• Kolom
  • Abdoel Moeis Menjadi Pemimpin Redaksi Kaoem Moeda

Abdoel Moeis Menjadi Pemimpin Redaksi Kaoem Moeda

Abdoel Moeis menjabat pemimpin redaksi Kaoem Moeda per 13 Mei 1914. Berpengalaman panjang sebagai jurnalis, ia sejak awal ada di kepengurusan Sarekat Islam Bandung.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Surat Kabar Kaoem Moeda edisi 13 Mei 1914 mencantumkan untuk pertama kalinya nama Abdoel Moeis sebagai Pemimpin Redaksi, menggantikan A. H. Wignyadisastra. Di jajaran redaktur, Moeis dibantu oleh H. Abd. Gani dan Tjakraamidjaja. (Foto repro: Hafidz Azhar)

12 Juni 2021


BandungBergerak.id“Kalau nanti malam K.M. datang kepada pembatjanja, laloe orang dapat tahoe bahwa kemoedi K.M. ini soedah pindah dari tangan lama kedalam tangan baroe.” (A.H. Wignyadisastra dalam Kaoem Moeda 13 Mei 1914).

Rabu, 13 Mei 1914, Kaoem Moeda mengumumkan pergantian pimpinan redaksi. Sebelumnya, surat kabar yang bermarkas di Kebonjati ini dinakhodai oleh A. H. Wignyadisastra yang juga merupakan sosok penting dalam pergerakan Sarekat Islam Bandung. Pada halaman pembuka surat kabar hari itu, nama A. H. Wignyadisastra tidak lagi tercantum sebagai Hoofd Redacteur. Posisinya diisi oleh Abdoel Moeis, diikuti H. Abd. Gani dan Tjakraamidjaja sebagai Redacteur-nya. Dua nama ini sudah menduduki jabatan redaktur di bawah arahan Wignyadisastra.

Penunjukan Abdoel Moeis sebagai pimpinan redaksi merupakan pilihan yang tepat bagi rengrengan Kaoem Moeda. Salah satu alasannya mengacu pada pengalaman yang ia punya di berbagai media Pribumi maupun milik orang Belanda. Dalam kiprahnya sebagai jurnalis, Abdoel Moeis pernah bekerja sebagai redaktur Bintang Hindia, selain menduduki pimpinan redaksi pada Pewarta Hindia dan Hindia Serikat. Sebelum didaulat menggantikan Wignyadisastra, ia lebih dulu bertugas pada surat kabar Preanger Bode.

“Toean Abdoel Moeis jang moelai hari ini terangkat djadi Wd. Hoofdredacteur sebenarnja tida oesah kami terangkan lebih djaoeh, sebab orang soedah banjak kenal padanja. Ia soedah toeroet memangkoe redactie Bintang Hindia, kemoedian mengemoedi sendiri soerat kabar Pewarta Hindia dan Hindia Serikat dan jang terachir pada soerat kabar Belanda ‘Preanger Bode’. Djadinja kalau toean A. Moeis menghadapi medja redactie K.M. tidaklah asing lagi baginja.” (Kaoem Moeda 13 Mei 1914).

Lingkaran Tokoh Sarekat Islam Bandung

Faktor yang berhasil membawa Abdoel Moeis menjadi kepala redaksi Kaoem Moeda antara lain, bisa dilihat dari relasi antaranggota atau pengurus Sarekat Islam Bandung. Dalam hal ini, hubungan yang terjalin di antara Kaoem Moeda dan Abdoel Moeis bukanlah sebatas relasi seorang jurnalis dengan surat kabar, melainkan juga dorongan sesama organisasi. Sarekat Islam Bandung menjadi salah satu penguat hubungan itu. Ia merupkan wadah yang menghimpun tokoh-tokoh penting seperti A. H. Wignyadisastra, H. Abd. Gani, dan Tjakraamidjaja.

Sejak SI Bandung didirikan tahun 1912, nama Abdoel Moeis sudah mendapat sorotan dengan menduduki jabatan sekretaris sementara dan wakil ketua di masa kepengurusan Suwardi. Ini juga yang jadi indikasi kenapa Abdoel Moeis sangat diperhitungkan menggeser kepemimpinan Wignyadisastra dalam surat kabar Kaoem Moeda. Dengan kata lain, rengrengan Sarekat Islam Bandung yang juga duduk sebagai redaktur punya hubungan erat dengan Abdoel Moeis, di samping bakat yang ditonjolkan Moeis dalam dunia tulis-menulis.

