MEMORABILIA BUKU (33): Melapak Buku di Hari Bahasa Ibu Internasional
Unpad di masa kepemimpinan rektornya, Kang Ganjar Kurnia, sejak tahun 2006 rutin menggelar peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional.
Deni Rachman
Pemilik Lawang Buku, pegiat perbukuan, dan penulis buku Pohon Buku di Bandung.
27 Februari 2022
BandungBergerak.id - Basa indung masing nanjung. Muga mekar hirup hurip. Hirup ‘na mangsa kiwari. Waluya dugi ka jaga. Walagri saumur bumi (Etti R.S., dinukil dari Buku Panduan Mieling Poe Basa Indung Internasional, 2009).
Di area halaman gedung Bale Rumawat Unpad, hari itu Sabtu, 21 Februari 2015, digelar lapakan buku. Di halaman gedung berlantai paving block yang berbentuk persegi itu, juga sudah mangkal gerobak bajigur dan aneka kuliner Sunda. Sebagian orang yang hadir kemudian memasuki gedung yang sebentar lagi akan dimulai acara peluncuran draft Kamus Utama Bahasa Sunda setebal 10.000 halaman!
Bulan Februari di Bandung, selain mengingatkan saya pada peringatan Bulan Cinta Ibu Inggit Garnasih, bulan ini juga kerap menjadi momentum peringatan Hari Bahasa Ibu Sedunia (dalam Bahasa Sunda: Poe Basa Indung Internasional, kadang kala disebut Sadunya/Sedunia’).
Unesco menetapkan setiap tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Sedunia guna merawat dan melestarikan bahasa daerah yang makin mengalami kepunahan. Bahasa daerah yang rerata diucapkan awal mula oleh sang ibu ketika berkomunikasi dengan anaknya, kelak akan berkelindan dengan bahasa nasional dan bahasa internasional seiring bertumbuhkembangnya pergaulan sang anak. Menurut data mbah wiki tahun 2016, penutur bahasa Sunda termasuk yang tinggal berdiaspora di luar Jawa Barat ada sekitar 42 juta orang.
Pameran Buku Lawas
Dari katalog peringatan dan foto-foto yang sempat saya kumpulkan, setidaknya ada 3 peringatan yang pernah saya ikuti di kampus Unpad ini. Unpad di masa kepemimpinan rektornya, Kang Ganjar Kurnia, sejak tahun 2006 rutin menggelar peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional sebagai bagian dari komitmen Kongres Kebudayaan (Bogor, 2008) mewujudkan Unpad sebagai Pusat Kebudayaan Sunda.
Seingat saya, lapakan buku yang turut memeriahkan Poe Basa Indung Sedunia saat itu yaitu Kiblat Buku Utama, Jaringan Buku Alternatif, dan LawangBuku. Kiblat Buku Utama sebagai salah satu penerbit yang getol menerbitkan buku-buku berbahasa Sunda. Penerbit yang di awal produksi tahun 2001 baru menerbitkan sekira 20 judul, di ajang itu membawa puluhan judul buku. Tautan saya dengan penerbit Kiblat sebagai mitra yang membesarkan LawangBuku, pernah saya tulis sebelumnya di Memorabilia Buku (5).
Ajakan melapak di Unpad, bukan dikarenakan almamater saya, namun karena jaringan perbukuan dengan penerbit Kiblat dan Uwa Sasmita dari Rumah Baca Buku Sunda. Uwa Sasmita pernah menjadi koordinator pameran di ajang Konferensi Internasional Budaya Sunda di tahun 2011 dan Panitia Bahasa Ibu di tahun 2009. Selama kegiatannya masih di dalam kota Bandung, Kang Iwan dan tim Kiblat sering mengajak saya untuk melapak buku bersama.
Berbeda dengan buku-buku baru yang dijual oleh Kiblat, saya dan Indra (pemilik Jaringan Buku Alternatif) memajang buku-buku lawasan. Buku tematik kesundaan, kebudayaan, atau humaniora menjadi andalan buku-buku yang saya dan Indra bawa. Selama melapak buku, panitia tak memungut biaya. Hal itu membuat saya leluasa menetapkan harga, termasuk jikalau ada yang menawar bukunya secara murah.
Pengunjung yang hadir beragam. Mulai dari mahasiswa dan dosen (terutama dari Jurusan Bahasa Sunda), budayawan, pegiat buku, dan inohong/tokoh Sunda. Mereka mampir ke lapakan buku sebelum acara dimulai, di sela-sela istirahat, maupun setelah acara usai.
