• Kolom
  • SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #4: Tentang Tanggal 16 Mei 1929

SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #4: Tentang Tanggal 16 Mei 1929

Pembangunan Geologisch Laboratorium, termasuk Geologisch Museum (kini Museum Geologi), sangat erat kaitannya dengan penyelenggaraan Fourth Pacific Science Congress.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Koleksi peninggalan sejarah di Museum Geologi Kota Bandung, Rabu (25/5/2022). Museum yang dibuka sejak tahun 2000 ini menyimpan dan mengelola materi-materi geologi yang dikumpulkan sejak tahun 1850. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

8 Agustus 2022


BandungBergerak.idWaktu peresmian Museum Geologi Bandung sudah banyak ditulis dalam berbagai publikasi, baik bentuk cetak seperti buku-buku maupun yang tersebar di internet. Tanggal peresmiannya tertulis 16 Mei 1929.

Mari kita telusuri beberapa pustaka yang menyatakannya. Dalam tulisan M.M. Purbo-Hadiwidjojo (“Museum Geologi Bandung untuk Dokumentasi dan Sebagai Alat Peraga” dalam Lampiran Laporan Tahunan 1961 Djawatan Geologi, 1962: 29), tertulis: “Demikianlah maka pada tanggal 16 Mai 1929, bertepatan dengan pembukaan Konggres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (4th Pacific Science Congress), diresmikanlah pembukaan Museum Geologi Bandung, karena di sini pula letak pusat kegiatan geologi di Indonesia. Pada waktu itu orang lebih mengenal instansi jang melakukan kegiatan itu sebagai Mijnwezen atau Mijnbouw (pertambangan)”.

Selanjutnya dalam Menguak Sejarah Kelembagaan Geologi di Indonesia: Dari Kantor Pencari Bahan Tambang hingga Pusat Survei Geologi (2006: 6) susunan Rab Sukamto, Tjoek Suradi dan Wikarno serta ditelaah oleh M.M. Purbo-Hadiwidjojo, disebutkan “Gedung Geologisch Laboratorium itu dirancang dengan gaya art deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan, mulai pertengahan tahun 1928 sampai diresmikannya pada tanggal 16 Mei 1929”.

Satu lagi, Mineral dan Energi Kekayaan Bangsa: Sejarah Pertambangan dan Energi Indonesia (cetakan kedua, 2012: 744-745). Di situ ada dua kutipan yang saya pikir sangat penting untuk dibagikan lagi. Pertama, dikatakan, “Pada waktu itu kata museum belum digunakan, melainkan yang tercantum di atas pintu utama gedung yang dibangun pada tahun 1928-1929 adalah Geologisch Laboratorium. Sejak Indonesia merdeka nama Geologisch Laboratorium diubah namanya menjadi Museum Geologi.”

Kedua, “Semula gedung itu berfungsi sebagai kantor pusat kegiatan Dienst van den Mijnbouw (nama baru sejak tahun 1922 dari Dienst van het Mijnwezen yang didirikan pada tahun 1850) yang bertugas melakukan penyelidikan bahan galian tambang dan pemetaan geologi. Gedung Geologisch Laboratorium diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929, bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik Ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929. Kongres itu diselenggarakan di Technische Hoogeschool (THS; sekarang menjadi ITB), dan beberapa sidang yang berhubungan dengan ilmu kebumian diadakan di ruang pertemuan gedung Geologisch Laboratorium”.

Pertanyaannya, apakah memang demikian? Apakah keterangan sezaman mengonformasi fakta tersebut? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, saya membuka-buka guntingan-guntingan koran sezaman ditambah Proceedings of the Fourth Pacific Science Congress, Java, May-June 1929: Vol. I, General Part and Reports on Oceanography (1930).

Menyimak pembukaan Fourth Pacific Science Congress di aula Rechthoogeschool, Batavia, pada 16 Mei 1929. (Sumber: Proceedings of the Fourth Pacific Science Congress, Vol. I (1930)).
Menyimak pembukaan Fourth Pacific Science Congress di aula Rechthoogeschool, Batavia, pada 16 Mei 1929. (Sumber: Proceedings of the Fourth Pacific Science Congress, Vol. I (1930)).

Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 

Saya menggali informasi dari guntingan koran berbahasa Belanda antara tahun 1927 hingga 1929. Dalam De Indische Courant edisi 24 Januari 1927 dan De Locomotief edisi 25 Januari 1927 antara lain ada rapat yang akan diselenggarakan pada 29 Januari 1927, dengan agenda antara lain pembahasan tentang De Koninklijke Akademie van Wetenschappen, Amsterdam, yang di Hindia Belanda akan diwakili De Internationale Circumpacific Onderzoekcommissies (ICO-commissie).

Selain itu, persiapan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 tahun 1929. Lokasi kongresnya masih dipertimbangkan antara di Batavia, Bandung atau sebagian hari pertama di Batavia, kemudian bidang ilmu fisika di Bandung, dan yang lainnya di Bogor, kecuali untuk antropologi yang akan tetap di Batavia. Dengan pertimbangan, di Batavia lebih banyak tersedia penginapan, Bandung karena iklimnya dan banyak peminatnya serta ekskursi-ekskursi kecil dapat dimulai dari situ.

Waktu pelaksanaannya tahun 1929, dengan bulan yang cocok antara Juni hingga September 1929. Alasannya Jawa akan terlihat lebih cerah, akan terjadi gerhana matahari total pada 7 Mei dan berhubungan dengan kongres internasional ahli teknologi gula tebu dan serta saatnya liburan.

Dalam rapat pada 26 Maret 1927 di Weltevreden dan dipimpin Directeur van Landbouw Dr. A. Rutgers, dibicarakan tentang pembentukan panitia kehormatan serta penyusunan jadwal pendahuluan. Disebutkan di situ bahwa ekskursi akan dimulai pada Senin, 27 Mei dan 28 Mei peserta akan dibagi dalam kelompok besar. Para ahli geologi akan berangkat ke pantai selatan via Garut, ahli vulkanologi via Garut ke Papandayan, ahli biologi ke Sindanglaya, ahli agronomi barangkali ke Pangalengan, dan lain-lain (Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 31 Maret 1927).

Pada laporan rapat Sabtu, 23 April 1927 sudah disebutkan pembukaan kongresnya Kamis, 16 Mei 1929 di Weltevreden. Sementara rapat-rapat bidang teknis akan diselenggarakan di Bandung antara 18-25 Mei 1929, termasuk ekskursi kecil, kecuali ekskursi ke Krakatau, Bogor, dan Batavia yang dilakukan sebelum pembukaan.

Inti bidang-bidang teknis adalah Division Physical Sciences yang diketuai Ir. A.C. de Jongh, Division Biological Sciences dengan ketua Dr. W. M. Docters van Leeuwen, dan Division Agricultural Sciences yang diketuai Dr. P.J.S. Cramer. Ketiga bidang itu masing-masing mempunyai subbidang-subbidang teknis (De Locomotief, 27 April 1927).

Kegiatan kepanitian lainnya adalah menentukan teks pengumuman pertama kongres saat rapat di Bandung, Kamis, 30 Juni 1927, yang antara lain berisi statuta Pacific Science Association sebagai penyelenggara kongres. Sekretaris kolonial dan gubernur jenderal berkenan menjadi pelindung. Ekskursi akan diadakan sebelum dan sesudah kongres, misalnya antara 14-15 Mei 1929 peserta berangkat ke kompleks Krakatau di Selat Sunda (Bataviaasch Nieuwsblad, 6 Juli 1927). Dalam rapat Sabtu, 21 Januari 1928, di Bogor, yang dibahas adalah susunan panitia kehormatan (Bataviaasch Nieuwsblad, 3 Februari 1928).

Untuk menjaga kekurangan penginapan bagi peserta yang hadir di Bandung antara 18-25 Mei 1929, dibentuklah kepanitiaan yang mengorganisir rumah-rumah pribadi yang dapat dijadikan penginapan. Ketua panitianya di Bandung adalah kepala HBS Dr. W.F. Gisolf (Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 5 Januari 1929). Gisolf antara lain mengumumkan tentang kesediaan warga Yogyakarta dan sekitarnya, Solo dan sekitarnya, serta Surabaya dan sekitarnya untuk memberitahukan jumlah tempat tidur, ruangan, penggunaan mobil, dan lain-lain, serta melaporkannya kepada Voorzitter van het Subcomité voor Huisvesting Gisolf yang beralamat di Dagoweg 94, Bandung (Soerabaijasch Handelsblad, 13 Februari 1929).

