• Literasi
  • Berbincang dengan Penulis Buku Haji Hasan Mustapa

Berbincang dengan Penulis Buku Haji Hasan Mustapa

Buku Melempar Jala Menangkap Berita berisi analisa terhadap surat-surat Haji Hasan Mustapa kepada penasihat pemerintah Belanda, C Snouck Hurgronje.

Buku Melempar Jala Menangkap Berita: Surat-surat Haji Hasan Mustapa untuk C Snouck Hurgronje pada Masa Perang Aceh 1893 – 1895, ditulis Jajang A Rohmana, guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung. (Sumber Foto: Atep Kurnia)

Penulis Iman Herdiana20 Mei 2022


BandungBergerak.id“Melempar Jala Menangkap Berita: Surat-surat Haji Hasan Mustapa untuk C Snouck Hurgronje pada Masa Perang Aceh 1893 – 1895”, demikian judul buku yang ditulis Jajang A Rohmana, guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung.

Buku tersebut dibincangkan secara santai di rumah penulis Atep Kurnia, Cikancung, Kabupaten Bandung, Kamis (20/5/2022). Sebagai bincang santai, acara diskusi ini terasa cair. Acara diberi sedikit pengantar oleh tuan rumah, bahwa buku ini kisah tentang Haji Hasan Mustapa saat menjabat penghulu di Aceh tahun 1893-an.

“Setelah jadi penghulu di Aceh, Haji Hasan Mustapa ke Bandung. Buku ini bersumber dari surat-surat Haji Hasan Mustapa yang kalau dikumpulkan lebih dari 1.000 halaman,” kata Atep Kurnia. 

Selanjutnya panggung diserahkan kepada Jajang A Rohmana, sang penulis. Di hadapan peserta diskusi, Jajang tidak langsung mengulas buku. Ia melingkar dulu ke pengaruh pandemi Covid-19. Selama pandemi, dosen UIN SGD Bandung ini lebih banyak tinggal di rumahnya di Subang.

“Karena corona jarang ke kampus. Segalanya daring. Termasuk menulis dan menerbitkan buku,” katanya.

Baca Juga: Menggambar Jurig Jalan Asia Afrika
Komunitas Kota Bandung dalam Arus Digital
SURAT DARI TAIWAN #4: Transportasi Publik di Hsinchu, dari Halte Plang hingga Bus 5608 yang Garang

Jajang A Rohmana, guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung, penulis buku Melempar Jala Menangkap Berita: Surat-surat Haji Hasan Mustapa untuk C Snouck Hurgronje pada Masa Perang Aceh 1893 – 1895. (Sumber: Hafidz Azhar)
Jajang A Rohmana, guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung, penulis buku Melempar Jala Menangkap Berita: Surat-surat Haji Hasan Mustapa untuk C Snouck Hurgronje pada Masa Perang Aceh 1893 – 1895. (Sumber: Hafidz Azhar)

Surat untuk C Snouck Hurgronje

Bahan buku “Melempar Jala Menangkap Berita” terutama dari surat-surat Haji Hasan Mustapa yang ditujukan kepada penasihat pemerintah Belanda, C Snouck Hurgronje. Jajang juga mendapat sumbangan bahan dari rekan seperjuangan, salah satunya dari Atep Kurnia.

Surat-surat Haji Hasan Mustapa didapatkan Jajang dari perpustakaan online Leiden, sewaktu perpustakaan ini bebas diakses. Sekarang perpustakaan Leiden menutup akses gratisnya. Pengakses harus bayar kalau memerlukan bahan kepustakaan.

Buku “Melempar Jala Menangkap Berita” lahir setelah melewati proses riset panjang 10 tahun. Walaupun proses memulai penulisannya dimulai 2018.

Ide awal Jajang menggarap karya Haji Hasan Mustapa berasal dari tokok literasi Sunda, Uwa Sasmita. Waktu itu sudah ada beberapa intelektual yang menggarap karya-karya Haji Hasan Mustapa—Ajip Rosidi bahkan telah menulis buku tentang dangding Haji Hasan Mustapa—tetapi Jajang melihat masih banyak celah yang bisa digarap.

