Prof Asep Warlan Wafat
Asep Warlan Yusuf meninggal di ICU Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Selain ramah dan humoris, Prof Asep juga dekat dengan kalangan jurnalis.
Penulis Iman Herdiana15 Maret 2022
BandungBergerak.id - Kabar duka datang dari Asep Warlan Yusuf, dosen sekaligus pengamat hukum yang namanya kerap muncul di media massa. Profesor Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) ini meninggal dunia di ICU Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, pukul 11.25 WIB, Selasa (15/3/2022).
“Prof. Asep Warlan Yusuf meninggal Selasa, 15 Maret 2022 pukul 11.25 di ICU RSHS. Direksi & Keluarga besar RSHS mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Prof. Asep Warlan, semoga husnul khatimah,” demikian pernyataan tertulis Humas RSHS, Shanti Diana Siptamalasari.
Wafatnya Asep Warlan berarti kehilangan bagi banyak kalangan, mulai dari akademik hingga di jajaran jurnalis. Kalangan yang terakhir mengenal prof Asep sebagai narasumber berita yang amat mudah dihubungi.
Di lingkup akademik, Unpar – kampus tempat almarhum mengabdikan keilmuannya – menjadi salah satu institusi pendidikan yang paling kehilangan prof Asep. Rektor Unpar Mangadar Situmorang mengungkapkan duka citanya atas kepulangan almarhum. Rektor menuturkan, Unpar kehilangan besar atas kepergian Asep Warlan Yusuf.
"Prof. Asep merupakan seorang guru besar, intelektual, dan cendekiawan ilmu hukum yang sangat cerdas, piawai, sekaligus sangat bersahabat. Beliau merupakan figur cendekiawan yang tidak saja berkutat dengan tugas pengajaran dan pendidikan," tutur Rektor dalam keterangan resminya, Selasa (15/3/2022).
Rektor menuturkan, Asep Warlan Yusuf juga adalah seorang peneliti dan pegiat akademik yang sangat suka berbagai melalui berbagai forum akademik, baik di tingkat Jawa Barat maupun secara nasional. Asep memiliki jejaring kerja yang sangat luas, teman dan sahabat almarhum bertebaran di mana-mana, lintas ilmu, lintas organisasi, lintas agama, dan dan lintas etnis.
"Beliau adalah seorang ilmuan hukum yang sangat cerdas, kritis, tetapi tetap terbuka dan menghargai berbagai ragam perbedaan pendapat. Pendapat hukumnya atas berbagai isu kenegaraan, politik dan pembangunan sangat dinanti oleh banyak pihak dan menjadi sumber pencerahan," ucap Rektor.
Bagi Unpar, lanjut Rektor, Asep Warlan Yusuf adalah guru dan sekaligus sahabat, baik bagi sesama dosen, tenaga kependidikan maupun para mahasiswa. Dengan pengetahuannya yang sangat luas, yang ditandai dengan kecintaannya pada budaya leluhur kesundaannya, serta kepribadiannya yang sangat hangat dan bersahabat.
"Prof. Asep selalu tampil sebagai pribadi yang selalu ceria, suka ngabodor, bercanda. Pribadi yang luar biasa. Dengan gayanya yang sangat khas, perbedaan pendapat atau bahkan pertentangan pandangan yang sangat tajam bisa segera diredakan dan menjadi cair. Sebagai seorang muslim yang sangat soleh, Prof. Asep juga menunjukkan keteladanan kemanusiaan yang luar biasa, khususnya dalam menghargai perbedaan," ujarnya.
Rektor mengatakan, setiap orang yang mengenal beliau dengan baik, akan sangat merasa kehilangan.
"Selamat jalan Prof. Asep Warlan. Terimakasih atas kebaikan dan keteladanan kecendekiawanan dan kemanusiaan. Semoga bapak beristirahat damai di surga," tutur Rektor.
