin memburuk dan sumber energi konvensional yang semakin menipis, tidak ada salahnya untuk mulai menerapkan konsep ZEB pada gedung-gedung baru yang akan dibangun di masa mendatang.

Diharapkan di masa depan nantinya akan semakin banyak bangunan yang mengusung konsep ZEB ini untuk terciptanya lingkungan yang lebih baik untuk generasi-generasi yang akan datang.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//