“Memang sudah ada yang menggarap karya-karya Haji Hasan Mustapa. Ajip Rosidi ga sempat baca surat-suratnya. Akhirnya saya melihat celah, itu yang harus diulik,” katanya.

Dari Uwa Sasmita, Jajang mendapatkan foto kopian dangding karya Haji Hasan Mustapa yang ditulis tangan dalam bahasa Arab. Foto kopiannya sudah buram karena dimakan usia. Surat-surat Haji Hasan Mustapa yang ia dapat dari perpustakaan Leiden pun tulisan tangan berbahasa Arab.

Proses ekstrak surat cukup rumit karena surat di perpustakaan Leiden tidak bisa diunduh melainkan hanya bisa diforo (screenshot). Untuk mendapatkan kejelasan surat, Jajang membagi satu surat dengan empat kali tangkapan layar dan digabungkan ke dalam Microsoft Word.

“Jadi memang cukup leukleuk (membosankan). Sekarang kalau mau bahan dari perpustakaan Leiden harus bayar. Satunya di atas ratusan ribu rupiah per gambar. Sekarang diblokir. Dulu 2010, mulai download (screenshot) hampir semua surat dapat,” cerita guru besar paling muda di UIN SGD Bandung kelahiran 1976 tersebut.

Setelah semua bahan rapi, barulah Jajang masuk pada proses penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Proses ini tak semudah yang diucapkan. Penerjemahan bahasa Arab membutuhkan keahlian khusus yaitu menguasai bahasa Arab.

Untungnya Jajang lulusan pesantren Persis di Garut. Ilmu membaca bahasa Arab yang dikuasainya menjadi modal utama dalam memanfaatkan teks atau manuskrip kuno yang ditulis Haji Hasan Mustapa. Meski demikian penerjemahan surat yang ditulis tangan tidaklah semudah menerjemahkan teks cetakan.

“Setelah disalin, diterjemahkan satu satu. Itu pun tak langsung jadi. Dibaca dulu dari awal, untuk melihat logis (runtut) tidaknya. Memang perlu kerja keras dari menyalin sampai menerjemahkan,” tuturnya.

Selesai menerjemahkan, Jajang masuk ke fase berikutnya, yakni analisis di mana penulis harus memberikan penafsiran dan konteks lahirnya surat tersebut. Di bab ini diketahui bahwa Haji Hasan Mustapa erat sekali kaitannya dengan sejarah Aceh di masa kolonial Belanda.

Pada era surat itu ditulis, Haji Hasan Mustapa adalah informan sekaligus pejabat penghulu di Aceh. Informan berarti pegawai yang digaji Belanda yang tugasnya memberikan informasi kepada pejabat Belanda di Aceh.

Tak hanya itu, Haji Hasan Mustapa juga menjadi informan bagi C Snouck Hurgronje, penasihat pemerintah Belanda. Informasi inlah yang dikirimkan Haji Hasan Mustapa melalui surat-suratnya yang menjadi sumber primer buku Jajang.

“Snock ingin informasi tentang para pejuang Aceh masa itu. Informasi dari Hasan Mustapa (untuk Snock) jero (dalam), semuanya diceritakan, seperti melempar jala mau ikan sepat apa pun dimasukan, sesuai saran Snock. Termasuk info kecil tentang kemalingan, bencana, wabah, hukum gugat, cerai, kawin, wakaf, tentang orang Arab dan China di Aceh,” urai Jajang.

Singkat kata, banyak informasi yang bisa ditimba dari surat-surat Haji Hasan Mustapa terkait sejarah Aceh. Termasuk hubungan Haji Hasan Mustapa dengan Teuku Umar -- suami Cut Nyak Dien -- pejuang Aceh yang sempat berpura-pura bekerja pada Belanda dan kemudian berbalik menyerang Belanda.  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//