Menurut De Locomotief (22 Februari 1929), Bataviaasch Genootsohap van Kunsten en Wetenschappen atau Perhimpunan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan akan menyelenggarakan pameran, berupa pameran etnologi-etnografi selama kongres berlangsung. Jadwal definitifnya antara lain disiarkan oleh De Locomotief edisi 13 Mei 1929 dan Bataviaasch Nieuwsblad edisi 16 Mei 1929. Pembukaan dan resepsi Het vierde Wetenschappelijke Pacific Congres hari pertama dilaporkan oleh Bataviaasch Nieuwsblad dalam edisi 17 Mei 1929.

Baca Juga: SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #1: Jawatan Pertambangan Pindah ke Bandung Tahun 1924
SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #2: Usulan Pembangunan Laboratorium dan Museum Geologi Tahun 1926-1927
SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #3: Keterangan Arsitek Henri Menalda van Schouwenburg

Pertemuan penutup Fourth Pacific Science Congress di aula Technische Hooge School (THS atau ITB), Bandung, pada 25 Mei 1929. (Sumber: Proceedings of the Fourth Pacific Science Congress, Vol. I (1930)).
Pertemuan penutup Fourth Pacific Science Congress di aula Technische Hooge School (THS atau ITB), Bandung, pada 25 Mei 1929. (Sumber: Proceedings of the Fourth Pacific Science Congress, Vol. I (1930)).

Pagelaran, Pameran dan Ekskursi 

Sekarang giliran dari Proceedings of the Fourth Pacific Science Congress, Java, May-June 1929: Vol. I, General Part and Reports on Oceanography (1930). Saya akan memulainya dari pembukaan kongres pada Kamis, 16 Mei 1929, di aula gedung baru Recht Hoogeschool, di Koningsplein West, Weltevreden, Batavia.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr. A.C.D. de Graeff yang membukannya. Dari pidatonya saya jadi tahu tentang latar belakang penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 di Pulau Jawa. De Graeff mengatakan ketika kongres ke-3 di Tokyo pada 1926, delegasi Hindia Belanda, Dr. Rutgers, menyampaikan undangan dari pemerintah Hindia Belanda kepada Pacific Science Association untuk melangsungkan kegiatan selanjutnya di Batavia.

Setelah mosi untuk menyetujui rekomendasi dewan asosiasi untuk menerima undangan tersebut, undangannya terus digaungkan oleh Dr. Rutgers seraya berterima kasih kepada dewan kongres yang memilih Jawa sebagai tempat kongres berikutnya, dan menggarisbawahi bahwa pemerintah Hindia Belanda memahami sepenuhnya tentang tanggung jawab dan menjanjikan akan berusaha sekuat tenaga untuk keberhasiln kongres keempat (Proceedings, Vol. I, 1930: 69).

Sementara Prof. Dr. O. De Vries, dalam sambutannya sebagai ketua umum kongres keempat, menyatakan inilah kali pertama dalam sejarah bahwa Jawa menyaksikan pertemuan para ilmuwan dari luar negeri yang demikian cemerlang; tempat luhur bahwa sains selalu merasuki pikiran kita, dan rasa damai yang dihargai bangsa kita, akan membantu tugas kita untuk menyambut dan menghibur para tamu yang terhormat dan mempersiapkan kongresnya.

Ia juga menyatakan Pacific Science Congress memiliki tujuan bukan hanya untuk memajukan pengkajian atas masalah-masalah ilmiah, melainkan juga untuk memperkuat ikatan perdamaian dan mempromosikan rasa persaudaraan di antara para ilmuwan di semua negara Pasifik (Proceedings, Vol. I, 1930: 72).

Setelah sesi pembukaan, pertemuan umum pertama diselenggarakan pada pukul 17.00 masih pada hari dan tempat yang sama. Sedangkan pertemuan umum terakhir diselenggarakan di aula THS Bandung pada hari Sabtu, 25 Mei 1929, pukul 09.00.

