Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Total Kematian Lebih dari 800 Orang
Total kematian akibat pandemi Covid-19 Bandung Raya sebanyak 844 kasus. Kota Bandung menjadi daerah dengan kasus kematian tertinggi.
Penulis Iman Herdiana18 Mei 2021
BandungBergerak.id - Setiap hari ditemukan rata-rata lebih dari satu kasus kematian akibat Covid-19 di Kota Bandung. Pada Senin (10/5/2021), kematian akibat Covid-19 tercatat sebanyak 305 orang. Lebih dari sepekan kemudian, Selasa (18/5/2021), jumlahnya bertambah 12 kasus menjadi total 317 kasus.
Menurut data yang terakhir diperbarui pada Senin (17/5/2021), kita juga bisa mengetahui jumlah total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 18.450 kasus yang mencakup jumlah konfirmasi aktif sebanyak 621 kasus dan konfirmasi sembuh 17.512 kasus.
Kasus kematian Covid-19 juga terus ditemukan kawasan Bandung Raya. Selain Kota Bandung, Bandung Raya meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi.
Jumlah kematian yang disebabkan Covid-19 di Kabupaten Bandung tercatat sebanyak 249 kasus, per Senin kemarin. Sementara jumlah total terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Bandung sebanyak 13.631 kasus, mencakup 807 kasus dalam perawatan dan 12.575 kasus sembuh.
Kematian kasus Covid-19 di wilayah Bandung Raya lainnya, Kabupaten Bandung Barat, tercatat 87 orang positif Covid-19 dan 47 orang meninggal dalam status probable (dengan gejala Covid-19 dan menunggu hasil tes PCR).
Menurut data yang terakhir diperbarui Senin kemarin, total terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Bandung Barat sebanyak 6.804 kasus; jumlah positif aktif 394 orang, dan jumlah kesembuhan sebanyak 6.323 orang.
Terakhir, kawasan Bandung Raya lainnya, Kota Cimahi yang mencatatkan angka kematian sebanyak 131 kasus, dan akngka kematian dalam status probable Covid-19 sebanyak 15 kasus.
Total konfirmasi positif Covid-19 di Kota Cimahi per Senin kemarin sebanyak 5.520 kasus. Lalu jumlah positif aktifnya 255 kasus. Angka kesembuhan sebanyak 5.134 kasus.
Total kematian akibat pandemi Covid-19 Bandung Raya sebanyak 844 kasus di mana Kota Bandung sebagai daerah dengan kasus kematian tertinggi.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Ujungberung Jadi Kecamatan dengan Kasus Tertinggi
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Libur Lebaran, Data Belum Dimutakhirkan
Wisata Bandung Raya Menggeliat, Kunjungan ke Kebun Binatang Melonjak
Peta Pandemi Covid-19 Bandung Raya di Hari Lebaran
Covid-19 Bandung Raya Diramalkan Melonjak setelah Lebaran
Di Atas Angka Persentase Kematian Covid-19 Dunia
Pandemi Covid-19 Bandung Raya masih menimbulkan angka kematian. Begitu dalam kasus Covid-19 secara nasional. Satgas Covid-19 pada 15 Mei 2021 merilis data kematian akibat Covid-19 di tanah air sebesar 2,76 persen yang meningkat dari sebelumnya per
Februari 2021 sebesar 2,75 persen.
Angka tersebut lebih tinggi di bandingkan persentasi kematian kasus Covid-19 di dunia, yakni sebesar 2,07 persen. Tingginya persentase kematian di Indonesia, memerlukan evaluasi manajemen pengendalian pandemi Covid-19, seperti disampaikan epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad.
“Perlu evaluasi case manajemen, bottle necknya ada dimana?,” tutur Riris Andono Ahmad, dalam situs resmi UGM yang dikutip Selasa (18/5/2021).
Melalui evaluasi tersebut diharapkan dapat segera diketahui faktor mana saja yang berkontribusi besar terhadap angka kematian akibat Covid-19. Selanjutnya dapat dilakukan perbaikan secara efektif terhadap faktor penyumbang penyebab kematian akibat Covid-19.
Riris mengatakan penyebab pasti kematian akibat Covid-19 tidak bisa diketahui tanpa adanya audit kematian. Banyak faktor yang bisa memengaruhi angka kematian tersebut, mulai akses layanan kesehatan; bagaimana layanan kesehatan mampu mengelola kasus yang ada secara adekuat dan bermutu.
“Sekarang titik letaknya ada di mana? Bisa saja, misalnya terkait akses di mana pasien Covid-19 berat berasal dari sosial ekonomi menengah ke bawah dan akses mendapatkan layanan kesehatan lebih sulit sehingga sampai ke layanan kesehatan lambat sehingga kemungkinan terjadi kematian sangat besar,” urainya.
Faktor lainnya, terkait sistem rujukan. Meskipun saat ini telah ada sistem rujukan, Riris mengatakan sistem yanga ada belum dikondisikan pada situasi pandemi saat ini yang membutuhkan kecepatan penanganan. Karena tidak adanya sistem rujukan cepat menjadikan layanan terhadap pasien Covid-19 berat berjalan lambat sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya kematian.
Ada juga faktor varian baru Covid-19 yang dikabarkan memiliki tingkat penularan lebih tinggi. Namun semua faktor tersebut masih bersifat hipotesis. Karena itu diperlukan audit kematian untuk mengetahui secara riil penyebab kematian di lapangan.
Tetapi menekan angka kasus kematian akibat Covid-19 tak cukup dengan evaluasi manajemen saja. Kata Riris, masyarakat juga diharapkan dapat mengambil bagian dengan displin menjalankan protokol kesehatan dengan mematuhi 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
“Masyarakat harus tetap menjalankan prokes, 5M, yang menjadi senjata unggulan untuk mencegah Covid-19,” tegas Riris.