• Kolom
  • Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandung

Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandung

Rapat besar Sarekat Islam Bandung pada 1 Maret 1914 bukan hanya berisi sambutan-sambutan para tokohnya. Hoofdpanghoeloe Bandung diangkat sebagai penasihat.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Pengumuman penundaan aglemeene vergadering atau rapat besar Sarekat Islam Bandung di surat kabar Kaoem Moeda edisi 17 Februari 1914. (Foto: Hafidz Azhar)

17 April 2021


BandungBergerak.idSarekat Islam Bandung pada awal Maret 1914 mengadakan algemeene vergadering atau rapat besar pengurus yang dihadiri oleh orang-orang terkemuka. Nampaknya, acara tersebut merupakan pertemuan terbesar pertama yang digelar Sarekat Islam afdeeling Bandung sejak Suryadi Suryaningrat menjabat sebagai ketua. Kabar mengenai pertemuan akbar itu mula-mula diberitakan dalam surat kabar Kaoem Moeda edisi 12 Februari 1914.

“Hari Minggoe tanggal 22 Februari 1914 poekoel 8 pagi akan diadakan Vergadering Besar Sarekat Islam di Bandoeng dalam Loods komedi Stamboel di Goedang Oejah. Diminta dengan segala hormat Toean toean jang soeka bikin lezing oentoek kaoem S.I. mengirimkan lima hari dimoeka hal jang maoe di lezingkan, kepada Secretaris S.I. p/a kantoor ‘Kaoem Moeda’ Bandoeng soepaja dipriksa lebih doeloe tentang jang maoe dibikin lazing.”

Informasi mengenai vergadering itu hampir setiap hari dilaporkan oleh Kaoem Moeda, biasanya di halaman kedua. Sampai dengan edisi 17 Februari 1914, surat kabar pimpinan Wignyadisastra tersebut masih memuat laporan kegiatan pengurus besar atas nama sekretaris SI Bandung. Kali ini informasi tentang pemindahan waktu acara karena dua orang tokoh dalam rapat akbar itu berhalangan hadir.

“Algemeene Vergadering Sarekat Islam di Bandoeng dimoendoerkan sebab President Hooefd Bestuur Batavia ada halangan sakit, dan President S.I. afdeeling Bandoeng djoega ada halangan.

Keesokan harinya, Kaoem Moeda sudah mengabarkan informasi rinci tentang jadwal pengganti algemeene vergadering Sarekat Islam Bandung. Rapat akbar itu akan digelar pada Minggu, 1 Maret 1914 di Loods komedi Stamboel.

“Djadinja diboeka Algemeene Vergadering S.I. Bandoeng jaitu pada tanggal 1 Maart 1914 hari Minggoe poekoel 8 siang di loods komedi Stamboel di Goedang Oejah Bandoeng. Semua bestuur dan leden diminta datang serta berpakaian jang pantas.”

Pantjaran Warta, sebagai sayap pergerakan Sarekat Islam Betawi, juga memberitakan perubahan jadwal itu di edisi 27 Februari 1914. Di surat kabar yang dipimpun Raden Goenawan itu termuat informasi bahwa bakal ada dua perwakilan dari Betawi yang berangkat ke Bandung untuk menghadiri rapat akbar tersebut.  

“Pada hari Minggoe 1 Maart j.a.d. SI Bandoeng hendak mengadakan Vergadering Besar di roemah komidi Stamboel di Goedang Oejah moelai dari djam 8 pagi jang akan pergi ke Bandoeng dari Betawi: 1. Oetoesan Volkslectuur t. D.K. Ardiwinata 2. Wakil Hoofdbestuur Djawabarat R. Notohatmodjo sebab toean Goenawan masih berhalangan.”

