• Berita
  • Titik Chaos: Resurrection, Kebangkitan Seni Ilustrasi Hitam Putih Bandung setelah Dua Tahun Pandemi

Titik Chaos: Resurrection, Kebangkitan Seni Ilustrasi Hitam Putih Bandung setelah Dua Tahun Pandemi

Aktivitas pegiat seni ilustrasi hitam putih sempat terhambat pagebluk. Di sisi lain para pegiat yang kebanyakan mahasiswa Itenas ini tidak mau kehilangan riwayat.

Pameran ilustrasi hitam putih Titik Chaos: Resurrection yang dibuka Selasa (19/3/2022) di The Hallway Space, Kebon Pisang, Sumurbandung, Kota Bandung. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id )

Penulis Reza Khoerul Iman31 Maret 2022


BandungBergerak.id - Pameran Titik Chaos: Resurrection yang dibuka Selasa (19/3/2022) sore menandai kebangkitan dunia seni ilustrasi hitam putih oleh anak-anak muda Bandung. Inilah pameran pertama sejak pandemi Covid-19 dimulai Maret 2020 lalu, dan ratusan pengunjung secara antusias menyambutnya.

Pameran Titik Chaos, yang lahir dari aktivitas kampus pada 2015 silam, berawal dari kejenuhan para mahasiswa terhadap sistem perkuliahan. Hasrat keingintahuan terhadap arti kebebasan yang sesungguhnya dituangkan dalam karya poster ilustrasi tanpa sama sekali ada batasan atau apa pun yang berusaha menghambatnya.

Nashuha Rami Ismail (22), salah seorang inisiator Jangan Entertainment, penyelenggara pameran tahun ini, menjelaskan bahwa acara ini pada awalnya merupakan kegiatan tahunan di kampus Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung. Akibat pagebluk, kegiatan ini terhambat, sementara di sisi lain para mahasiswa tidak ingin riwayat acara mereka mati.

“Awalnya Titik Chaos itu pameran tahunan anak-anak DKV Itenas. Sekarang melalui Jangan Entertainment, kami ingin membawa acara ini ke luar agar lebih luas lagi jaringannya dan publikasinya,” ungkap Rami kepada BandungBergerak.id.

Pameran Titik Chaos: Resurrection diselenggarakan selama satu minggu penuh, yaitu dari 29 Maret hingga 5 April 2022, di The Hallway Space, Kebon Pisang, Sumurbandung, Kota Bandung, dari pukul 15.00 WIB sampai 21.00 WIB.

“Dalam sebuah karya bernuansa gelap dengan tajuk hitam di atas putih, terlahirlah sebuah pemikiran untuk mewadahi para mahasiswa yang membuat karya hitam putih agar dapat memamerkan karyanya di sebuah pameran yang diberi nama “Titik Chaos”. Pameran perdana pada bulan September 2015 di Kota Bandung,” demikian informasi yang tertera di ruang pamer.

Baca Juga: Bandung Darurat Sampah, Desentralisasi Pengelolaannya Jadi Kunci
Survei Pagebluk, Ditemukan Keluarga dengan Ketahanan Keuangan hanya Dua Bulan
Warga Bandung Kekurangan Ruang Publik Memadai

Pameran ilustrasi hitam putih Titik Chaos: Resurrection yang dibuka Selasa (19/3/2022) di The Hallway Space, Kebon Pisang, Sumurbandung, Kota Bandung. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id )
Pameran ilustrasi hitam putih Titik Chaos: Resurrection yang dibuka Selasa (19/3/2022) di The Hallway Space, Kebon Pisang, Sumurbandung, Kota Bandung. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id )

Kebangkitan Seni Ilustrasi

Sudah dua tahun dan pandemi Covid-19 masih belum juga usai. Imbas wabah ini menjalar ke berbagai sendi kehidupan warga. Tidak terkecuali aktivitas di bidang seni.

Sekumpulan anak muda yang tergabung dalam Jangan Entertainment tidak ingin riwayat pameran tahunan ilustrasi hitam putih tamat. Gelaran pameran Titik Chaos: Resurrection menjadi modal awal bagi mereka untuk menghidupkan kembali geliat seni ilustrasi di Kota Bandung.

“Pameran ini menampilkan lebih dari 60 karya ilustrasi. Namun karena banyak, kami tidak menampilkannya secara sekaligus. Jadi nanti setiap harinya kami akan menggilir poster ilustrasi ini dengan yang lain,” ungkap Anjrit (2), salah satu perintis Titik Chaos.

Poster ilustrasi yang dipamerkan di The Hallway Space dikurasi oleh Arian dari Seringai. Pada hari Selasa sore, sebanyak 10 poster yang lolos kurasi ditampilkan di dalam panel. Sementara itu, sebanyak 38 poster ilustrasi yang tidak lolos kurasi ditampilkan di sekeliling pameran.

Salah satu seniman peserta pameran adalah Kang Met (25). Dia sudah cukup sering mengikuti kegiatan pameran ilustrasi seperti ini. Dalam riwayatnya ia pernah mengikuti berbagai kegiatan di Yogyakarta dan Kota Bandung. Kali ini ia menyumbang dua poster. Yang pertama menampilkan sesosok monster mengerikan yang menguasai gedung DPR dan menghancurkan tatanan dunia pada saat itu.

“Jadi poster saya menerangkan bahwa hawa nafsu para pejabat yang korupsi itu seperti monster yang menguasai negara dan menghancurkan semua tatanan di dalamnya. Saya pakai ilustrasi gedung DPR karena di sana tempatnya para koruptor dan saya beri judul Blended by the last,” tutur Kang Met.

Selain poster, ada satu karya berupa visual yang menampilkan video dalam satu ruangan yang disebut Ruang Chaos. Ruang tersebut juga menjadi ruang interaktif bagi pengunjung yang ingin meluapkan segalanya pada satu dinding yang telah disiapkan.

“Konsep Ruang Chaos adalah ruangan berbentuk instalansi yang menampilkan visual berbentuk video dan mapping, kemudian juga ada ruang interaktif bagi para pengunjung. Karya ini dibuat oleh saya (Rifki) dan Salma,” ungkap Rifki Dafa.

Pameran kali ini juga digelar secara umum, bukan hanya dari kalangan mahasiswa semata. Tidak sedikit karya ilustrator dari luar Kota Bandung yang dipamerkan pada helatan acara kali ini.

Melihat keramaian pada pameran tersebut, para pegiat Jangan Entertainment berharap ke depannya para ilustrator dan orang yang memiliki minat pada seni ilustrasi dapat terus berkarya dan semakin kreatif lagi. Mereka berharap semoga acara ini akan tetap berlanjut dan menjadi wadah bagi mereka yang ingin menampilkan karyanya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//