• Kolom
  • Ingatan Masa Kecil 1965-1970 (54): Beragam Jenis Makanan Berbahan Dasar Singkong

Ingatan Masa Kecil 1965-1970 (54): Beragam Jenis Makanan Berbahan Dasar Singkong

Di huma, Abah memanam juga singkong. Di dapur, Ema mengolahnya menjadi beragam jenis makanan yang enak. Mulai dari bakecrot, babantal, hingga kicimpring.

T. Bachtiar

Geografiwan Indonesia, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung dan IAGI Jabar Banten (Ig: @tbachtiargeo)

Potret singkong mentah yang baru diambil dari huma, dan babantal, salah satu jenis camilan manis berbahan dasar singkong. (Foto: T. Bachtiar)

13 April 2022


BandungBergerak.id - Selalu begitu. Saya tak kuat berlama-lama melihat apa yang sedang Ema kerjakan di dapur. Bermain di luar rumah bersama teman-teman rasanya lebih menyenangkan. Saya segera berlari ke luar ketika terdengar suara teman bermain di depan rumah, di lapangan kosong milik pak Patih.

Sepintas apa yang dibuat Ema di dapur terekam kuat di ingatan, namun tidak utuh seluruh prosesnya. Kadang saya melihatnya di awal, lalu datang lagi ketika makanan itu sudah matang.

Kalau siang hari sedang di rumah, atau sesudah pulang dari sawah atau huma, selalu saja ada yang dikerjakan Ema untuk membuat makanan selain makanan utama setiap pagi dan petang. Makanan itu berasal dari beragam bahan. Satu di antaranya sampeu, singkong. Oleh Ema, singkong dapat dibuat makanan yang beragam jenis dan rasanya. Ini tentu amat menyenangkan bagi saya yang merasa lapar terus sehingga selalu enak kalau menyantap makanan.

Menanam Singkong, Membuat Gaplek

Di huma, selain menanam padi, Abah juga menanam singkong. Jadi singkong yang diolah Ema tidak dibeli dari pasar, tapi hasil bumi dari huma di Penclutgede. Ada dua jenis singkong yang ditanam Abah. Satu hamparan luas huma di sebelah barat, ditanami singkong yang enak dimakan.

Sementara itu, di huma sebelah timur, pernah ditanam singkong, yang tidak bisa dimakan secara langsung. Bila singkong itu langsung direbus, yang memakannya akan merasakan pusing, bahkan ada yang sampai mual-mual. Nama setempat saat itu untuk jenis singkong ini adalah sampeu petro.

Jenis singkong petro hanya bagus untuk dibuat aci, kanji singkong, tapioka, atau dijadikan gaplek. Gaplek itu singkong yang dikupas kulitnya, lalu dibelah dengan golok menjadi empat bagian yang panjang, atau lebih kecil dari itu, lalu dijemur di terik matahari sampai kering. Mang Deded, tetangga sebelah timur rumah, bandar hasil bumi yang membeli gaplek seberapa pun banyaknya.

Pada hari tertentu, pembeli hasil bumi dari Garut datang ke bandar-bandar hasil bumi di Pameungpeuk untuk membeli padi, beras, kacang tanah, jagung, kelapa, dan gaplek. Rata-rata setiap harinya diberangkatkan satu truk penuh hasil bumi ke Garut.

Untuk dimakan sendiri, Abah membuat gaplek dari singkong yang enak. Gaplek warna putih bersih. Setelah kering, oleh Ema, gaplek itu dibuat tepung halus. Tepung gaplek inilah yang kemudian dibuat awug singkong. Di setiap lapisan tepung yang sudah diolah, ditaburkan gula merah yang sudah diiris halus. Bila sudah matang, gulanya lumer, meresap ke dalam awug. Setelah ditaburi parud kelapa, awug singkong menjadi enak sekali.

Ada juga yang mengolah gaplek menjadi tape gaplek. Enak sekali. Saya sering membelinya di warung Ma Uka. Rasanya Ema belum pernah membuat tape gaplek. Kalau membuat tape singkong, Ema adalah jagonya.

“Membuat tape itu harus bersih. Kalau prosesnya kotor, tak akan jadi”, kata Ema saat menaburkan ragi di atas singkong yang sudah matang.

Ragi ditaburkan merata, dibolak-balik dengan bilah kayu pengaduk agar seluruh bagian singkong terkena ragi. Di tahap akhir, singkong dimasukkan ke wadah yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah dilapisi daun pisang beberapa lapis. Bagian atasnya ditutup daun pisang sampai tertutup rapi, lalu ditutup lagi dengan penutup yang lebih rapat. Dua hari kemudian, peuyeum, tape singkong akan matang.