Bukan hanya itu. Pergantian pimpinan redaksi yang menempatkan orang baru dalam jajaran Kaoem Moeda itu memang dilakukan dengan sengaja oleh Wignyadisastra. Pandangan ini bukan saja muncul dari Abdoel Moeis sebagai penggantinya, namun dinyatakan sendiri oleh Wignyadisastra melalui tulisannya yang terbit bersamaan dengan pengumuman pergantian Hoofd-Redacteur. Pernyataan itu hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Moeis, bahwa sebab-sebab pergantian tersebut lantaran banyaknya permintaan dari berbagai pihak yang membutuhkan sosok Wignyadisastra menjadi direktur.

“Bersamboeng dengan keperloeannja Vennootschap, jang mana semangkin hari semangkin banjak meminta tenaganja Directeur, terpaksalah saudara kita toean A.H. Wignyadisastra melatakkan dahoeloe akan djabatannja selakoe Hoofdredacteur dari soerat kabar ini, soepaja beliau dengan semata-mata sempat memadjoekan N.V. Kaoem Moeda. Dimana soerat kabar ini dalam tangan beliau senantiasa bertambah wangi baoenja, soenggoeh berat bagi saja menerima permintaannja, ja’ni soepaja saja boeat sementara waktoe doedoek dimedja Redactie meneroeskan pekerdjaan beliau jang hampir sempoerna, karena saja pikir, kalau-kalau ditangan saja kelak keadaan Si Denok ini akan moendoer dari pada sekarang.” (Kaoem Moeda 13 Mei 1914).

Baca Juga: Masalah Anggota Menjadi Bahasan Utama Rapat Pengurus Sarekat Islam Bandung
Membaca Siti Rayati dengan Semangat Zamannya
Harapan Sarekat Islam Bandung terhadap Sosok Mas Kandoeroean Partadiredja

Memajukan Pribumi

Dua hari setelah tercantum sebagai Hoofd-Redacteur, Abdoel Moeis menulis di halaman pembuka Kaoem Moeda edisi 15 Mei 1914. Di situ ia mengungkapkan upaya untuk memajukan kaum Pribumi kecil melanjutkan gagasan D. K. Ardiwinata yang sempat dimuat pada edisi 12 Mei 1914. Bagi Moeis, langkah tersebut sangat penting bukan saja sebagai proses awal Kaoem Moeda di bawah kendalinya, tapi juga untuk kemajuan bangsa Pribumi pada umumnya. Salah satu aspek yang ditekankan dalam tulisan itu mengenai verbeterhuis, yakni rumah perbaikan untuk kalangan Pribumi. Rencananya, verbeterhuis dikhususkan bagi anak-anak miskin, anak-anak yang sakit dan anak-anak yang melakukan kejahatan tanpa orangtua. Rumah perbaikan itu disesuaikan juga dengan ajaran Islam dan adat kebiasaan bangsa Pribumi. Tentunya, dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan bersama.

Pembentukan verbeterhuis atau rumah perbaikan memerlukan dana yang cukup besar. Untungnya, para donatur yang juga bekerja untuk Kaoem Moeda turut memberikan bantuan uang, sebagaimana ditunjukkan oleh A. H. Wignyadisastra, Abdoel Moeis sendiri, Tjakramidjaja, M. Abdul Gani, dan M. Kartawidjaja. Masing-masing dari mereka ikut menyumbangkan uang f 250, f 50, dan f 25. Sedangkan bantuan yang datang dari luar jajaran Kaoem Moeda antara lain muncul dari W. P. Vasques Fortuna, Wiriasasmita, Tirta Amidjaja, Moeslimin LZ Fortuna, dan lain sebagainya. Masing-masing dari mereka menyumbangkan uang sebesar f 250, f 0,25 dan f 100. Total dana diperoleh kurang lebih f 2000.

Duduk sebagai pemimpin redaksi, Abdoel Moeis bakal menghadapi tantangan yang kian sulit dalam mengendalikan Kaoem Moeda. Ada tanggung jawab lain yang harus ia kerjakan dalam kepengurusan Sarekat Islam Bandung semasa Wignyadisastra dan Central Sarekat Islam (CSI) semasa Tjokroaminoto. Sebelum kongres CSI digelar tahun 1916, Abdoel Moeis harus mendampingi A. H. Wignyadisastra sebagai wakil presiden (vice president) Sarekat Islam Bandung. Adapun setelah kongres pertama Central Sarekat Islam yang digelar di Bandung, Abdoel Moeis harus mendampingi Tjokroaminoto sebagai wakil ketua.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//