• Kolom
  • Presiden Perhimpunan Braga

Presiden Perhimpunan Braga

Kiprah Perhimpunan Braga, yang jejaknya terlacak sejak 1882, menjadikan Bandung sebuah kota maju yang memberi ruang pada penampilan drama, musik, dan kesusastraan.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Salah satu iklan yang diumumkan oleh direksi perhimpunan musik dan tunil Braga. (Sumber: De Preanger-bode edisi 4 November 1897)

9 Mei 2021


BandungBergerak.id - Vereeniging Braga (Perhimpunan Braga) adalah nama awal bagi “De Muziek- en tooneelvereeniging ‘Braga’” yang pernah berjaya di Bandung sejak 1882. Perhimpunan tersebut dimaksudkan sebagai wahana untuk mempromosikan interaksi sosial kalangan Eropa, terutama Belanda, melalui penampilan drama, musik, dan kesusastraan. Dalam tulisan ini, saya hendak menjejaki perkembangan organisasi tersebut, sekaligus presiden pertamanya.

Tahun 1882 saya jadikan titik pijakan karena memang dari mulai saat itulah ada kabar yang menyatakan kegiatan perhimpunan Braga, meski nantinya kita akan sama-sama mengetahui bahwa sebagai badan hukum, organisasi tersebut diakui oleh pemerintah kolonial pada 1883. Dengan demikian, logikanya ada orang-orang yang waktu itu berkumpul dan melakukan serangkaian kegiatan yang bertalian dengan musik dan teater, dengan nama Vereeniging Braga, lalu mengajukan izin kepada pemerintah agar diakui secara resmi.

Kabar paling lama yang menyatakan tentang keberadaan Perhimpunan Braga termuat dalam koran Java-bode edisi 5 April 1882 dan Bataviaasch handelsblad edisi 7 September 1882. Keduanya memuat surat pembaca dari Bandung. Dalam Java-Bode penulisnya mengaku sebagai “Een oude bezoeker van de Sociteit” atau seorang mantan pengunjung Societeit Concordia. Sementara dalam Bataviaasch handelsblad si penulis mengaku sebagai Delphinium.

Pembaca yang menulis dari Bandung pada April 1882 untuk Java-Bode menyatakan bahwa kota tersebut sekarang sangat maju (“dat die plaats zeer vooruitgaat”). Penandanya adalah perhimpunan teater Braga (“een tooneel vereeniging ‘Braga’”) dan grup musik Terzetto Italia (“een Italiaansch Terzetto”) yang dibayar bulanan sebesar 250 gulden dari iuran warga Bandung. Pagelaran musiknya diselenggarakan hari Kamis dan Minggu pada pukul 19.00 hingga 21.00 dan hari Sabtu antara pukul 21.00 hingga 01.00 di Societeit Concordia. Anak-anak muda Bandung pun belajar menari dari para pemusik Terzetto itu. 

Sementara Delphinium memberikan pernyataan menarik. Dalam surat yang bertitimangsa 19 Agustus 1882, antara lain, ia menyatakan bahwa pada dasarnya orang Bandung sejati terlahir sebagai komedian (“De echte Bandonger is een geboren komediant”). Pernyataan lainnya soal asal-usul nama Perhimpunan Braga. Katanya, 90 persen versinya masih teka-teki meski umumnya menganggap sebagai tanda cinta.

Delphinium sendiri punya beberapa kemungkinan. Katanya, nama itu bisa saja diambil dari Bragi, nama dewa puisi dan kefasihan lidah bangsa Viking, dari bahasa Prancis kuno “braguer” (menuntun kepada hidup yang bergairah), atau dari Inggris kuno “braggadocio”. Ia menyatakan pula bahwa orang yang “bragaful” berarti menunjukkan keadaan yang sedang bersemangat atau bergairah, yang tentu tidak akan demikian bila berhadapan dengan Odin atau Wodan, pelindung sekaligus ayah bagi dewa Braga. Yang jelas, seperti surat pembaca sebelumnya, Delphinium menyatakan bahwa Perhimpunan Braga di Bandung tengah berkembang.

Dari dua surat pembaca tersebut, kita sama-sama mafhum bahwa Perhimpunan Braga telah ada sejak awal 1882, namun baru beroleh status hukumnya setahun kemudian. Dari warta Java-bode (6 Juni 1883), diketahui bahwa Perhimpunan Braga dibentuk dengan maksud untuk mempromosikan interaksi sosial dengan jalan menghidangkan pagelaran drama, musik, dan kesusastraan (“Te Bandoeng heeft zich gevormd de vereeniging ‘Braga’ met het doel het gezellig verkeeer door het geven van uitvoeringen op dramatisch, muzikaal en litterarisch gebied te bevorderen”).