Baca Juga: MEMORABILIA BUKU (30): Bekerja Paruh Waktu di Kios Kaos Mahanagari
MEMORABILIA BUKU (31): Bertumbuk Bertumbuk Bertumbuh: Memperingati 11 Tahun Sahabat Museum KAA
MEMORABILIA BUKU (32): Kisah Buku dan Bulan Cinta Inggit Garnasih
Peluncuran Kamus Utama Bahasa Sunda
Agenda hari itu dimulai dengan peluncuran Kamus Utama Bahasa Sunda sebanyak 6 jilid oleh Rektor Unpad Prof. Ganjar Kurnia, Rektor Terpilih Unpad 2015-2019 Prof. Dr.med. Tri Hanggono Achmad, dr., Pupuhu Yayasan Rancage Rachmat Taufik Hidayat, dan Guru Besar FISIP Unpad Prof. Dede Mariana, Pupuhu Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS) Yayat Hendayana, dan perwakilan Sastrawan Sunda, H.M. Usep Romli, kepada Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.
Saya sempat melihat kamus babon yang berisi 150.000 lema bahasa Sunda itu disimpan di atas meja lapakan buku. Buku ditumpuk, sampulnya berwarna-warni. Kamus ini disusun selama 3 tahun oleh tim penyusun yang mengambil data dari pelbagai sumber, mulai dari buku, koran, dan majalah. Tumpukan 6 jilid kamus ini setara dengan kurang lebih 10 eksemplar buku tebal Semerbak Bunga di Bandung Raya karya Haryoto Kunto.
Setelah acara peluncuran kamus, acara dijeda sebentar, lalu dilanjutkan dengan diskusi buku. Pak Bill, begitu saya menyebut Prof. C.W. Watson, kali itu punya hajat. Pak Bill menerjemahkan buku bahasa Sunda carpon (carita pondok) Neng Maya (Kiblat, 2014) ke dalam bahasa Inggris. Keahliannya sebagai penerjemah tentu tak disangsikan lagi, karena setahu saya Pak Bill-lah penerjemah novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer ke dalam bahasa Inggris (Equinox, 2001). Di edisi bahasa Sunda, Pak Bill memilih beberapa carpon yang dikumpulkan dari kolom carpon (carita pondok) di harian Tribun Jabar dan memberikan pengantar di bukunya.
Hasil terjemahannya, Miss Maya, didiskusikan hari itu. Buku dikupas oleh pembicara Cecep Burdansyah (Redaktur Harian Umum Tribun Jabar), Lia Maulia Indrayani (Dosen FIB Unpad), dan dipandu oleh moderator Tedi Muhtadin. Para peserta tampak memenuhi kursi gedung yang lantainya berundak-undak seperti di dalam bioskop.
Informasi yang masih saya ingat dari paparan Pak Bill, yakni mengenai pentingnya unsur lokalitas atau keindonesiaan dalam isi cerita. Jika cerpen itu dialihbahasakan ke bahasa luar negeri, maka pembaca luar negeri tersebut sulit mendapat gambaran tentang situasi dan kondisi Indonesia. Cerpen berbahasa Sunda bisa menjadi media efektif untuk menggambarkan kondisi Indonesia/lokalitas.
Seusai diskusi, para pembeli buku carpon Neng Maya menghampiri dan meminta tanda tangan kepada Pak Bill. Para peminta tanda tangan mengerubungi Pak Bill di meja penerbit Kiblat. Sedangkan yang lainnya beramah tamah di area halaman dan selasar Bale Rumawat, sebagian ada yang berbelanja buku, sebagian lagi menikmati penganan kuliner Sunda yang sudah dihidangkan.
Acara diskusi buku menjadi penutup kegiatan Mieling Poe Basa Indung Sedunia. Sebelum pulang, saya dan Indra menyempatkan mampir ke ruang lobi ruang rektorat. Di sana terpampang foto-foto para rektor Unpad sejak Iwa Kusumasumantri (1957-1961) serta terdapat artefak 2 marmer peresmian kampus Unpad yang ditandatangani oleh Presiden Sukarno saat peletakan batu pertama (4 Mei 1958) dan peletakan batu pertama gedung rektorat oleh rektor Mochtar Kusumaatmadja (14 September 1974).
Dari kartu pos tahun 1980-an, kampus utama Unpad di Jalan Dipati Ukur masihlah lengang dan berhalaman sangat luas. Sekarang kampus ini sebagian besar sudah pindah ke Jatinangor, sedangkan di kampus utama ini saat ini sudah berdiri beberapa gedung baru termasuk Bale Rumawat.
