• Kolom
  • Masalah di Balik Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandung

Masalah di Balik Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandung

Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandung di Bioskop Oriental berlangsung dihadiri 2.000 peserta. Namun setelah rapat akbar itu usai, masalah segera datang .

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Potret Bioskop Oriental pada tahun 1920, tempat digelarnya Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandung. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)

24 April 2021


BandungBergerak.id - Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandung yang diselenggarakan pada 1 Maret 1914 memang menyedot perhatian masyarakat dan para tokoh ketika itu. Namun, meski terbilang sukses, rapat besar tersebut bukanlah tanpa masalah. Selain terjadi perpindahan waktu, rapat akbar itu pun harus berpindah tempat dari awalnya direncanakan di Stamboel Goedang Oejah Bandoeng ke bioskop Oriental Show, Alun-alun Bandung.

Seperti dikabarkan Pantjaran Warta edisi 3 Maret 1914, rapat akbar Sarekat Islam Bandung di rumah gambar hidup Oriental Show itu dihadiri oleh seluruh jajaran petingginya. Antara lain, R. Moh. Id selaku Presiden Sarekat Islam Bandung, Natawigona selaku Wakil Presiden, K. H. Abdoelgani sebagai bendahara, Tjokrodarmodjo sebagai sekretaris, serta dua orang perwakilan komisaris, Danoebiroewa dan Soekirman.

Masalah yang dihadapi SI Bandung bukan hanya terjadi saat Algemeene Vergadering SI Bandung berlangsung, namun juga muncul setelah pertemuan itu selesai. Salah satu yang menarik perhatian ialah laporan De Preanger Bode mengenai urusan akomodasi yang menyebut-nyebut nama Sarekat Islam dalam pertemuan itu. Surat kabar Kaoem Moeda edisi 7 Maret 1914 menyanggahnya. Di sana Kaoem Moeda memberikan judul Feesttent en de SI, yang seolah-olah mengisyaratkan adanya persoalan serius terkait pembatalan tempat penyelenggaraan Vergadering SI Bandung.

“Dalam Preanger Bode kita soedah membatja tentang Feesttent dan S.I. kira kira demikian…Preanger Bode hari Senen adalah pechabaran jang beralamat S.I. diatasnja, dalam mana mengatakan hal feestcomite, soedah merasa keberatan boeat idjinkan Feesttent (Loods jang di pakai komedi stamboel di Goedang Oejah) boeat di pakai Algemeene Vergadering S.I. itoe kabar tida betoel.”

Sebelumnya, De Preanger Bode edisi Senin 2 Maret 1914 mencatat bahwa rapat yang digelar oleh SI Bandung itu tidak bisa diadakan di Pieterspark karena adanya penolakan terhadap Presiden Saerekat Islam. Alasan penolakan itu menurut De Preanger Bode, lantaran tempat tersebut hanya diperbolehkan untuk pertunjukan. Sambil menyindir, De Prenger Bode lantas menyebut bahwa dengan kemurahan hati pihak pengelola, pertemuan yang dihadiri sekitar 2.000 anggota SI itu berhasil digelar di bioskop Oriental.

“Karena itu, mereka memohon belas kasihan Tuan Arendsen de Wolff tanpa keberatan menyumbangkan salah satu tempatnya, yang sekarang ditempati oleh bioskop Oriental.” (De Preanger Bode 2 Maret 1914).

Terhadap pemberitaan keliru yang muncul di De Preanger Bode, Kaoem Moeda cukup keberatan. Surat kabar ini lalu menjabarkan duduk perkara sesungguhnya terkait perizinan tempat yang dianggap sebagai kesalahpahaman. Beberapa hari sebelum Algemeene Vergadering dimulai para pengurus Sarekat Islam Bandung meminta persetujuan kepada pengelola komedi Stamboel. Kemudian izin diberikan tanpa ada keberatan dari pihak Stamboel. Namun, tiga hari sebelum pembukaan acara, tiba-tiba panitia mendapat kabar dari seorang pegawai Stamboel, yang mengatakan bahwa jajaran pengurus SI harus meminta izin terlebih dulu kepada Feestcomite (komite pesta). Presiden SI Bandung pun langsung turun tangan untuk menghadap feestcomite di kantornya (Kaoem Moeda 7 Maret 1914).

Sayangnya, setelah pembicaraan itu dilakukan di kantor Factory, permintaan Presiden Sarekat Islam ternyata tidak dikabulkan oleh pihak pengelola. Maka para pengurus pun segera mencari tempat pengganti mengingat waktu yang cukup mendesak sebelum pertemuan besar itu dijadwalkan digelar. Atas persetujuan dari Patih Bandung, akhirnya Algemeene Vergadering SI Bandung dapat diselenggarakan di bioskop Oriental, Alun-alun Bandung, dan berhasil menarik antusiasme dari para peserta pertemuan.

“Tapi dengan menjesal president S.I. poenja permintaan tida dikaboelkan. Dari sitoe terpaksa bestuur dengan segera tjari lain tempat dan permisi pada t. Patih boeat pindahkan alg. Vergadering di aloen aloen dalam loods “Oriental Bioscope”. Begitoelah doedoeknja jang sebenarnja menoeroet tjerita dari bestuur S.I. sendiri.” (Kaoem Moeda 7 Maret 1914).

Baca Juga: Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandung
Tantangan Berat Sarekat Islam Majalaya
De Expres dan Kaoem Moeda, Dua Sayap Pemberitaan Sarekat Islam Bandung

Tonggak Kesolidan

Acara yang terselenggara berkat dukungan berbagai pihak itu, termasuk dari ayah kandung Dewi Sartika, merupakan tonggak kesolidan Sarekat Islam Bandung dalam melebarkan sayapnya. Berbagai program yang telah dicanangkan dalam vergadering tersebut mengarah pada aspek sosial dan pendidikan, seperti perhatian terhadap sekolah-sekolah milik kaum pribumi dan penjualan buku pelajaran dengan harga murah. Dengan ditetapkannya Hoofpengoeloe Bandung sebagai penasihat, ke depannya Sarekat Islam akan semakin dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat.

Pada pukul 12 siang, setelah penetapan program baru dan juga masukan-masukan dari jajaran pengurus Sarekat Islam lokal lainnya, Algemeene Vergadering Sarekat Islam Bandung ditutup oleh Presiden R. Moh. Id.

Tantangan yang dihadapi oleh SI Bandung tentu akan semakin sulit. Terbukti, begitu pertemuan usai, masalah datang dari pemberitaan surat kabar De Preanger Bode yang mengungkit sedikit kecacatan di balik kesuksesannya. Tidak dapat dimungkiri, kejadian yang dianggap sepele ini merupakan kisruh awal Sarekat Islam Bandung dengan surat kabar De Preanger Bode. Polemik ini bakal terulang lagi setelah SI Bandung berubah haluan menjadi ‘merah’. 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//