• Kolom
  • GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #36: Gunung Serewen dan Kekayaan Mata Air Cekungan Nagreg

GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #36: Gunung Serewen dan Kekayaan Mata Air Cekungan Nagreg

Meski aksesnya mudah, jalur pendakian Gunung Serewen berupa tanah merah yang licin. Gunung ini jadi bagian Cekungan Bandung yang kaya sumber mata air.

Gan Gan Jatnika

Pegiat Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB), bisa dihubungi via Fb Gan-Gan Jatnika R dan instagram @Gan_gan_jatnika

Dari Bumi Perkemahan Serewen, terlihat Gunung Dungusmalati, Pasir Paesan, dan Gunung Serewen, Juni 2022. (Foto: Gan Gan Jatnika)

21 Agustus 2022


BandungBergerak.id - Kecamatan Nagreg merupakan kecamatan yang berada di wilayah paling timur Kabupaten Bandung, berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Sumedang. Tanjakan Nagreg merupakan salah satu ciri khas daerah ini, selain lintasan rel kereta api dan terowongan Nagreg.

Ada yang menyebut nama Nagreg berasal dari dua kata, yaitu menak dan ngaregreg, digabung menjadi satu. Kisahnya terjadi pada zaman dahulu di saat ada musyawarah antara menak (bangsawan) dan masyarakat untuk memutuskan apakah wilayahnya akan ikut masuk ke Garut atau Bandung. Saat itu banyak para menak berbaris atau berkumpul yang istilahnya ngaregreg di sekitar Jalan Cagak sekarang. Begitulah daerah ini kemudian dikenal dengan sebutan nak-greg, dan lama-kelamaan menjadi Nagreg.

Ada juga yang menyebut kata nagreg merupakan pergeseran dari kata nagrak yang berarti tempat yang kering dan tidak subur, terdiri dari banyak batuan atau cadas.

Jalan yang menanjak, batuan yang tersingkap saat pembuatan terowongan, aliran sungai yang mengalir, serta beragam jenis batuan menjadi tanda alami bahwa ada jejak aktivitas kegunungapian (vulkanik) dan pergerakan tanah (tektonik) yang disusul munculnya gunung-gunung dengan usia lebih muda. Namun demikian, nama-nama gunung di daerah Nagreg tidak terlalu terkenal di masyarakat.

Gunung Mandalawangi adalah salah satu gunung di daerah ini yang cukup terkenal. Gunung-gunung lain di antaranya Gunung Gajahdepa, Gunung Pabeasan, Gunung Leutik, Gunung Buleud, Gunung Pangradinan, Pasir Masigit, Gunung Sangianganjung, Gunung Buyung, Pasir Kendan, Gunung Dungusmalati, Gunung Paesan, Gunung Serewen, Gunung Puncak Suji, Gunung Sukmahilang, Gunung Palawangan, dan gunung-gunung lain yang terdengar asing di telinga.

Banyaknya sebaran gunung ini memiliki dampak positif bagi sebuah kawasan. Tanahnya menjadi subur, pemandangannya menarik, penyerapan air berlangsung alami, serta banyak sumber air bermunculan.

Akses dan Lokasi

Gunung Serewen terletak di sebelah barat pusat Kota Bandung, dengan jarak sekitar 32 kilometer. Gunung ini dikenal pula dengan nama Gunung Cowang atau Pasir Cowang. Bahkan ada yang menyebut bahwa nama aslinya memang Gunung Cowang, sedangkan Gunung Serewen adalah nama bagi puncakan di sebelahnya.

Secara administratif, Gunung Serewen berada di tiga desa yang menjadi bagian dari Kabupaten Bandung. Titik perbatasannya ada tepat di puncak. Ketiga desa tersebut yaitu Desa Nagrog di sebelah barat dan utara, Desa Nagreg di sebelah timur, dan Desa Citaman di sebelah selatan. Desa Nagrog adalah bagian dari Kecamatan Cicalengka, sedangkan Desa Nagreg dan Desa Citaman menjadi bagian dari Kecamatan Nagreg.

Gunung Serewen memiliki titik puncak dengan ketinggian 1285 MDPL (meter di atas permukaan laut), berdasarkan keterangan pada peta RBI (Rupa Bumi Indonesia), lembar peta 1209-322 edisi I-1999 , judul peta : Baginda, dan skala 1:25.000.

Di sekitar kawasan Gunung Sarewen, terdapat beberapa gunung. Yang paling dekat adalah Gunung Paesan dan Gunung Dungusmalati yang berada di sebelah barat. Ada juga Gunung Buyung dan Pasir Cihapa di sebelah utara, serta Pasir Cikaraha dan Pasir Masigit di sebelah timur. Di sebelah selatan, terdapat Gunung Sangianganjung, Pasir Kendan, Gunung Batu Kidul, dan Gunung Batu Kaler.

Akses jalan menuju Gunung Serewen terbilang mudah. Namun, kondisinya kurang baik. Banyak bagian jalan yang sudah lepas aspalnya, menyisakan lubang-lubang dan batuan berserakan menyerupai jalanan makadam.