Kami kembali ke halaman Bale Rumawat dan memutuskan pulang. Tentu pulang dengan semringah karena dari ajang yang hanya berlangsung sekira 5 jam ini, mendapatkan penghasilan jualan buku yang lebih dari lumayan. Saya berpamitan kepada Kang Iwan dan kawan-kawan penerbit Kiblat. Di tahun-tahun berikutnya setelah hadirnya rektor baru, saya tak mendengar lagi ada acara serupa, alih-alih undangan melapak buku di Poe Basa Indung Sedunia. Salambuku!
Susunan Acara Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Unpad
Berikut ini saya lampirkan rangkaian acara Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional tahun 2009 dan 2010 yang diambil dari buku panduan acara:
1. Rangkaian Acara Miéling Poé Basa Indung Internasional
Sabtu, 21 Pébruari 2009, Aula Sanusi Hardjadinata Unpad
08.30 – 09.00 Musik Bubuka
09.00 – 09.10 Bubuka
19.40 – 19.50 Laporan Panitia
09.10 – 10.10 Talkshow
10.10 – 10.20 Maca Sajak Ayi Kurnia
10.20 – 11.00 Doger Coblak
11.00 – 11.15 Pangbagéa Gubernur & Muka Pasanggiri Tarucing Cakra
11.15 – 11.25 Pamasrahan "Anugerah Pelestari Bahasa Daerah”
11.25 – 11.40 Apresiasi ti nu nampa anugerah
11.40 – 12.00 Launching Bank Jabar - Banten Pelestari Budaya Bangsa & Buku “Pintonan Arbapuspa".
12.00 – 12.30 Maca Sajak (Gubernur, Rektor UNPAD, jll)
12.30 – 14.00 Réhat
14.00 – 16.00
- Nini-Aki Maca Sajak
Ajip Rosidi, Aam Amalia, Abdullah Mustapa, Tini Kartini, Dedi Widyagiri, Adang S, Hasan Wahyu Atmakusumah, Wahyu Wibisana, Nano S, Ami Raksanagara, Yayat Hendayana, Neni RS Yogapranata, Apung SW, Zahir Zachri, Yus Rusyana, Us Tiarsa, Godi Suwarna
- Pamasrahan hadiah Pasanggiri Tarucing Cakra
2. Rangkaian Acara Miéling Poé Basa Indung Internasional, 19 – 21 Februari 2010, Bale Rumawat Unpad
Jumat, 19 Februari 2010
13.00 – Réngsé Bedah Buku Jeihan
Pambicara: Jeihan Sukmantoro
Sabtu, 20 Februari 2010
09.00 – 12.00 Seminar Nasional "Konsep Bahasa Ibu"
13.00 – Réngsé Musyawarah Ikatan Pengajar Sastra Daerah se-Indonesia
Pambicara: Prof. Mikihiro Moriyama (Guru Besar Nanzan Univ. Jepang), Prof. Dr. Dadang Suganda, M.Hum (Dekan Fakultas Sastra Unpad), Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudarma (Guru Besar Sastra Unpad), Prof. Dr. Cécé Sobarna, M.Hum (Guru Besar Sastra Unpad), Dr. Kalsum, M.Hum (Dosen Prodi Sastra Sunda, Pascasarjana Unpad), Jamaludin Wiartakusumah (Novelis, Peneliti Estetika Sunda, Dosen).
Minggu, 20 Februari 2010
07.30 – 08.00 Daptar Ulang Pasanggiri Tarucing Cakra
09.00 – 09.05 Kidung Basa Indung (Euis Komariah)
09.05 – 09.45 Laporan Panitia - Orasi Ilmiah - Rekomendasi Hasil Seminar
09.45 – 09.55 Gelaring Buku:
Pulung Karaton Pajajaran (Tim, Pusat Studi Sunda)
Oyong-Oyong Bangkong (Kumpulan éséy Ajip Rosidi, Penerbit Kiblat)
Maung Bayangan (Kumpulan Sajak Étti RS, Penerbit Cupumanik)
Ning (Kumpulan Sajak Teddy A.N. Muhtadin, Penerbit Girimukti Pasaka)
Kamus Idion Sunda-Indonesia (Tim, Penerbit Kiblat)
Sajak-sajak Rosyid É. Abby (Penerbit Ujung Galuh)
10.05 – 11.00 Pasanggiri Tarucing Cakra
Jeihan Ngalukis
Wawangsalan
14.00 – 17.00 Nini Aki Maca Sajak