Pada siang hari, tape singkong enak dimakan langsung. Namun, kalau pagi hari, tape singkong enak kalau dipanggang di tungku hingga warnanya berubah menjadi coklat kekuningan. Panas-panas disantap, bisa habis beberapa kerat.

Baca Juga: Ingatan Masa Kecil 1965-1970 (53): Abah Ikut Mengangkut Kerangka Paus Biru yang Mati Terdampar di Teluk Cilauteureun
Ingatan Masa Kecil 1965-1970 (52): Di Huma, Abah dan Ema Menanam Padi, Jagung, dan Singkong secara Tumpangsari
Ingatan Masa Kecil 1965-1970 (51): Berharap Kaya dengan Mengabdi Siluman Anjing, Siluman Bagong, Siluman Ular, Buta Ijo, atau Kesrek Seumur Hidup

Dari Bakecrot, Comro, hingga Kicimpring

Camilan lain yang dibuat dari singkong adalah bakecrot, babantal (seperti pernah ditulis sebelumnya). Pernah juga Ema membuat ongolongol beberapa kali. Makanan manis ini dibuat dari kanji yang dicampur air, gula, dan sedikit pewarna makanan, biasanya warna merah, lalu dipanaskan di atas api sambil diaduk hingga mengental. Kanji yang sudah mengental ini dimasukkan ke dalam wadah yang datar, dengan pembatas pinggir minimal 3-4 sentimeter. Setelah dingin dikerat persegi, kadang berbentuk jajaran genjang, kanji ditaburi parud kelapa.

Pada hari lainya, singkong itu diasrud, diparud dengan parud yang lubangnya lebih lebar, sekitar satu sentimeter, menghasilkan serat-serat tipis singkong yang panjangnya tiga sentimeter. Hasilnya kemudian dikukus hingga matang. Setelah diangkat, ditaburi parud kelapa yang sudah diberi garam, dimakan hangat-hangat. Bermain pun menjadi tambah semangat apakah berenang di Ci Palebuh, bermain bola, atau bermain sigug.   

Jenis makanan yang lain lagi dibuat lewat proses memasak yang mirip, tapi singkong bukan diasrud, melainkan diiris miring kecil-kecil. Setelah dikukus matang, ditaburi parud kelapa. Namanya urab sampeu. Bila urab sampeu itu ditumbuk, tapi tidak sampai terlalu halus, masih terasa teksturnya, agak kasar, jadilah gegetuk, getuk. Sekerat besar dan tebal, hanya sekilat sudah hilang dari tangan.

Ema pernah juga membuat comro, oncom di jero, tapi sangat jarang. Mungkin karena setiap petang ada yang berjualan comro di sudut depan sebelah barat Kantor Kawadanaan. Singkong diparud, lalu dibuat bulatan-bulatan, dipipihkan di telapak tangan, disimpan oncom yang sudah dihaluskan berbarengan dengan garam, irisan cengek atau rawit, irisan serai, kemangi, lalu ditutup kembali agar bumbunya tidak ke luar saat digoreng. Enak dimakan dalam keadaan hangat, bahkan enak juga dimakan dengan nasi hangat.

Singkong pun sering dibuat keripik. Caranya, singkong dipotong-potong sekitar 4 sentimeter, lalu dikukus sampai matang. Begitu dingin, potongan singkong itu diiris-iris tipis, lalu dijemur sampai kering. Setelah kering, keripik mentah itu digoreng. Bisa langsung dimakan, atau ada juga proses lanjutan, goreng keripik singkong itu dimasukkan ke dalam gula kawung yang dipanaskan di atas tungku sambil diaduk-aduk, sehingga gulanya menempel rata.

Pernah juga Ema membuat kerupuk dari singkong. Ada tiga jenis kerupuk yang pernah saya lihat dibuat Ema di rumah. Pertama kerupuk dari tapioka. Kedua, parudan singkong yang sudah diberi bumbu, dibungkus dengan daun pisang, lalu dikukus sampai matang. Setelah dingin, diris tipis-tipis, lalu dijemur.

Jenis ketiga, singkong yang diparud dan diberi bumbu, seperti garam, irisan bawang daun, lalu dibentuk bulat pipih di balik tutup panci yang lebar dan ceper, dengan cara ditekan-tekan dengan garpu makan. Hasilnya membentuk bulatan dengan garis-garis yang memanjang. Setelah selesai membentuk beberapa bulatan, tutup panci itu disimpan di atas dandang yang di dalamnya diisi dengan air. Uap panas akan mematangkan itu, lalu diangkat, dibuka, ditempelkan di wadah dari bambu, lalu dijemur hingga kering. Namanya kicimpring. Enak dimakan setelah digoreng.

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//