Dari pusat Kota Bandung, kita bisa mengarahkan kendaraan menuju arah timur melewati Bundaran Cibiru, kemudian ke arah Cileunyi dan terus ke Cipacing. Selanjutnya, kita menuju ke arah Nagreg. Tepat setelah menyeberangi perlintasan rel kereta Nagreg, kita berbelok ke kanan menuju Desa Citaman.

Bisa juga kita mengambil rute lebih dekat melalui Jalan Marga Bakti yang terletak di seberang Markas Yonif Linud 330. Menggunakan bantuan internet, kita bisa mengetikkan “Gunung Serewen Bandung” di mesin pencari seperti Google. Rute dan jalur menuju ke gunung ini akan tersaji.

Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #35: Gunung Puncaksalam Cimahi dan Kearifan Lokal Kampung Adat Cireundeu Melestarikan Alam
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #34: Gunung Tangkuban Parahu, Legenda Sangkuriang dan Sejarah Geologinya
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #33: Gunung Tambakruyung Ciwidey, Gumuk Gunung Api dengan Jalur Pendakian yang Menawan

Bumi Perkemahan dan Puncak Pamancar

Puncak Gunung Serewen disebut juga Puncak Pamancar karena keberadaan sebuah tiang pemancar telekomunikasi berukuran besar di salah satu sisi puncaknya. Saking besarnya, tiang pemancar ini bisa dilihat dari kejauhan. Sebenarnya ada dua pemancar di sana, tetapi yang terlihat dari jauh hanya satu yang paling tinggi.

Ada juga Bumi Perkemahan, berjarak sekitar 1,5 kilometer di sebelah barat daya puncak Gunung Sarewen. Pemandangan dari tempat ini cukup menawan. Kita bisa melihat beberapa gunung di sekeliling dan hamparan rumput ilalang.

Sayangnya, Bumi Perkemahan tersebut terlihat telantar. Hanya ada bangunan pengelola di sana, sementara area lapangnya banyak ditumbuhi ilalang setinggi hampir satu meter. Warga memanfaatkan area ini sebagai tujuan jalan-jalan santai dan bermain. Ada juga yang menjadikannya tempat melepas burung merpati aduan.

Jika kita melemparkan pandangan dari Bumi Perkemahan ke arah utara, akan terlihat puncakan Gunung Dungusmalati, Gunung Paesan, dan Gunung Serewen. Di atas puncak Gunung Paesan terdapat dua makam. Menurut warga setempat, keduanya adalah makam Eyang Taji Warik dan Eyang Gambar. Mulanya kedua makam ini berada di puncak Gunung Serewen, sebelum kemudian dipindahkan ke puncak Gunung Paesan.

Memang kawasan Gunung Serewen masih diselimuti kemisteriusan, terutama terkait dengan keberadaan Kerajaan Kéndan yang diduga berada di kawasan ini sekitar abad ke-6 Masehi. Bahkan menurut akademisi tata ruang dan planologi dari Unisba, Igun Weishaguna, letak pusat Kerajaan Kéndan ada di antara Gunung Serewen dan Gunung Batu, dengan dugaan pola pemilihan lokasinya adalah garuda ngupuk atau ibarat burung garuda yang membentangkan sayap, dengan pusat Kerajaan Kéndan terletak di tengahnya.

Keterkaitan Gunung Serewen dengan sejarah Kerajaan Kéndan diperkuat pula dengan adanya Situs Batu Korsi di lereng selatan, dekat dengan Kampung Nenggeng, Desa Citaman. Situs ini berupa batuan yang tersusun memyerupai kursi. Diduga, situs ini merupakan situs resi atau karesian tempat belajar ilmu rohani atau religi saat itu. Posisi Sang Resi ada di Batu Kursi, kitabnya ada di batu datar yg menyerupai meja, sedangkan para murid duduk di bawah undakan memgelilingi situs.

Kegiatan belajar-mengajar ini mengingatkan pada cara belajar di Gunung Wayang, yang disebut upacara twahyang. Dalam upacara ini, para resi guru atau pandita memberikan pengajaran dan membaca kitab.

Seorang pendaki memperagakan posisi belajar dengan menghadap ke Batu Korsi, seolah-olah Sang Resi ada di sana sedang mengajar dan membacakan kitabnya, Mei 2022. (Foto: Gan Gan Jatnika)
Seorang pendaki memperagakan posisi belajar dengan menghadap ke Batu Korsi, seolah-olah Sang Resi ada di sana sedang mengajar dan membacakan kitabnya, Mei 2022. (Foto: Gan Gan Jatnika)

Mendaki Gunung Serewen

Mendaki menuju puncak Gunung Serewen tidak terlalu sulit. Kita akan melalui jalan yang bisa dilewati oleh kendaraan roda dua atau bahkan roda empat. Dahulu, jalan ini dibuat untuk memudahkan pembangunan menara pemancar dan bangunan lain yang berada di puncak gunung. Memilih perrjalanan menggunakan kendaraaan, kita harus berhati-hati dan memastikan bahwa kendaraan dalam kondisi prima, terutama rem dan bannya.