Baca Juga: Tantangan Berat Sarekat Islam Majalaya
De Expres dan Kaoem Moeda, Dua Sayap Pemberitaan Sarekat Islam Bandung
Suwardi Suryaningrat: Antara Sarekat Islam Bandung dan Comite Boemi Poetra

Dari Sambutan ke Penetapan Penasihat

Pertemuan besar Sarekat Islam Bandung yang berlangsung pada 1 Maret 1914 itu bukan saja dihadiri oleh tokoh-tokoh terkemuka Sarekat Islam lokal. Hadir di antaranya, Wakil Hoofdbestuur (ketua) SI Jawa Barat, President SI afdeeling Betawi bersama Komisaris SI Tanah Abang M. Djunaid, D. K. Ardiwinata bersama D. A. Rinkes, President Sarekat Islam Cimahi Haji Oesman, serta redaktur surat kabar Pantjaran Pewarta. Bukan hanya itu. Duduk para tamu terhormat dari kalangan pejabat pemerintahan. Antara lain, Patih Bandung, Inspektur Polisi, Polisi Pengawas, Wedana Kota, Camat dan Menteri Polisi, serta Demang Pangkal Pinang (Kaoem Moeda 2 Maret 1914).

Acara dibuka pukul setengah sepuluh oleh Presiden Sarekat Islam Bandung. Selain mengucapkan salam atas nama Sarekat Islam, pimpinan tertinggi SI Bandung memberikan sambutan dan berterima kasih kepada berbagai pihak. Kemudian ia membacakan usulan mengenai upaya-upaya yang akan ditempuh Sarekat Islam. Lalu, sambutan beralih kepada president SI afdeeling Betawi dengan menguraikan pidatonya.

“Hai saudara saudara berdjalanlah kamoe sekalian dengan hati tetap menoedjoe keselamatan jang berfaedah dengan hidoepmoe, dan djanganlah kamoe choeatir dan takoet dalam segala pekerdjaan jang benar, asal sadja djangan melanggat oendang oendang negeri. Ingatlah perkatan ‘Brani karena benar, dan takoet karena salah’. Hai! Saudara saudara, lawanlah olehmoe segala ambtenaar jang tida adil, dan takoetlah dan rendahlah kamoe kepada semoea ambtenaar jang adil. Perhimpoenan jang begitoe besar  sebagai S.I. djanganlah tinggal diam tida madjoe ke moeka menoedjoe kemadjoean, itoelah boleh dioepamakan sebagai ‘Locomotief jang tida berhasap.’” (Kaoem Moeda 3 Maret 1914)

Tidak sampai di situ, H. A. Gani berdiri mengucapkan terima kasih, lalu membacakan statuten (anggaran dasar) Sarekat Islam yang baru. Setelah itu, ditetapkanlah uang sebesar sepuluh sen untuk masing-masing anggota dengan rasa gembira. Berikutnya giliran D. K. Ardiwinata dan Dr. Rinkes maju ke depan para peserta pertemuan besar itu seraya menceritakan kondisi rakyat Hindia dengan menggunakan bahasa Sunda. (Kaoem Moeda 3 Maret 1914)

Sebagai orang Sunda yang berkiprah di Batavia, Ardiwinata kemudian membacakan sirkulir dengan bahasa ibunya. Djoenaid dari SI Tanah Abang pun unjuk bicara, dilanjutkan oleh tokoh-tokoh SI lainnya dari berbagai distrik. Pertemuan besar itu tidak luput dari momen-momen lucu, sebagaimana yang dilakukan Haji Oesman, perwakilan dari Sarekat Islam Cimahi. Kata-kata nasihat yang ia ucapkan dalam bahasa Sunda membuat riuh tawa dari para hadirin pecah. (Kaoem Moeda edisi 4 Maret 1914)

Setelah satu per satu perwakilan memberikan opininya untuk kemajuan Sarekat Islam, muncul usulan dari salah satu tokoh agar Hoofdpanghoeloe Bandung diangkat menjadi adviseur (penasihat). Semua para hadirin unjuk bicara dan bersepakat agar Hoofdpanghoeloe Bandung menjadi penasihat SI Bandung. Maka, ditetapkanlah sang penghulu Bandung itu sebagai adviseur Sarekat Islam.

“Kita atas nama bestuur leden serta sekalian lid bermoehoen pada Toehan jang maha koeasa moedah moedahan keangkatan beliau sebagai ‘adviseur’ itoe mendjadi kekal serta memimpin sekalian kaoem S.I. afd. Bandoeng kepada kemadjoean. Kita berseroe, bravo! Hidoeplah S.I. Diseloeroeh Hindia Ollanda Bravo.” (Kaoem Moeda 4 Maret 1914)

Editor: Redaksi

COMMENTS

//