Konsorsium Bandung Menyongsong Pameran Buku Patjar Merah
Patjar Merah akan kembali keliling kota, termasuk ke Bandung. Konsorsium Bandung pun dibentuk untuk menggalang buku dari penerbit alternatif.
Penulis Iman Herdiana1 September 2022
BandungBergerak.id - Iklim perbukuan di Bandung sepertinya mulai menggeliat. Serangkaian acara pameran buku tengah disiapkan mulai September hingga akhir tahun ini. Salah satu pameran terbesar yang kini disusun adalah acara Patjar Merah di mana konsorsium Bandung akan turut berperan.
Ya, Patjar Merah akan mampir ke Bandung, tepatnya di Gedung Bumi Silih Asih, Jalan M Ramdan, November mendatang. Sebagai panitia lokal yang akan mewadahi buku-buku dari penerbit alternatif Bandung, dibentuklah konsorsium Bandung.
Buku hasil pengumpulan konsorsium Bandung kemudian akan dipamerkan di pameran keliling Patjar Merah di Bandung maupun di kota-kota lainnya di Indonesia.
Deni Rachman dari penerbit ProPublic, mengatakan sejauh ini ada lebih dari 15 penerbit yang buku-bukunya akan dihimpun Konsorsium Bandung. Dari 15-an penerbit, jumlah sementara buku yang ditargetkan bisa mencapai lebih dari 300 judul buku.
“[Melalui event Patjar Merah ini] skup perbukuan di Bandung penginnya bisa lebih gede lagi,” harap Deni Rachman, dalam acara Ngobrol Buku Bandung #3 di Daly Routine Coffe, Bandung, Sabtu 27 Agustus 2022.
Diskusi ini dihadiri pihak dari Patjar Merah, komunitas buku, seniman, pedagang buku, dan penerbit buku alternatif Bandung.
Patjar Merah yang menjalin kerja sama dengan empat utama pilar perbukuan: pembaca, penulis, distributor, dan penerbit, menjalankan program utama mereka berupa pameran keliling kota-kota di Indonesia.
Dalam setiap kota yang disinggahinya, Patjar Merah selalu merangkul empat pilar yang ada di kota tersebut. Konsorsium di tiap kota perlu dibentuk karena untuk memudahkan koordinasi.
Deni menuturkan, pameran buku yang digagas Patjar Merah di Bandung jauh hari sudah direncanakan.
“Waktu itu diobrolkan sistem event Patjar Merah ada konsorsium yang koordinasikan penerbit-penerbit ke dalam satu pintu dan nantinya bisa ikuti keliling kota-kota. Nanti semua teknis pengumpulan buku, pengiriman, laporan penjualan, penambahan barang, dan teknis lainnya dikumpulin konsorsium ini,” terang Deni.
Mengenai tempat, selama ini pameran buku di Bandung lebih sering berlangsung di pusat kota, misalnya Gedung Landmark, Jalan Braga. Namun karena keterbatasan ruang publik di Bandung, maka gedung yang dipilih Patjar Merah untuk pamerannya di Bandung adalah Gedung Bumi Silih Asih, Jalan M Ramdan.
Baca Juga: Berbincang dengan Penulis Buku Haji Hasan Mustapa
Sepenggal Sosok Achmad Bassach Joehana dan Karnadi Bandar Bangkong
Benang Merah Ajip Rosidi, Hasan Mustapa dan Pantun Sunda
Lebih dari 1.000 Judul Buku
Windy Ariestanty dari Patjar Merah, mengatakan dalam setiap pamerannya, pihaknya biasa memilih gedung-gedung tua atau tidak terpakai yang sebelumnya jauh dengan kegiatan literasi. Meski demikian, ia bersyukur setiap pameran Patjar Merah selalu dibanjiri pengunjung.
Ia berharap Gedung Bumi Silih Asih, Jalan M Ramdan, yang menjadi tempat penyelenggaraan pameran Patjar Merah juga bisa ramai dipenuhi pengunjung. Walaupun kawasan Jalan M Ramdan jarang disebut-sebut dalam peta perbukuan di Bandung.
Menurut Windy, pameran Patjar Merah membutuhkan gedung atau tempat yang cukup luas. Setiap acaranya, Patjar Merah minimal memamerkan 1.000 judul buku dari penerbit-penerbit alternatif.
Mayoritas buku yang dipamerkan adalah buku baru, buku rekomendasi, dan best seller. Tetapi Patjar Merah juga menyediakan lapak khusus bagi para pelaku lapakan buku-buku lawas.
Bahkan Windy juga menawarkan kepada para pelapak atau penerbit di Bandung yang sudah memiliki acara pameran sendiri untuk membuka lapaknya di Patjar Merah. Contohnya, beberapa acara pameran buku di Bandung yang sudah digelar baru-baru ini adalah Pasar Biru dan Pasar Rayat.
Pasar Biru merupakan pameran buku dengan konsep mengangkat khazanah lokal. Pasar Biru pertama kali digelar di Cibiru, timur Bandung, kemudian di Cicalengka. Sementara Pasar Rayat digelar di Café The Panas Dalam, Jalan Ambon Bandung. Pasar Rayat memadukan konsep barang antik, kaset, dan buku yang dijual dengan sistem pasar tradisional, yakni ada tawar menawarnya.
“Di kami, teman-teman lawasan diberi tempat. Memang ada tawar menawar. Tapi kasir kami tidak akan kesulitan karena ada sistemnya,” kata Windy.