Di puncak Gunung Serewen terdapat dua buah tower atau tiang pemancar dan beberapa bangunan. Pada saat penulis ke sana, pintu masuk kawasan pemancar dikunci gembok pagarnya.

Selain dua pemancar yang ada di puncak, hal menarik lainnya dari Gunung Serewen adalah keberadaan sungai di lembah bagian barat. Namanya Ci Seupang. Sungai ini berada di lembahan antara tiga gunung, yaitu Gunung Serewen, Gunung Buyung, dan Gunung Dungusmalati. Airnya jernih dan menyegarkan, alirannya membentuk beberapa air terjun atau curug dengan beragam ketinggian.

Curug yang paling tinggi disebut Curug Cowang, yang oleh sebagian orang diberi nama Curug Panganten. Selain itu, ada Curug Ireng, karena batuannya yang dominan berwarna hitam atau ireng.

Perjalanan menuju lokasi air terjun atau Curug Cowang bisa dilakukan langsung dari bawah menyusuri Ci Seupang, atau dari atas puncak Gunung Serewen menuju ke barat. Jarak dari puncak ke Curug Cowang sekitar satu kilometer. Suasana hutan dan batuan di sepanjang aliran Ci Seupang sangatlah menyenangkan. Lokasinya cocok untuk beristirahat melepas lelah sambil memasak hidangan makan siang. Airnya sangat jernih. Jika kita lebih teliti, kita akan menemukan udang-udang air tawar, biasanya bersembunyi di balik batuan.

Berjalan menuju lokasi Curug Cowang mesti dilakukan secara berhati-hati, karena jalannya cukup licin dan curam. Sebaiknya persiapkan beberapa utas tali, untuk mempermudah perjalanan saat  melewati jalur yang curam. Memang salah satu kesulitan di jalur Gunung Serewen adalah kondisi tanah merah yang licin, dengan gerusan cukup dalam akibat aktivitas motor trail.

Pendakian Gunung Serewen bisa dilakukan dengan memutar dari jalan aspal menuju curug, kemudian menuju puncak dan kembali ke jalan aspal. Lama perjalanan sekitar 3-6 jam, tergantung kecepatan dan lama istirahat di perjalanan. Sebagai informasi tambahan, belum ada pos pendakian maupun gerbang masuk di jalur pendakiannya. Untuk memarkir kendaraan, kita bisa menitipkannya ke warga.

Sebaran Mata Air di Wilayah Nagreg

Wilayah Nagreg merupakan sebuah cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan. Tidak heran jika terdapat banyak sekali sumber mata air di Cekungan Nagreg ini. Mata air-mata air tersebut berasal dari gunung-gunung di sekitarnya.

Salah satunya adalah mata air yang menjadi sungai Ci Seupang, di mana sirah cai nya berada di lereng utara Gunung Serewen . Aliran Ci Seupang selanjutnya mengalir ke barat daya dan masuk ke aliran Ci Bodas di Haurdengdek, Nagrog. Selanjutnya aliran Ci Bodas mengalir menuju Desa Citaman dan Desa Nagreg. Dari Gunung Serewen juga muncul sumber air Ci Karaha, yang nantinya akan masuk pula ke aliran Ci Bodas.

Deni Irwansyah, salah seorang anggota Masyarakat Sejarah Kendan, dalam tulisannya Deskripsi Mata Air di Cekungan Nagreg (2009), menjelaskan tentang dua sumber mata air Cikoret di Kampung Margabakti, Desa Citaman. Di kedua mata air ini, tumbuh pohon kiara yang dianggap sebagai penyimpanan air di tempat tersebut. Masih di Desa Citaman, terdapat pula mata air Cilimus yang lokasinya dekat SD Cibunar.

Di lembah antara Gunung Sanghyang Anjung dan Gunung Batu, terdapat mata air Ci Rangrangan yang mengalir menuju hamparan pesawahan Tegaltengah. Aliran Ci Rangrangan ini nantinya bertemu dengan aliran Ci Bodas. Pertemuan kedua aliran sungai ini menghasilkan pusaran air berbentuk lubuk arau leuwi.

Ada juga mata air dari Lembah Bakom di kaki Gunung Sanghyang Anjung, serta sirah cai Nagreg di Paslon Jalan Karamat. Di Kampung Nenggeng, Cigalumpit, serta Pamujaan terdapat banyak sekali rembesan mata air. Bahkan terdapat kegiatan upacara atau tradisi yang disebut nuras.

Aliran sungai dari berbagai mata air ini akan bertemu di suatu tempat yang disebut cagak gunting atau tempat bertemunya aliran air dari berbagai penjuru angin.

Merujuk penelusuran Deni Irwansyah, diketahui masih banyak sumber mata air lain di sekitar Nagreg, termasuk di bagian selatan wilayah Nagreg di kawasan Gunung Pabeasan dan Gunung Mandalawangi. 

*Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi www.bandungbergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB)

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//