Dari De locomotief (8 Juni 1883), diketahui bahwa pengakuan hukum atas Perhimpunan Braga dimuat dalam Staatsblad no. 152. Adapun tanggal persisnya termaktub dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie over het Jaar 1883 (1884: 11). Di situ disebutkan “Ordonnantie dd. 28 Mei 1883. Goedkeuring van de statuten der vereeniging Braga te Bandong (Preanger-Regentschappen) en erkenning dier vereeniging als rechtpersoon” (Ordonansi tanggal 28 Mei 1883. Pengakuan status Perhimpunan Braga di Bandung atau Keresidenan Priangan dan pengakuannya sebagai badan hukum). Dari situ jelas sudah bahwa perhimpunan Braga baru sah ada sejak 28 Mei 1883.

Baca Juga: Leendert Mendirikan Maison Bogerijen
Juru Lelang George Loheyde
Presiden Pertama Societeit Concordia

Adrianus Daniel Jacobus Groenemeijer

Di balik pendirian dan keberhasilan Perhimpunan Braga ada peran Adrianus Daniel Jacobus Groenemeijer (1844-1900) yang menjadi presiden pertamanya. Biodata singkatnya dapat saya peroleh dari genealogieonline.nl (diakses 18 April 2021). Di sana disebutkan bahwa A. D. J. Groenemeijer dilahirkan pada 10 April 1844 di ‘s-Gravenhage, Zuid-Holland. Pekerjaannnya insinyur dan sempat diangkat menjadi “Hoofd-ingenieur 1e kl. Waterstaat”. Istrinya, Petronella Johanna Christina Dentzsch, dinikahi di Surabaya, pada 31 Juli 1867. Groenemeijer meninggal di Pamekasan, Madura, pada 30 Desember 1900.

Soalnya, bagaimana dan kapan dia bermukim di Bandung? Jawabannya dapat diperoleh dengan menelusuri perjalanan karier Groenemeijer. Informasi paling lama mengenai dirinya dapat dilacak dari De ‘s Gravenhaagsche nieuwsbode (14 Agustus 1859). Di situ disebutkan bahwa Groenemeijer sejak 1 Oktober 1858 diangkat sebagai prajurit kelas 3 pada Koninklijk Instituut voor de Marine te Willemsoord. Beberapa tahun kemudian, jejaknya dapat ditemui pada De Oostpost (27 April 1865) yang menyatakan Groenemeijer bekerja sebagai prajurit kelas 1 dalam kapal laut pengawas di Surabaya.

Setahun kemudian, Groenemeijer diangkat menjadi aspiran insinyur pada dinas pekerjaan umum di Hindia Belanda. Posisi sebelumnya adalah “adelborst der eerste klasse” dalam angkatan laut Kerajaan Belanda (De Locomotief, 3 April 1866). Ia lalu dipindahkan dari Manonjaya ke Sumedang (Java-bode, 9 Maret 1870), kemudian dari Sumedang ke Batavia (Java-bode, 9 Agustus 1871), dan diangkat menjadi insinyur kelas tiga (Bataviaasch Handelsblad, 7 Februari 1872). Groenemeijer dipindahkan lagi ke Tangerang (De Locomotief, 5 Agustus 1873). Pada 1879, ia disebut-sebut sebagai pegawai nonaktivitas bergolongan kelas dua (Java-bode, 30 Oktober 1879). Tetapi memasuki 1880, dia dipekerjakan lagi di Batavia dan diangkat menjadi insinyur kelas pertama (Bataviaasch Handelsblad, 7 April 1880).

Jejak Gronemeijer di Bandung baru saya temukan dalam berita Soerabaijasch Handelsblad (11 November 1882). Sebagai insinyur kelas pertama dari dinas pekerjaan umum di Keresidenan Priangan, ia diangkat menjadi anggota komisi sekolah di Bandung. Sementara itu, kepindahannya dari Bandung terjadi pada 1884. Dalam De Locomotief (24 Juni 1884) diberitakan Groenemeijer dipindahkan ke Batavia.