Dekan FH Unpar Liona Nanang Supriatna pun menyampaikan dukacita mendalam atas kepergian Prof. Asep Warlan. Menurutnya, FH Unpar sangat kehilangan profesor yang baik dan humoris. Ia mendoakan almarhum tenang di surga.
Rencananya, usai dimandikan di RSHS, jenazah akan disemayamkan dan disalatkan di Jalan Solo No 38 Antapani Bandung. Jenazah kemudian akan dimakamkan di TPU Maleer V.
Baca Juga: Jalan Berliku Banding Uang Kuliah Tunggal Mahasiswa ITB di Tengah Pandemi
Setelah Membongkar Rumahnya Sendiri, Warga Gumuruh Kebingungan Membayar Kontrakan
Rantai Pasok Kebutuhan Pokok Perlu segera Dibenahi
Prof Asep dan Jurnalis
Di kalangan jurnalis, Asep Warlan bukan sosok asing. Almarhum dikenal sebagai narasumber yang mudah dihubungi, dan tidak pelit dalam memberikan opini berdasarkan kepakarannya terhadap berbagai persoalan khususnya di Kota Bandung.
Kepakaran almarhum dikenal jurnalis berbagai angkatan, salah satunya jurnalis senior yang kini dosen ilmu komunikasi, Nursyawal. Mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bandung ini menuturkan pertama kali mengenal Asep Warlan pada tahun 90-an.
Waktu itu, Nursyawal bekerja di sebuah radio swasta di Bandung. Sehari-hari, ia menjalankan program talkshow pagi. Karena itu, ia membutuhkan banyak narasumber untuk mencerap informasi dan wawasan sebagai bahan siaran.
“Saat itu narasumber akademisi banyak yang lunak dari sudut pandang konsep siaran saya. Kemudian saya mendapat salinan tulisan berisi evaluasi pembangunan Kota Bandung di sebuah jurnal ilmiah kampus universitas swasta di Bandung. Penulisnya sedang menempuh pendidikan doktoral. Karena saat itu belum ada HP pintar, bahkan telepon rumah pun masih jarang, maka untuk bertemu dan berkenalan, adalah pengalaman tersendiri,” kenang Nursyawal, mengenang awal kenalan dengan Asep Warlan.
“Singkat cerita, saya berhasil menemuinya dan berkenalan. Selanjutnya, kami kerap berdiskusi tentang isu pembangunan khususnya tata ruang dan lingkungan. Beberapa analisis beliau, kerap saya gunakan dalam siaran talkshow pagi saya,” lanjut pria yang akrab disapa Mang Sawal ini.
Mang Sawal menilai, ketenangan mental dan kesiapan untuk mendengar serta berdiskusi nampak kuat dari pribadi Asep Warlan. Karakter budaya sundanya juga nampak lekat.
Mang Sawal semakin sering bertemu dengan Asep Warlan pada kurun 2000-an ketika prof Asep sudah mencapai jabatan guru besar. Saat itu Mang Al mendapat tugas menggawangi sebuah program talkshow radio yang membahas isu pembangunan, bersama kelompok politisi Jawa Barat. Narasumber yang kerap diundang adalah Asep Warlan Yusuf.
“Sikapnya benar-benar seperti pandita. Tidak meledak-ledak ketika berbicara, tenang dengan smiling voice, tidak terbilang kritis tapi menilai secara objektif. Ciri khas cendekiawan. Tidak berusaha menjilat, ajeg pada kaidah-kaidah ilmu yang dipahaminya dengan dalam. Bergeming meski ‘dihasut’ oleh saya, untuk bersikap keras kepada pihak tertentu. Beliau tetap menyampaikan secara objektif. Salah adalah salah, benar adalah benar, tidak peduli siapa yang melakukannya,” papar Mang Sawal.
Tahun 2021 lalu, menurut Mang Sawal, Asep Warlan menjadi bagian dari penggagas gerakan masyarakat Bandung Bebas Covid-19. Sebuah gagasan kolaboratif dan bukan konfrontatif dalam penanganan pandemi di Indonesia. Semoga gagasan itu ada penerusnya.