• Kampus
  • Peneliti UI Temukan Bukti Pelaut Indonesia Sudah Berlayar Sebelum Eropa

Peneliti UI Temukan Bukti Pelaut Indonesia Sudah Berlayar Sebelum Eropa

Penemuan ini memperkuat bukti bahwa nusantara adalah negeri para pelaut.

Penelitian arkeologis terhadap perahu kuno di desa Lambur, Jabung Timur, Provinsi Jambi. (Dok UI)

Penulis Iman Herdiana30 April 2021


BandungBergerak - Bangsa Indonesia telah mampu membuat kapal besar yang mampu menjelajah sangat jauh di lautan lepas, bahkan sebelum kedatangan bangsa Eropa. Kesimpulan ini hasil dari penelitian terhadap perahu kuno di desa Lambur, Jabung Timur, Provinsi Jambi, oleh Ali Akbar, Dosen Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI).

Ali Akbar mengatakan, penemuan kapal kuno tersebut menjadi bukti bahwa nenek moyang nusantara adalah pelaut andal. Jika bangsa Eropa dikenal sebagai penjelajah dunia pada sekitar abad ke-14 Masehi, namun dengan adanya penemuan ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia juga mampu berlayar ke Persia pada sekitar abad ke-10 Masehi.

Berdasarkan riset, diketahui panjang perahu kuno tersebut adalah 24 meter dengan lebar 5,5 meter dan dibuat pada awal abad ke-16 Masehi. Sebagai perbandingan, pada akhir abad ke-16, tepatnya tahun 1596, Cornelis de Houtman, pelaut Belanda yang pertama mendarat di Indonesia, membawa empat kapal berukuran panjang 24 meter yang mampu mengarungi samudra dari Eropa sampai ke Nusantara.

"Hal ini menunjukkan bahwa teknologi perahu kuno di Jambi ini dapat menyamai kemampuan kapal-kapal Eropa tersebut," terang Ali Akbar, yang mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “The Lambur Shipwreck: Archaeological excavation in Tanjung Jabung Timur, Jambi, Indonesia” pada kegiatan seminar “Watercraft of the Islamicate World” pada Selasa (27/4/2021), dikutip dari laman resmi UI, Jumat (30/4/2021).

Acara yang diselenggarakan secara virtual itu diikuti peserta dari luar negeri. Ali Akbar merupakan satu-satunya pembicara yang mewakili Indonesia.

Ia memaparkan, penyusunan papan-papan perahu kuno tersebut menggunakan teknik papan ikat dan kuping pengikat (sewn plank and lashed-lug technique). Teknik ini merupakan ciri khas teknik pembuatan kapal masyarakat Asia Tenggara atau Austronesia dan diterapkan mulai dari sekitar abad ke 1 Masehi.

Baca Juga: Peninggalan Van Lith di Kampus UPI Purwakarta
Mencermati Teknologi Robot yang Semakin Dekat dengan Manusia
FKUI Teliti Kesediaan Mahasiswa Kedokteran Menjadi Relawan Pandemi Covid-19
Survei UI, Hanya Sedikit Dosen dan Mahasiswa Pilih Kuliah Tatap Muka

Perahu kuno yang dibikin dengan sewn plank and lashed-lug technique antara lain ditemukan di Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Indonesia.

Perahu ini diyakini merupakan sisa peradaban Kerajaan Zabaj (Sabak) yang terletak di antara India dan Cina serta berada di garis ekuator. Kerajaan ini merupakan kerajaan maritim berbudaya Islam yang terkenal dengan kemampuan penjelajahan kapal-kapal mereka.

"Berdasarkan catatan kuno, perahu-Zabaj juga telah sanggup berlayar ke Persia yakni ke Pelabuhan Siraf di Iran," katanya.

Penelitian ini merupakan hasil kerja sama antara UI dan Pemerintah Daerah Tanjung Jabung Timur dengan tujuan peningkatan kualitas pariwisata di lokasi Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi.

“Situs tersebut terletak di lokasi transmigrasi yang terbilang cukup sepi. Diharapkan berdasarkan penelitian ini, pengolahan pariwisata daerah tersebut dapat dilakukan dan situs ini dapat menjadi media pembelajaran bagi masyarakat umum,” ujar Ali.

Seminar “Watercraft of the Islamicate World” merupakan kegiatan yang digelar oleh The Centre for Islamic Archaeology of the Institute of Arab & Islamic Studies (IAIS) University of Exeter. Universitas di Inggris ini merupakan salah satu universitas terkemuka dunia yang memiliki ranking 164 menurut QS World University Rankings pada tahun 2020.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//