• Cerita
  • Menggambar Jurig Jalan Asia Afrika

Menggambar Jurig Jalan Asia Afrika

Institut Drawing Bandung (IDB) dan Drawing Garis Hitam menggelar acara menggambar bersama bertajuk Marakayangan Drawing. Seni gambar sebagai pendidikan untuk semua.

Pameran Marakayangan Drawing di Galeri Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan 9, Kota Bandung, Selasa (05/17/2022). Pameran ini digelar Institut Drawing (IDB) dan Drawing Garis Hitam. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Penulis Reza Khoerul Iman19 Mei 2022


BandungBergerak.id – Cengkeraman situasi buruk pagebluk yang menimpa para seniman di Kota Bandung semenjak tiga lebaran lalu telah membuat mereka kewalahan mengahadapinya. Para seniman seperti bergentayangan di tengah situasi pagebluk, mereka ada namun tidak bisa berkegiatan di muka publik, bahkan untuk menampilkan batang hidung di publik pun mereka tidak bisa.

Berangkat dari situasi mencekam tersebut, para seniman rupa di Kota Bandung melalui Institut Drawing (IDB) dan Drawing Garis Hitam menggelar acara menggambar bersama di sepanjang ruas Jalan Asia Afrika dengan Gedung Merdeka dan jurig Asia Afrika sebagai subjek gambarnya, kemudian acara yang bertajuk “Marakayangan Drawing” tersebut diakhiri dengan  pameran gambar yang digelar di Galeri Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan 9, Kota Bandung.

“Saat itu Kang Hawe (Hawe Setiawan) mengusulkan agar acara ini diberi judul marakayangan. Itu kan artinya gentayangan, menyesuaikan dengan kondisi para seniman yang pada saat pandemi bergentayangan. Ya, kita mau eksis pun gak bisa dan lain sebagainya, baik itu seniman rupa, ataupun seniman yang lainnya,” tutur Ketua Pelaksana Marakayangan Drawing, Andi Yuda kepada BandungBergerak.id, Selasa (05/17/2022).

Andi Yuda menjelaskan bahwa marakayangan merupakan verba Sunda untuk melukiskan arti bergentayangan. Kemudian pemilihan jurig (hantu) yang bergentayangan di depan Gedung Merdeka sebagai subjek menggambar merupakan bentuk asosiasi dari bergentayangannya para seniman pada saat pagebluk.

Hal lain yang mendorong IDB menjadikan jurig Asia Afrika sebagai tema utama dalam kegiatan tersebut adalah hasil pemikiran mereka yang lambat laun tersadar bahwa sesuatu yang selama ini dijadikan sebagai embel-embel ternyata  pada dasarnya layak untuk dijadikan sebagai tema utama dalam menggambar. Oleh karenanya pada acara tersebut Gedung Merdeka tidak mendapat panggung utama, melainkan para  jurig Asia Afrikalah yang dijadikan sebagai pusat perhatian pada bidang gambar, sedangkan arsitektur dan lanskap kota cukup dijadikan latarnya.

Kemudian Andi mengaku pada awalnya kegiatan ini akan dilakukan dengan menggelar flash mob, sebagaimana yang pernah mereka lakukan pada 2019 lalu di Car Free Day Dago. Namun mempertimbangan arahan dari Satgas COVID bahwa pagebluk belum sepenuhnya usai, pada akhirnya mereka  memecah jadwal menggambar menjadi beberapa hari, yakni kegiatan menggambar bersama berlangsung pada tanggal 08-13 Mei 2022 dan para peserta bebas menentukan hari bagi mereka untuk menggambar, dan tentunya tidak usah berkerumun di satu hari yang sama.

Hasil dari kegiatan tersebut berhasil menampung sekitar 300 gambar dari sekitar 200 peserta dari usia mulai empat tahun, siswa SD, SMP SMA, Mahasiswa sampai seorang perupa sekelas maestro seperti Isa Perkasa, Yus, Kapten Jon, Budi Dalton, dan lain sebagainya. Ratusan gambar tersebut kemudian ditampung oleh panitia untuk dipamerkan di Galeri Pusat Kebudayaan.

Baca Juga: Keliru sejak Awal Peruntukan, Teras Cihampelas Bisa Membahayakan Pengguna Jalan
SUARA SETARA: Mencari Pendidikan yang Mengabdi pada Rakyat
Potensi Ekonomi Sampah Kota Bandung Bisa Mencapai Ratusan Juta Per Hari

Pameran Marakayangan Drawing di Galeri Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan 9, Kota Bandung, Selasa (05/17/2022). Pameran ini digelar Institut Drawing (IDB) dan Drawing Garis Hitam. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)
Pameran Marakayangan Drawing di Galeri Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan 9, Kota Bandung, Selasa (05/17/2022). Pameran ini digelar Institut Drawing (IDB) dan Drawing Garis Hitam. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

MEInggambar

Selain menjadi kegiatan rutin IDB, rangkaian acara menggambar bersama dan pameran Marakayangan Drawing juga dikolaborasikan dengan Indonesia Menggambar untuk mendukung perayaan bulan menggambar nasional yang bertepatan pada bulan Mei.

