Harga Minyak Goreng dan Kedelai Meroket, Ditunggu Keberpihakan Pemerintah
Akar masalah kelangkaan dan mahalnya minyak goreng sudah diketahui, begitu pula dengan naiknya harga kedelai.
Penulis Iman Herdiana24 Februari 2022
BandungBergerak.id - Belum selesai masalah kelangkaan minyak goreng, kini harga kedelai melambung tinggi. Kedelai sendiri merupakan komoditas bahan utama tempe tahu yang masuk dalam kebutuhan pokok masyarakat. Beban masyarakat pada musim pandemi ini semakin tinggi dengan gejolak dua komoditas ini, minyak goreng maupun kedelai.
Sejumlah operasi pasar untuk monyak goreng sudah dilakukan, begitu juga di Bandung. Yang terbaru operasi pasar akan digelar Pemkot Bandung di setiap pekan di pasar-pasar tradisional. Mengenai kedelai, tampaknya belum ada solusi mengingat komoditas ini barang impor.
Pengamat ekonomi sekaligus dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi mengatakan, operasi pasar minyak goreng cukup membantu walaupun skalanya masih kecil.
Menurutnya, gejolak harga maupun kelangkaan kebutuhan pokok selalu menjadi isu sensitif. Padahal, akar masalah kelangkaan dan mahalnya minyak goreng sudah diketahui, begitu pula dengan naiknya harga kedelai.
Kenaikan harga minyak goreng bahkan telah diperkirakan sejak tahun lalu, menyusul meroketnya harga CPO di pasar global. Namun, karena tidak adanya langkah atau kebijakan antisipatif, kelangkaan dan kenaikan harga dua bahan pokok ini harus ditanggung masyarakat selaku konsumen.
Seharusnya, kata Acuviarta, pemerintah sudah memiliki kebijakan dan strategi ketika fenomena semacam ini kembali terjadi. Akibatnya, pemerintah dinilai tidak all out dalam mengatasi dan memangkas durasi kelangkaan minyak goreng maupun tingginya harga kedelai.
“Kenaikan harga atau kelangkaan komoditas itu kan terjadi berulang, tapi pemerintah tidak konsisten, sehingga pengambilan kebijakan saat ini dirasa terlambat. Misalnya kasus minyak goreng yang sebenarnya telah terlihat adanya inflasi pada 2021,” ujarnya, dikutip dari laman resmi Unpas, Kamis (23/2/2022).
Terlambatnya pengambilan kebijakan sampai berbulan-bulan ini, kata dia, baru diambil pada Januari 2022. Mestinya, pemerintah bisa bersikap tegas seperti saat adanya kasus batu bara yang dihentikan pengirimannya ke luar negeri.
“Karena harganya meningkat cukup lama, harusnya treatment dari pemerintah tegas seperti kasus batu bara yang saat itu mengganggu pasokan listrik,” terangnya.
Baca Juga: Cinta Seniman di GPK Bandung
Perajin Tahu dan Tempe Mogok, Begini Penyebab Naiknya Harga Kedelai
Apa saja yang Bisa Ditabung di Bank Sampah Kota Bandung?
Minyak Goreng, Kedelai, dan Inflasi
Mengenai lonjakan harga kedelai, Acuviarta Kartabi menuturkan penyebabnya karena berkurangnya pasokan ke pasar dalam negeri dan volume produksi di negara produsen menurun.
“Pemerintah masih melakukan impor kedelai sekitar 80 persen. Dulu pemerintah sempat berjanji untuk meningkatkan produksi dalam negeri ketika ada gangguan di pemasok, seperti Brasil atau Amerika Serikat,” jelas Acuviarta.
Ia menyayangkan lambatnya upaya Kemendag dan tidak maksimalnya kebijakan. Untuk itu harus ada koordinasi antara Kementan dengan Kemendag.
Puncaknya, kelangkaan minyak goreng dan kenaikan harga kedelai berdampak pada tingginya inflasi. Apalagi, pemerintah sudah menerapkan work from home (WFH) dan terjadi PHK massal yang berujung pada penurunan daya beli dan kesejahteraan masyarakat.
“Kalau inflasi tinggi sedangkan banyak warga yang terdampak, maka itu tidak bagus juga, semoga saja adanya varian baru Omicron kebijakan ke depan bisa berpihak kepada rakyat,” harapnya.
Operasi Pasar Minyak Goreng
Pemkot Bandung berencana melakukan operasi pasar setiap pekan ke pasar-pasar tradisional maupun toko ritel. Berdasarkan data Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, per Jumat, 18 Februari 2022 kemarin, stok minyak goreng di Kota Bandung mencapai 250 ribu liter.
Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah memaparkan Kementerian Perdagangan telah memberikan alokasi stok 5.400 liter untuk Kota Bandung, Rabu (23/2/2022) kemarin. Minyak ini disalurkan ke Toko Prama Babakan Sari sebanyak 3.000 liter dan Griya Antapani 2.400 liter.
Selain itu, stok minyak goreng juga akan didistribusikan ke pasar tradisional mengingat masih banyaknya stok lama yang dijual oleh pedagang di pasar. Akibatnya, harga minyak goreng di pasar tradisional lebih tinggi dibandingkan harga yang telah ditetapkan pemerintah.
Rencanyanya, tiap pekan pihaknya akan melakukan operasi pasar ke pasar-pasar tradisional supaya tidak ada lagi pedagang yang menjual stok minyak goreng lama dengan harga tinggi.
Menurut Elly, dampak lanjut dari masih dijualnya stok minyak goreng lama dengan harga tinggi membuat konsumen jadi beralih ke toko-toko ritel. Sehingga stok minyak goreng di toko ritel pun menipis.
"Kami akui, adanya penipisan stok pada toko ritel kecil. Di Borma Cijerah saja, 7.200 liter habis dalam waktu dua jam. Kami masih mengawasi apakah para pembeli ini benar-benar untuk kebutuhan rumah tangga atau jangan-jangan ada modus penjualan ulang dari orang yang tidak bertanggung jawab," ungkap Elly.
Sebab, Elly mendapat informasi, jika beberapa orang menjual minyak goreng secara perorangan baik itu di e-commerce atau membuka lapak di mobil pikap. Harga penjualannya pun melebihi ketentuan dari pemerintah yang seharusnya Rp11.500 per liter.
"Ada yang jual sendiri di mobil pick up sampai Rp32.000 per liter. Ada juga yang lewat e-commerce. Kemarin kami mendatangi Tokopedia dan Blibli.com untuk memantau dan menanyakan stok minyak goreng yang masih tersedia. Untuk harga memang perlu kita awasi," tuturnya.
Elly menambahkan, untuk membatasi agar kejadian tersebut tidak terulang, para pimpinan toko ritel bersepakat untuk tidak menjajakan minyak goreng di etalase lagi. Masyarakat hanya bisa membeli minyak goreng melalui kasir agar bisa terpantau dengan lebih baik setiap pembelinya.
Terkait stok penjualan minyak goreng di pasar, Direktur Utama Perusahaan Umum Pasar Juara, Herry Hermawan menyampaikan, langkah pemerintah untuk mendistribusikan minyak goreng ke pasar tradisional dirasa sudah tepat.
Namun, Herry menambahkan, penyebaran stok minyak goreng kemasan juga perlu didistribusikan ke pasar tradisional. Saat ini, fokusnya beru ke premium di toko-toko ritel. Namun dengan adanya operasi pasar ini, imbuh Herry, bisa menjadi salah satu strategi untuk mencegah terjadinya kecurangan.