Warga Bandung Kekurangan Ruang Publik Memadai
Ruang publik daerah perkotaan seperti Bandung adalah keniscayaan. Pembangunan yang massif telah mempersempit kota yang banyak dihuni anak muda ini.
Penulis Iman Herdiana29 Maret 2022
BandungBergerak.id - Ruang publik bagi masyarakat perkotaan sebuah keniscayaan. Pembangunan yang massif telah mempersempit setiap jengkal ruang-ruang kota. Begitu pun yang terjadi di Bandung, kota berpenduduk sekitar 3 juta jiwa. Kebutuhan akan ruang publik khususnya ruang pemuda ini dirasakan betul oleh Karang Taruna Kota Bandung.
Karang Taruna Kota Bandung pun mendukung upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung membangun sejumlah youth space yang tujuannya untuk mewadahi kegiatan para generasi muda dalam beride, berkreasi hingga menghasilkan inovasi.
Ketua Karang Taruna Kota Bandung, Andri Gunawan mengatakan kebutuhan ruang publik dirasakan di sejumlah wilayah Kota Bandung, misalnya di Bojongloa Kaler. Menurut Andri, meski belum memiliki youth space, para pemuda Bojongloa Kaler telah sangat aktif berkegiatan.
"Aktivitasnya sudah berjalan. Ada belajar paket B dan C, latihan muaythai, jaipong. Jika malam hari banyak UMKM," ucap Andri saat bersilaturahmi dengan Plt. Wali Kota Bandung Yana Mulyana, di Balai Kota Bandung, dalam siaran pers Senin (28/3/2022).
Minimnya ruang publik membuat pemuda Bojongloa Kaler memanfaatkan bangunan bekas puskesmas. Andri berharap, lokasi tersebut bisa dijadikan youth space oleh Pemkot Bandung.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Bandung Edi Marwoto menjanjikan lahan bekas puskesmas tersebut akan menjadi prioritas pembangunan ruang publik di Bojongloa Kaler.
"Lahan yang dulunya merupakan puskesmas tersebut telah masuk daftar prioritas pembangunan di tahun 2022. Semoga segera terbangun dan terealisasi tahun 2022 ini, agar aktivitas semakin optimal," tutur Edi.
Baca Juga: Selama Pagebluk, Layanan Pengaduan Nonpemerintah terkait Kasus Kekerasan terhadap Perempuan Lebih Siap Diakses
Perjuangan Panjang Menghapus Tabu Kejahatan Seksual di Kampus
Raibnya Bunga-bunga Patrakomala di Stilasi Bandung Lautan Api
Anak Muda Bandung dan Ruang Publik
Ruang publik atau seperti yang diistilahkan Ketua Karang Taruna Kota Bandung, Andri Gunawan, youth space, merupakan kebutuhan tak bisa dihindari bagi kota metropolitan seperti Bandung. Pentingnya ruang publik ini diulas Lilis Widaningsih dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam studi kasusnya bertajuk “Ruang Publik Kota sebagai Places dalam Mengembangkan Aktivitas Berkebudayaan Masyarakat Perkotaan”.
Lilis Widaningsih mengatakan berkembangnya berbagai kegiatan budaya masyarakat termasuk kegiatan ekonomi kota yang menggunakan ruang publik sebagai medianya, menjadi fenomena baru pascakrisis moneter (1998) yang memicu agenda reformasi dan kejatuhan rezim otoriter Orde Baru.
Lilis mencatat, salah satu ruang publik penting di Kota Bandung adalah Lapangan Gasibu yang menurutnya sebagai “Tempat yang representatif untuk mewadahi segala bentuk ekspresi budaya masyarakat kota khususnya kaum muda perkotaan”.
Kaum muda perkotaan, lanjut Lilis, menjadi pelaku dominan dalam kegiatan budaya masyarakat perkotaan, selalu berusaha mewujudkan ekspresi emosinya lewat kegiatan-kegiatan yang dalam ukuran mereka dapat mewakili jiwa dan karakternya.
Berbagai kegiatan seni pertunjukan musik merupakan salah satu contoh kegiatan yang sering digelar untuk memenuhi selera kaum muda kota khususnya mereka yang tidak dapat atau tidak mampu membayar pertunjukan yang diselenggarakan di café-café atau hotel.
Ruang publik kota diperlukan anak muda Bandung adalah ruang alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk mengekspresikan segala bentuk emosi dan gaya hidup mereka dengan biaya yang relatif murah dan dapat diakses semua kalangan.
Menurut Lilis, disadari atau tidak, suka atau tidak suka, fenomena ruang publik telah menjadi bagian dari kehidupan kota yang penuh dinamika.
“Makin berkurangnya ruang publik di perkotaan di satu sisi, akan makin membatasi ruang hidup bagi masyarakat kota untuk berinteraksi, melakukan komunikasi, serta mengekspresikan diri secara kolektif,” paparnya.
Lilis menyimpulkan, Pemkot Bandung perlu memasukkan ruang publik ini dalam perencanaan tata kotanya. Tentunya ruang publik yang dibangun harus memenuhi kebutuhan anak muda Kota Bandung, yakni murah dan mudah diakses. Ruang publik yang ada ini hendaknya dijadikan sebagai sumber daya kota yang dapat memberikan nilai tambah baik bagi peningkatan kegiatan masyarakat maupun nilai ekonomi kota.
“Yang perlu menjadi perhatian bagi pemerintah kota, pengembang atau pun perencana kota adalah bagaimana pola aktivitas berkebudayaan itu mendapatkan ruang yang memadai,” katanya.