Kasus PMK Hewan Ternak di Bandung Bertambah, Pakar Meminta Pengawasan Diperketat
Penyebaran PMK di Kota Bandung tercatat ada di 3 kecamatan. Pakar hewan mengingatkan perlunya menghentikan lalu lintas hewan ternak.
Penulis Iman Herdiana6 Juni 2022
BandungBergerak.id - Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak di Kota Bandung masih bertambah. Kabar terbaru, ada 8 ekor sapi sampel yang diambil dari Kecamatan Bandung Kulon dan Cibiru yang dipastikan positif PMK setelah menjalani tes.
Terkonfirmasi positifnya 8 sampel tersebut menjadikan penyebaran PMK di Kota Bandung tercatat ada di 3 kecamatan, setelah sebelumnya 5 sapi di Babakan Ciparay terkonfirmasi positif PMK.
"Waktu pertama ada kejadian di Babakan Ciparay dan itu sudah keluar 5 positif beberapa. Kemudian ada laporan di Bandung Kulon dan Cisurupan dan kita sudah lakukan uji sampel hari Jumat kemarin. Ternyata masing-masing empat sampel ternyata positif," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar, dalam siaran pers, Senin (6/6/2022).
"Walaupun 4 sampel yang diambil dan positif sehingga posisi terduga itu menjadi tertular. Jadi jumlahnya 69 yang di Cibiru, di Babakan Ciparay 50 ekor, dan Bandung Kulon 18 ekor terindikasi dipastikan positif," beber Gin Gin.
Menurutnya, satu dari 5 ekor sapi yang terkonfirmasi positif PMK di Babakan Ciparay mati akibat nafsu makan yang terus menurun. Selain itu, sapi yang positif PMK di kawasan Cibiru pun mulai menunjukan gejala penurunan nafsu makan.
"Sebagai upaya penanganan, sebelum terindikasi positif saat terduga sapi dilakukan karantina dan pengobatan intensif," tutur Gin Gin.
Soal stok menjelang hari raya Idul Adha, Gin Gin memastikan, masih memenuhi karena kebutuhan belum meningkat.
"Jika untuk Iduladha, yang saat ini eksisting selama tidak terkena dan terkonfirmasi PMK sudah cukup. Karena peternak sudah menyiapkan jauh-jauh hari untuk kurban. Jadi kalau tidak terserang, cukup," tuturnya.
Baca Juga: Sukarno dan Bandung sebagai Kota Pemuda
Rancaekek Berimajinasi, Mengusir Sampah dengan Karya Seni
Mahasiswa ITB Memodifikasi Aplikasi Pencarian Sarana Transportasi
Hentikan Lalu Lintas Ternak di Daerah Wabah PMK
Kasus PMK pada hewan ternak tidak hanya terjadi di Bandung. Di Provinsi Jawa Timur, wabah serupa terjadi. Seperti diketahui, PMK atau dikenal sebagai foot and Mouth Disease adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, dan babi namun tidak menular ke manusia.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, R. Wasito, mengatakan gejala paling umum dari ternak yang terinfeksi PMK adalah demam dan pembentukan lepuh, bisul serta koreng pada mulut, lidah, hidung, kaki, dan puting. Bahkan, terdapat lesi pada kaki dan sela jari kaki. Bagi ternak yang terinfeksi biasanya mengalami depresi, enggan bergerak, dan hilang nafsu makan, sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi susu, turunnya berat badan, dan buruknya pertumbuhan.
“Hewan terinfeksi juga mungkin memiliki cairan hidung dan air liur berlebihan,” ujar Wasito, dikutip dari laman UGM.
Dokter hewan tersebut menegaskan bahwa sangat perlu diantisipasi agar penularan PMK tidak mewabah lebih meluas. Wasito menyarankan agar tidak ada lalu lintas ternak antar kabupaten/kota di daerah yang menjadi sumber wabah.
“Hentikan lalu lintas produk pertanian mentah maupun olahan,” katanya.
Di samping itu juga perlu dilakukan pengawasan transportasi ketat, yaitu terutama kendaraan dan manusia yang akan keluar dari daerah wabah. Perlu diperketat pos-pos pemeriksaan untuk lalu Lintas Hewan. Yang tidak kalah lebih penting menurut Wasito adalah segera dilakukan bio surveillance serentak pada semua hewan ternak yang mungkin dapat tertular PMK, termasuk hewan ternak dan hewan liar yang ada di Kebun Binatang.
“Harus dapat diisolasi PMK, ditentukan serotype-nya, dilakukan sequencing dan phylogenetic,” katanya.
Tidak cukup sampai di situ, pihak terkait dan berwenang juga harus melakukan vaksinasi di daerah yang ditengarai menjadi lokasi wabah PMK tersebut. Sementara di seluruh kandang ternak dilakukan disinfektansi di daerah dan di luar sekitar wabah.
Kejadian wabah PMK yang menjangkiti ternak di Jawa Timur ini menjadi perhatian Wasito sebab sejak 1990 Indonesia bebas dari penyakit mulut dan kuku ini. Namun, jika sekarang ini bisa terjadi wabah dan penularan yang begitu masif, Wasito menengarai masuknya penyakit tersebut berasal dari impor ternak atau daging dari negara yang endemik PMK.
“Pejabat terkait perlu dipanggil dan dimintai pertanggungjawaban. Hal itu sangat perlu dilakukan demi penuntasan kasus PMK dan pembelajaran demi masa depan pertanian yang optimal,” pungkasnya.