Dari penelusuran karier tersebut dapat disimpulkan bahwa mula-mula Groenemeijer bekerja sebagai tentara atau prajurit angkatan laut Kerajaan Belanda, kemudian sejak 1866 dipindahkan ke dinas pekerjaan umum Hindia Belanda, dan paling tidak sejak 1881 hingga 1884 bekerja di Bandung. Dengan demikian, saya kira Groenemeijer bekerja di ibu kota Keresidenan Priangan itu selama sekitar empat tahun. Barangkali antara 1881 hingga 1882 adalah masa-masa dia melihat-lihat, memperhatikan, bergaul, dan mulai turut terlibat dalam pelbagai aktivitas yang hendak mencirikan Bandung sebagai tempat yang maju, beradab, dan layak dijadikan ajang pergaulan bagi kalangan Eropa.

Barangkali memang demikian yang terjadi, sesuai tulisan bertajuk “De Muziek- en tooneelvereeniging ‘Braga’” (dalam De Preanger-bode, 12 Februari 1922). Tulisan tersebut berisi sejarah dan perkembangan Perhimpunan Braga. Konon, mula-mula ada rapat umum pada 13 Januari 1882 untuk menentukan pendirian sebuah asosiasi. Lalu aturan organisasi dibuat dan dilayangkan pada 21 Februari 1882. Sementara pagelaran drama pertama yang dihelat Perhimpunan Braga terjadi pada 5 Februari 1882 dengan mengetengahkan lakon “De twee dooven” dan “Dirk Nergensthuis of de Gewaande Baron”.

Dewan pengurus pertama Perhimpunan Braga terdiri atas Residen Priangan J. M. van Vleuten sebagai pelindung, Groenemijer sebagai presiden, serta Van Gelder, Van Haastert, Kampschuur dan Keijzer sebagai komisaris. Anggota kerjanya untuk tahun 1882 terdiri atas nyonya-nyonya Van Bergen, Van Es, Van Gelder, Van Dam, dan Van Vleuten, serta tuan-tuan Benthem van den Berg, Beijnon, Chauvigny de Blot, Van Es, Van Haastert, Van de Kamer, jhr. De Koek. Munniks de Jongh, De Nooy, Twiss, dan Twijzel.

Gebouw Braga

Sesuai dengan dekrit 27 Februari 1883, pemerintah mengisyaratkan badan hukum. Oleh karena itu, dengan dekrit nomor 1, 28 Mei 1883, Perhimpunan Braga diakui sebagai badan hukum. Selain itu, pada tahun-tahun pertama kehadirannya, pagelaran dan latihan drama yang dihelat Perhimpunan Braga dilakukan di pendopo kabupaten Bandung yang dibisa dipakai atas kebaikan hati bupati. Karena anggotanya terus bertambah – tercatat 93 orang pada akhir 1882 – maka organisasi tersebut membangun tempat baru. Itulah “Gebouw Braga” atau Gedung Braga yang kemudian menjadi aula bagi Societeit Concordia.

Gebouw Braga dibangun oleh Letnan Tionghoa Bandung, Tan Haij Lang, dan mulai digunakan oleh perhimpunan Braga pada 17 Agustus 1883. Perhimpunan membayar sewa sebesar 100 gulden per bulan kepada Tan Haij Lang dan pada gilirannya mereka berhak untuk menyewakannya lagi kepada pihak lain. Salah satu upaya untuk menutupi biaya sewa gedung dan membeli perkakas teater, Perhimpunan Braga pernah menyelenggarakan lotere pada 5 Juli 1883 ke seantero penduduk Bandung dan terkumpul uang sebesar 1977,05 gulden.

Dengan demikian, saya kira, sejak rapat pembentukan pada 13 Januari 1882 hingga Juni 1884, perhimpunan Braga memang tidak terlepas dari peran Adrianus Daniel Jacobus Groenemeijer sebagai presidennya. Di bawah kendalinya, perhimpunan tersebut mengalami perkembangan yang pesat, dengan jumlah anggota yang terus bertambah, dukungan keuangan dari warga Bandung yang lumayan besar sehingga asosiasi tersebut mampu menyewa gedung sendiri, dan secara rutin menyelenggarakan pagelaran drama serta penampilan musik.

Sepeninggal Groenemeijer, kepemimpinan perhimpunan Braga tampak tidak menentu. Pada 1888 disebutkan tidak ada dewan pengurus yang pantas bagi perhimpunan Braga sehingga pengelolaannya diurus oleh dewan Societeit Concordia.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//