Sebagaimana yang disebutkan De Vries, sebelum dan setelah berlangsungnya kongres, berbagai pihak menyambutnya dengan berbagai pagelaran, pameran dan ekskursi, sejak 11 Mei hingga 4 Juni 1929. Pada 11 Mei 1929 ada pagelaran tari pribumi yang dipersembahkan oleh Perhimpunan Batavia. Kemudian minum teh sore dari delegasi Inggris (15 Mei), tayangan film budidaya dan industri tebu (15 Mei), konser musik persembahan Wali Kota A. Meyroos dan pemerintah Kota Batavia (15 Mei), resepsi dari gubernur jenderal (16 Mei), Anglican Service (19 Mei), pesta gala dari Wali Kota Bandung Ir. J.E.A. Von Wolzogen Kuhr (21 Mei), minum teh sore oleh direktur peneropongan bintang Bosscha (22 Mei), film sains (23 Mei), perjamuan dari ketua kongres (25 Mei), wayang orang persembahan dari P.A.A. Danoeredjo (31 Mei), dan pesta perpisahan di Surabaya (4 Juni 1929) (Proceedings, Vol. I, 1930: 130).

Pameran-pameran yang diselenggarakan antara lain pameran kerajinan pribumi yang dipersembahkan oleh Perhimpunan Batavia di Museum Etnologi, Koningsplein West, Weltevreden (12-20 Mei), pameran hewan-hewan dari kompleks Krakatau, replika Pithechantrophus erectus di Museum Zoologi, Bogor (17-18 Mei), pameran lukisan dan arca karya para seniman Hindia Belanda oleh Bandoengsche Kunstkring di Jaarbeursgebouw (20-25 Mei), pameran di THS Bandung berupa peta-peta tofografi, buku lawas, dan sumber daya air (18-25 Mei), dan pameran kerajinan pribumi di Yogyakarta (Proceedings, Vol. I, 1930: 165).

Ekskursi atau kunjungan-kunjungan ke lapangannya adalah ke Krakatau (12-14 Mei), laboratorium laut dan akuarium di Batavia (14 Mei), kepulauan koral di Teluk Jakarta (15 Mei), ke Ragunan (15 Mei), jalan-jalan di Jakarta (15 Mei), Kebun Raya Bogor (17 Mei), ke Stasiun Radio Malabar (22-24 Mei), Gunung Tangkubanparahu (23-24 Mei), Gunung Pabeasan (26 Mei), Nagreg-Papandayan (26-27 Mei), Cibodas (26-27 Mei), Kawah Kamojang (27 Mei), Cinyiruan (27 Mei), Perkebunan Teh Malabar (28 Mei), Bumiayu (28 Mei), Gunung Papandayan (28-29 Mei), ekskursi pertanian ke Garut (29 Mei), Situ Leles dan Bagendit (29 Mei).

Ekskursi selanjutnya beralih ke Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, antara lain Banjarnegara-Kebumen (29 Mei), Gunung Gandul dan Borobudur (30 Mei), Nanggulan (31 Mei), Candi Borobudur, Mendut, Kalasan, Prambanan, dan Sewu (31 Mei), ekskursi pertanian ke Klaten (30 Mei), Candi Borobudur, Pawon, Mendut, dan Prambanan (26-29 Mei), Solo (29 Mei), Candi Sukuh (30 Mei), kerajinan pribumi di Yogyakarta (31 Mei dan 1 Juni), Gunung Kelut dan Tengger (1 Juni), Cepu (1-2 Juni), ekskursi prasejarah di Jawa Timur (1-4 Juni), Gunung Kelut (2 Juni), Tengger (2-4 Juni), Trinil (3 Juni), Kediri-Pujon (3 Juni), Petung Ombo dan Stasiun Percobaan Malang (3 Juni), dan Punten (4 Juni) (Proceedings, Vol. I, 1930: 165-196).

