Majalaya dan Solokanjeruk dalam Angka, Bergelut dengan Talasemia
Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penyumbang kasus talasemia terbanyak di provinsi Jawa Barat. Penyintasnya mengalami keterbatasan akses dan ekonomi.
Penulis Iman Herdiana23 Agustus 2022
BandungBergerak.id - Jawa Barat sebagai penyumbang kasus talasemia, penyakit kelainan darah yang diturunkan dari orangtua. Jumlah pasien talasemia di Indonesia pada 2011 tercatat sebanyak 5.501 pasien dengan 35 persen di antaranya berasal dari Jawa Barat. Pada 2021, atau sepuluh tahun berselang, jumlah pasien talasemia menjadi dua kali lipat, yakni 10.555 orang dengan 40 persen di antaranya berasal dari Jawa Barat.
Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penyumbang kasus talasemia terbanyak di provinsi Jawa Barat. Jumlahnya ditaksir mencapai ribuan orang. Mereka harus berjuang hidup di tengah keterbatasan fisik maupun ekonomi. Bahkan rendahnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah setempat membuat mereka dalam posisi rentan terdiskriminasi.
Majalaya dan Solokanjeruk sebagai salah satu kantung talasemia dengan jumlah pasien sebanyak 229 orang yang penanganannya terbagi menjadi 104 orang di RSUD Majalaya dan 135 orang di RS Al-Ihsan, Baleendah.
Di RSUD Majalaya, dari total 104 orang penyintas talasemia yang sedang memperoleh perawatan, hanya 17 orang di antaranya merupakan penyintas dewasa, dengan usia tertua 45 tahun. Selebihnya, para penyintas merupakan anak-anak, dengan usia termuda enam tahun.
Majalaya dalam Angka
Majalaya dan Solokanjeruk merupakan dua dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung, wilayah dengan luas luas 1.762,4 kilometer persegi. Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Kabupaten Bandung tercatat sebanyak 3.623.790 jiwa dengan komposisi 1.848.018 jiwa laki-laki (51 persen) dan 1.775.772 jiwa perempuan (49 persen).
Jumlah penduduk Kabupaten Bandung meningkat 7,09 persen dari sensus penduduk tahun sebelumnya. Dari jumlah penduduk tersebut, sebanyak 223,21 ribu penduduk berkategori miskin dengan penghasilan 345.177 per bulannya.
Menurut dokumen BPS Kabupaten Bandung, Majalaya dalam angka 2021, Kecamatan Majalaya memiliki luas wilayah 30,09 kilometer persegi yang ditempati 44.016 jiwa penduduk, terdiri dari 21.098 penduduk laki-laki dan 19.659 penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk Majalaya sebanyak 242.499 jiwa per kilometer persegi. Rasio jenis kelamin di Kecamatan Majalaya adalah 103,5 yang berarti bahwa untuk setiap 100 penduduk wanita terdapat 103 hingga 104 penduduk pria.
Penduduk Majalaya tersebar di 7 desa, yakni Pasirjengkol, Majalaya, Ciranggon, Sarijaya, Bengle, Lemahmulya, dan Pasirmulya.
Sarana kesehatan di Kecamatan Majalaya pada tahun 2020 tercatat ada 4 poliklinik/balai pengobatan, 1 Puskesmas (tanpa rawat inap di desa Majalaya), dan 6 apotek. Keberadaan layanan kesehatan dengan kemampuan khusus sangat diperlukan untuk sanggup melayani pasien talasemia.
Di bidang pendidikan, Kecamatan Majalaya memiliki 54 sarana pendidikan, yang terdiri dari 16 sekolah dasar (SD), 6 madrasah ibtidaiyah (MI), 4 sekolah menengah pertama (SMP), 1 sekolah menengah atas (SMA), 1 Madrasah Aliyah (MA), dan 3 sekolah menengah kejuruan (SMK). Dengan rincian:
Jumlah murid SD sebanyak 4.898 orang, dan guru 164 orang. Jumlah murid SMP 2.184 orang, dan guru 77 orang.
SMA di Majalaya hanya satu unit, yakni di desa Bengle, Madrasah Aliyah terdapat 1 unit di Lemahmulya, dan SMK terdapat 3 unit masing-masing 1 unit di Pasirjengkol, Majalaya, dan Lemahmulya. Jumlah murid SMA di Majalaya sebanyak 1.906 murid dengan guru 92 orang.
Sebagian besar penduduk Majalaya bermatapencaharian petani. Hal ini bisa dilihat dengan luas sawah di masing-masing desa, yakni di Ciranggon terdapat sawah 341,05 kilometer persegi, Sarijaya (319,00 km2), dan Bengle (128,00 km2). Jumlah sawah di desa lainnya di Majalaya tidak tercatat BPS Kabupaten Bandung.
Baca Juga: Cerita dari Kantong Penyintas Talasemia di Kawasan Timur Kabupaten Bandung
Perjalanan Panjang untuk Bertahan
Menengok Potret Pekerja Anak di Pabrik-pabrik Tekstil Majalaya
Solokanjeruk dalam Angka
Selain Majalaya, Solokanjeruk diduga kuat menjadi kantong talasemia di Kabupaten Bandung yang memerlukan penanganan tepat agar penyakit ini tidak terus diwariskan. Deteksi dini dan sosialisasi menjadi kunci mengurangi penyakit ini.
Talasemia merupakan satu dari lima besar penyakit dengan biaya pengobatan termahal yang ditanggung BPJS Kesehatan. Satu orang pasien dapat menghabiskan biaya 300-400 juta rupiah per tahunnya.
Solokanjeruk merupakan kecamatan yang berbatasan dengan Kecamatan Majalaya, jaraknya di atas 30 kilometer ke ibu kota Kabupaten Bandung di Soreang.
Solokanjeruk terdiri dari 7 desa (Panyadap, Padamukti, Cibodas, Langensari, Solokanjeruk, Rancakasumba, Bojongkoneng), 113 RW, 400 RT dengan jumlah penduduk pada 2019 sebanyak 89.036 jiwa. Mereka menghuni wilayah 23.557 kilometer persegi, dengan kepadatan penduduk 3.780 jiwa per kilometernya.
Fasilitas kesehatan di Solokanjeruk terdiri dari 1 puskesmas yang terdapat di desa Langensari dan 27 poliklinik yang tersebar di tiap desa. BPS Kabupaten Bandung mencatat kecamatan ini tidak memiliki rumah sakit maupun rumah sakit bersalin. Sehingga pasien talasemia yang membutuhkan pengobatan harus berangkat ke RSUD Majalaya atau ke tempat lain yang memiliki layanan talasemia.
Di bidang pendidikan, Solokanjeruk memiliki 45 unit SD, 12 unit SMP, dan 7 unit SMA. Solokanjeruk tercatat memiliki 90 industri sedang dan 1.314 industri rumah tangga. Mayoritas industri berada di desa Solokanjeruk.