Peringatan bulan menggambar nasional tersebut merupakan hasil gagasan Forum Drawing Indonesia yang dideklarasikan pada 14 Mei secara serentak di Indonesia. Andi mengaku peringatan bulan menggambar dengan konsep MEInggambar di Kota Bandung merupakan konsep bentukannya yang baru pertama kali diterapkan di Kota Bandung, dan ke depannya akan menjadi salah satu kegiatan seni rupa khas Kota Bandung.

Andi juga menjelaskan, sebenarnya peringatan bulan menggambar nasional jatuh pada hari pendidikan nasional, yaitu tanggal 2 Mei. Menurutnya, menempatkan hari menggambar nasional  serentak dengan peringatan hari pendidikan nasional merupakan keputusan yang sangat tepat, karena menggambar juga bentuk dari proses pendidikan.

“Ini tepat karena menggambar ini proses pendidikan. Jangan sampai menggambar itu jadi sebatas hobi semata atau tidak dianggap sebagai proses pendidikan. Perlu diketahui bahwa anak-anak sebelum bisa menulis, menghitung, dan membaca itu awalnya menggambar, jadi itu basic sekali. Makanya tepat tanggal 2 Mei dijadikan juga hari menggambar nasional,” ucap Andi.

Selain itu kegiatan MEInggambar ini diharapkan menjadi sesuatu yang membumi, bukan menjadi sesuatu yang dinilai kompleks. Oleh karenanya IDB selalu menunjukkan bahwa menggambar itu merupakan sesuatu yang menyenangkan, bukan eksklusif atau hanya milik para seniman saja, melainkan siapa pun boleh menggambar dan dapat menjadi proses penggembiraan diri.

Salah satu peserta MEInggambar yang merupakan siswi SMA, Ru mengaku sangat antusias mengikuti rangkaian acara tersebut. Ia yang mengaku sudah memiliki minat menggambar sejak lahir sangat senang ketika gambarnya tepat berada di bawah gambar Isa Perkasa, salah satu pendiri IDB.

Baginya pameran ini merupakan keikutsertaannya dalam mengikuti pameran dalam hidupnya. Pertama ia mengikuti pameran di Maranatha dan masuk 50 besar, kedua ia mengikuti pameran Marakayang Drawing dengan gambar Gedung Merdeka dan sepotong kepala hantu dengan leher panjang keluar dari salah satu fasad Gedung Merdeka. Ia menyebut gambarnya menggunakan teknik fish eye line.

“Jadi ini pakai teknik fish eye line karena aku lihat banyak yang jago-jago jadi mesti pakai teknik yang berbeda dari yang lain. Dalam menyelesaikan gambarnya juga saya pakai teknik Sangkuriang, jadi semalaman saya selesaikan gambar ini,” ucap Ru.

Kini langkah menuju impiannya sebagai seniman wanita telah semakin maju, terlebih baru belakangan ini ia telah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan seni ke tingkat yang lebih tinggi yaitu di Universitas Maranatha. Ia berharap suatu saat nanti dapat menjadi seorang seniman maestro.

Stimulus untuk Membangkitkan Gairah Menggambar

Penyelenggaraan rangakaian kegiatan menggambar di bulan menggambar nasional menjadi stimulus untuk membangkitkan gairah menggambar bagi siapa pun yang memiliki minat dalam menggambar, setelah sebelumnya dipukul hebat oleh musim pagebluk yang serba terkekang.

Sekitar 300 gambar yang tergantung di Gedung Pusat Kebudayaan Kota Bandung mendorong para pengunjung untuk mengangkat kembali alat gambar mereka. Hal ini diakui oleh dua mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia jurusan pendidikan seni rupa, yaitu Ana dan Nada. Mereka mengaku terkesima ketika melihat ratusan karya yang menggantung tersebut.

“Acara ini jadi pembangkit semangat dan jadi inspirasi bagi kami yang deket-deket mau ke pameran. Kita juga karya di rumah sudah banyak yang terbengkalai, jadi waktu lihat semua karya ini jadi terdorong ingin berkarya lagi,” ungkap Ana saat ditemui BandungBergerak.id.

Molornya aktivitas seni di Kota Bandung di tengah pandemi memang membuat semangat para peminat seni menjadi kendor. Namun setelah kembali menemukan titik terang dengan maraknya kegiatan seni di Kota Bandung, secara perlahan para peminat seni beriringan kembali ke jalannya.

Kini para seniman dapat kembali menemukan wadah mereka untuk dijadikan sebagai media untuk belajar dan menjadi kesempatan untuk menampilkan karya-karya mereka. Terlebih acara yang dilakukan secara offline ini diakui amat berbeda dengan online, jadi ketika offline mereka bisa langsung bertanya dan mendapat arahan secara langsung.

“Kalau aku jujur samangat senang dengan kembali maraknya kegiatan seni di Kota Bandung. Apalagi sebelumnya kita dihajar corona dalam waktu yang cukup lama, terus kegiatan juga banyak sekali beralih ke online yang akhirnya buat jenuh juga. Jadi kegiatan ini bener-bener buat kami senang,” pungkas Nada.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//