• Berita
  • Potensi Ekonomi Sampah Kota Bandung Bisa Mencapai Ratusan Juta Per Hari

Potensi Ekonomi Sampah Kota Bandung Bisa Mencapai Ratusan Juta Per Hari

Jika sampah Bandung Raya bisa dikelola menjadi kompos, maka mempunyai potensi ekonomis setidaknya Rp 450 juta per hari.

Situasi di tempat pembuangan akhir sampah Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, 7 November 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana17 Mei 2022


BandungBergerak.idPersoalan sampah Kota Bandung tak akan habis dibahas sepanjang tak ada pengurangan yang pasti dan signifikan. Belum lagi dengan habisnya masa pakai TPA Sarimukti yang merupakan satu-satunya tempat pembuangan sampah dari Kota Bandung. Ancaman Bandung lautan sampah pun sudah lama bergema.

Banyak penelitian yang mengkaji permasalahan sampah Kota Bandung maupun solusinya. Tetapi hasil kajian para ahli ini belum bisa sepenuhnya teralisasi oleh Pemkot Bandung maupun warga Bandung. Salah satu penelitian dilakukan Wahyu Surakusumah, dari Jurusan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Dari penelitian bertajuk “Permasalahan Sampah Kota Bandung dan Alternatif Solusinya” yang dikutip BandungBergerak.id, Senin (16/5/2022), diketahui bahwa sampah organik Kota Bandung menyimpan potensi tinggi kalau dirupiahkan.

Wahyu telah menghitung jika sampah di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Cimahi (Bandung Raya) bisa dikelola menjadi kompos, maka mempunyai potensi ekonomis setidaknya Rp 450 juta per hari.

“Angka tersebut dihitung berdasarkan jumlah sampah di Bandung Raya yang berjumlah 15.000 m3, dengan diasumsikan separuhnya merupakan sampah organik (bahan pembuat kompos),” kata Wahyu.

Bahkan seandainya semua sampah tersebut bisa dikelola secara efektif, nilai ekonomisnya mungkin akan lebih tinggi lagi. Wahyu kemudian mengutip keterangan dari Ketua Umum APPKMI (Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia) Jawa Barat, bahwa dengan 8.148 m3 sampah per hari jika diolah menjadi kompos, paling tidak menghasilkan 30 persen kompos atau setara dengan 2.250.000 kg.

Jika dijual dengan harga standar Asosiasi Kelompok Usaha UPPKS, mereka bersedia membeli Rp 200,00 per kilogram yang artinya akan didapat Rp 450 juta per hari. Dan seandainya langsung dijual ke pasar umum nilainya bisa lebih tinggi lagi, harga pasarannya saat ini Rp 500 - Rp 600 per kilogram.

Menurut Wahyu, inovasi pemanfaatan sampah organik menjadi kompos, juga muncul dari Dinas Tanaman Pangan Jawa Barat. Namun inovasi tersebut, sejauh ini belum dapat termanfaatkan. Wahyu kemudian mengutip keterangan dari Kepala Dinas Tanaman Pangan Jabar, Entang Ruchiyat, yang menyatakan sejumlah hasil litbang memang sudah ada, namun sejauh ini relatif masih "sepi" peminat.

“Padahal, tadinya sempat diharapkan ada minat dari pemerintah atau pengelola sampah, untuk memanfaatkan teknologi tersebut,” ungkap Wahyu.

Pada sisi lain, di Jawa Barat sendiri sedang muncul tren meningkatnya konsumsi pertanian organik, baik sayur-sayuran, tanaman pangan, buah-buahan, produk perkebunan, dan lain-lain. Seharusnya teknologi pengelolaan sampah organik kemudian dimanfaatkan untuk mendukung perkembangan usaha pertanian organik tersebut.

Wahyu menyatakan, selain sampah organik, sampah anorganik pun mempunyai potensi yang baik juga. Pemamfaatan sampah anorganik dapat digunakan untuk menjadi bahan mentah produk kerajinan atau produk-produk yang bahan dari proses daur ulang yang semuanya memiliki nilai jual sekaligus menjadi potensi ekonomi bagi masyarakat.

Baca Juga: Waisak di Bandung, Momen Kebangkitan dari Pandemi
Pertarungan Seni Grafis Kubu Yogyakarta dan Kubu Bali di Bandung
Jerit PKL di atas Mati Surinya Teras Cihampelas

Wali Kota Bandung Mengajak Berkolaborasi

Penelitian yang dilakukan Wahyu Surakusumah merupakan sebagian kecil dari banyak riset tentang sampah Kota Bandung. Masalahnya tinggal eksekusi di level pemegang kebijakan dan kemudian di turunkan ke masyarakat.

Sementara masalah sampah Kota Bandung tinggal menghitung hari seiring kelebihan kapasitas TPA Sarimukti yang tahun 2023 kemungkinan besar akan ditutup, seperti disampaikan Wali Kota Bandung, Yana Mulyana.

Yana mengatakan, produksi sampah Kota Bandung 1.500 ton per hari. Bila tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi masalah yang besar.

"Kemungkinan tahun depan TPA Sarimukti ditutup. Saya juga tidak yakin tahun 2024 juga TPA Legok Nangka juga beroperasi. Maka saya harap sampah bisa dikelola lebih awal, sebelum ke TPS," ujar Yana Mulyana, saat menghadiri Halal Bihalal sekaligus peresmian sarana pengolahan sampah organik dan sarana olahraga di RW 07 Kelurahan Antapani Kidul, Kecamatan Antapani, Minggu (15/5/2022).

TPA Legok Nangka direncanakan akan menjadi tempat pembuangan sampah dari Kota Bandung sebagai pengganti TPA Sarimukti yang sudah kewalahan menerima kiriman sampah dari Bandung Raya. Namun kepastian operasional TPA Legok Nangka dalam waktu dekat, masih diragukan.

Yana Mulyana mengajak partisipasi seluruh elemen masyarakat untuk kolaborasi mengelola sampah di Kota Bandung. Sebab kolaborasi dari semua pihak, mulai dari pengurus lingkungan, komunitas hingga masyarakat umum, sangat diperlukan dalam mengatasi permasalahan sampah.

Salah satunya dengan cara daur ulang sampah organik dan anorganik serta tata kelola pengolahan sampah di tingkatan terendah. Ia mengakui penyelesaian masalah sampah tidak bisa dilakukan sendiri oleh Pemkot Bandung. “Butuh partisipasi masyarakat mulai menyelesaikan sampah di lingkungan kita," kata Yana.

Di Kota Bandung sudah ada beberapa daerah yang berinisiatif melakukan pemilahan sampah agar buangan ke TPS berkurang. Salah satunya dilakukan Kelurahan Antapani Kidul. Ketua Rukun Warga 07, Maman Sulaeman mengatakan, saat ini warga diajak untuk memilah dan memilih sampah organik dan anorganik. Sampah organik kata dia, diolah menjadi pupuk kompos. Sementara sampah anorganik, bisa diolah sehingga memiliki nilai ekonomi sendiri.

"Kalau tidak membantu dengan 3R (reduce, reuse, recycle) atau Kang Pisman maka sulit untuk menangani sampah di Kota Bandung akan sulit. Mari sama-sama membantu pemerintah kota kita tercinta," kata Maman.

Sejauh ini, upaya 3R atau Kang Pisman di Kota Bandung baru berjalan di beberapa kelurahan atau kecamatan. Kota Bandung sendiri terdiri dari 30 kecamatan. Jika semua kecamatan dan kelurahannya kompak memilah sampah, maka dipastikan buangan sampah ke TPS maupun TPA akan berkurang.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//