Para peserta Fourth Pacific Science Congress di depan Geologisch Laboratorium. (Sumber: Menguak Sejarah Kelembagaan Geologi di Indonesia (2006))
Para peserta Fourth Pacific Science Congress di depan Geologisch Laboratorium. (Sumber: Menguak Sejarah Kelembagaan Geologi di Indonesia (2006))

Pertengahan Mei 1929 

Buat apa berpanjang-panjang merinci pagelaran, pameran dan ekskursi untuk Fourth Pacific Science Congress? Maksud saya untuk memastikan kebenaran bahwa gedung Geologisch Laboratorium dijadikan sebagai salah satu tempat persidangan sekaligus para peserta kongres.

Mengingat dalam Menguak Sejarah Kelembagaan Geologi di Indonesia (2006: 6-7) tertulis, “Gedung Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum kelihatannya memang dipersiapkan pula untuk forum pertemuan ilmiah internasional. Ini bisa dilihat dari peristiwa peresmian gedung itu pada tanggal 16 Mei 1929, yang bertepatan dengan penyelenggaraan Konggres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929. Konggres itu diselenggarakan di Technische Hooge School (THS; sekarang menjadi ITB), dan sidang-sidang yang berhubungan dengan ilmu kebumian diadakan di ruang pertemuan tersebut. Peristiwa ketika itu diabadikan seperti terlihat pada Potret 3 di bawah.”

Ihwal pembukaan Geologisch Laboratorium pada pertengahan Mei 1929, memang dikonfirmasi keterangan sezaman, seperti yang tertulis dalam Jaarboek van het Mijnwezen in Nederlandsch-Indie 1929 (1930: 172). Di situ disebutkan selama perempat kedua tahun 1929, Geologisch Laboratorium yang baru dibangun sudah siap untuk ditunjukkan kepada peserta kongres (“aan het Fourth Pacific Science Congress te worden getoond”).

Jaarboek van het Mijnwezen in Nederlandsch-Indie 1929 (1930: 176) pun menunjukkan keterlibatan para pejabat dan pegawai jawatan pertambangan, terutama survei geologi, dalam susunan kepanitiaan dan kegiatan Fourth Pacific Science Congress. Di situ disebutkan kongres itu dihadiri semua insinyur dan ahli geologi dari Opsporingsdienst. Sementara kepalanya, Ir. A.C. de Jongh, menjadi ketua bidang ilmu fisika dan kepala survei vulkanologi Dr. CH. E. Stehn menjadi ketua komite ekskursi.

Demikian pula pendapat James M.W. Nash (“De Opsporingsdienst, de Geologische Dienst van Nederlandsch-Indië, en zijn Laboratorium” dalam De Mijningenieur, No. 1, Januari 1930: 9-10), yang menyatakan sejak Mei 1929, Opsporingsdienst mempunyai gedungnya sendiri, yaitu Geologisch Laboratorium, termasuk museum (“Sinds Mei 1929 beschikt de Opsporingsdienst echter ook over een eigen gebouw”). H. Menalda van Schouwenburg (“Eenige bouwkundige opmerkingen omtrent het Geologisch Laboratorium” dalam De Mijningenieur, No. 1, Januari 1930: 20) memperjelasnya dengan menyatakan laboratorium diselesaikan sebelum pembukaan kongres (“teneinde de oplevering nog voor het Pacific Science Congress te doen plaats vinden”).

Alhasil, pembangunan Geologisch Laboratorium, termasuk Geologisch Museum, memang sangat erat kaitannya dengan penyelenggaraan Fourth Pacific Science Congress. Kerena memang sejak jauh-jauh hari, sebagaimana yang dilaporkan Bataviaasch Nieuwsblad (8 Juli 1927), sudah terlontar keterkaitan pembangunan laboratorium dengan kongres itu. Intinya pemerintah Hindia Belanda akan sangat malu bila di Bandung tidak dibangun laboratorium dan museum yang representatif, saat para ahli geologi dari luar negeri berkunjung dan bersidang, padahal jawatan pertambangan, termasuk survei geologi Hindia Belanda, semuanya berpusat di Bandung.

Kemudian soal tanggal 16 Mei 1929 sebagai waktu peresmiannya bisa disimpulkan disamakan dengan tanggal dibukanya Fourth Pacific Science Congress di Batavia. Dasarnya adalah ketika kongres dibuka, gedung Geologisch Laboratorium di Bandung sudah selesai dibangun dan sudah siap diperlihatkan kepada para peserta kongres.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//